Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

TKW Lolos Hukuman Pancung Tiba di Indonesia, NU Care- LAZISNU Bantu Rp 12,4 M untuk Membebaskannya

Monday, July 6, 2020 | 18:58 WIB Last Updated 2020-07-06T11:58:39Z
Ety binti Toyib pulang ke Indonesia setelah lolos dari hukuman pancung di Arab Saudi. (Dok.KJRI Jeddah)


JAKARTA (DutaJatim.com) -  Peran NU Care-LAZISNU sangat besar dalam membantu umat. Mulai terjun ke lokasi bencana hingga membebaskan tenaga kerja wanita asal Indonesia yang menghadapi hukuman mati di Arab Saudi.

Untuk membebaskan Ety binti Toyib, salah satu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di  Arab Saudi yang dijerat hukum mati oleh majikannya, NU Care- LAZISNU mengirim bantuan yang terkumpul sebesar Rp12,5 milliar.

"Sore ini, Eti Toyyib Anwar (TKI asal Majalengka) yang lolos dari hukuman mati di Arab Saudi tiba di Jakarta, berkat tebusan 4 juta Riyal (Rp. 15,5 Milyar).
Sebagai Lembaga Kemanusiaan, NU Care-LAZISNU turut berkontribusi sumbang sebanyak 80% (senilai Rp.12,4 Milyar," demikian disampaikan lewat akun Twitter NU Care-LAZISNU seperti dilihat Senin 6 Juli 2020 malam ini.

Donasi yang terkumpul dari para dermawan santri, pengusaha, birokrat, politisi, akademisi & komunitas filantropi, digalang selama 7 bulan (November 2018-Juni 2019).

"Tebusan diserahkan kepada Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh A. pada 1 Juli 2019 di Kantor LAZISNU, Gd. PBNU," katanya.


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengapresiasi donatur NU Care-LAZISNU yang telah menyumbangkan untuk membebaskan Ety binti Toyib, salah satu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Arab Saudi yang dijerat hukum mati oleh majikannya. 


Menurut Kiai Said, atas bantuan yang terkumpul Rp12,5 milliar tersebut Ety yang diketahui warga Majalengka itu lolos dari jeratan hukuman mati dan bisa kembali ke Indonesia dalam keadaan sehat wal afiat.

 “Alhamdulillah setelah Ety meringkuk dalam penjara selama 19 tahun, kemudian pihak KBRI melobi keluarga terbunuh, akhirnya menerima dan meminta tebusan Rp15,5 miliar. Kemudian, Alhamdulillah LAZISNU sejak November 2018 sampai Juni 2019, selama tujuh bulan, berhasil mengumpulkan dana Rp12,5 milliar, 80 persen dari tebusan yang diminta,” kata Kiai Said di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (6/7/2020) sore.  


Kiai Said menambahkan, banyaknya biaya tebusan yang berhasil dikumpulkan NU Care-LAZISNU untuk meloloskan Ety binti Toyib adalah sumbangsih para santri, pengusaha NU, birokrat, politisi, akademisi dan komunitas filantropi. 


Kiai Said bersyukur, NU Care-LAZISNU mampu menjadi lembaga yang dipercaya para donatur dan bergerak cepat membebaskan TKI yang selama 19 tahun menanti udara bebas.

LAZISNU menyampaikan amanah kepada yang berhak dengan sempurna, dengan tidak berkurang sedikit pun. Bahkan kita berusaha menambah lagi dana itu. Dana bantuan sudah diberikan langsung kepada Agus Maftuh Abegebriel pada 1 Juli 2019 lalu di Kantor PBNU. 


“Alhamdulilah sekali lagi, berkat bi aunillah, wa quwatihi wa masyiatihi saudari kita TKI yang namanya Ety dari Majelengka selamat dari qisos, selamat dari hukuman pancung yang berlaku di Arab Saudi,” ujarnya.  


Galang Dana 

Pernyataan Kiai Said tersebut sebagai respon pulangnya Ety binti Toyib ke Tanah Air setelah sore tadi.   


“Ety Toyyib Anwar, WNI asal Majalengka yang selamat dari hukuman mati, dijadwalkan akan tiba di Jakarta sore ini pukul 16.05 WIB,” tulis KBRI Riyadh Agus Maftuh Abegebriel dalam keterangan persnya. 


 Agus menerangkan, proses memulangkan Ety ke Tanah Air tidak mulus, pasalnya  dia mengaku harus melakukan diplomasi Penasehat Raja Salman, Pangeran Khalid al-Faisal Al Saud terlebih dahulu. Sebagai informasi, Ety binti Toyib terjerat kasus hukum di Arab Saudi. Ia kemudian dinyatakan bebas dari hukuman mati setelah mampu membayar diyat (denda) sebesar Rp15,5 miliar. Sebanyak 80 persen denda tersebut dibantu Nahdlatul Ulama yang diupayakan NU Care-LAZISNU. 

Sementara itu, Ketua NU Care-LAZISNU H Achmad Sudrajat mengatakan, untuk mendapatkan uang sebesar itu, LAZISNU selama tujuh sampai delapan bulan berusaha menemui banyak kalangan, mulai dari para kiai, santri, pejabat, pengusaha, dan masyarakat umum.  


 “Komunikasi ini kita bangun dengan berbagai jejaring dan terutama komunitas NU dan lembaga-lembaga yang tertarik kepada program kemanusiaan. Kita mendatangi anggota MPR, Kemenaker, untuk menggalang sekuat kemampuan kita untuk jumlah yang ditentukan. Setelah tidak sampai, kita  hanya mampu 80 persen, kita serahkan ke pemerintah,” katanya. (hud)


×
Berita Terbaru Update