Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Gemati Napak Tilas 'Wisata Religi' Sejarah Lamongan

Thursday, September 3, 2020 | 10:03 WIB Last Updated 2020-09-03T03:03:40Z

 


LAMONGAN (DutaJatim.com) - Menggali sejarah tentang Lamongan yang akhir-akhir sudah mulai sedikit dilupakan, kaum milenial yang dimotori oleh Gemati sebagai organisasi lintas komunitas, terpanggil untuk melakukan Napak Tilas dalam mengungkap sejarah tersebut, termasuk jejak Mbah Ngabei yang berada di batas timur utara Lamongan, Rabu (02/9/2020). 


Dalam hal ini, Mahrus Ali selaku Ketua Gemati Lamongan menjelaskan kepada wartawan, bahwa Makam Mbah Ngabei di Desa Meluwur Kecamatan Glagah merupakan sebuah situs makam bersejarah. Pada makam tersebut tersimpan sejarah panjang masa lalu Lamongan. Hal ini menarik untuk dikembangkan menjadi potensi wisata religi Lamongan ke depannya.


Mahrus menuturkan, Desa Meluwur adalah desa paling ujung timur Kecamatan Glagah, juga sebagai desa paling ujung Timur-Utara Kabupaten Lamongan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gresik. 


Nama Meluwur diambil dari kata Melu atau ikut,  dan Awor atau Berkumpul. Berarti di Desa Meluwur ada penduduk asli dan pendatang. Penduduk asli yaitu warga Kebundalem yang merupakan nama asli desa ini. Mereka lebih dulu bertempat tinggal di desa ini. 

Sedangkan warga pendatang Melu-Awor alias ikut berkumpul, yaitu warga/pengikut Mbah Qomaruddin (Bungah) yang ada di Wantilan. 

Menurut cerita orang tua dulu, dua buaya putih membagi wilayah kekuasaan mereka menjadi wilayah barat dan timur yakni Desa Ngampel dan Desa Meluwur adalah salah satu wilayah kekuasaan buaya putih. Berkaitan dengan sejarah Buaya Putih, dia  menjadi tunggangan Mas Karebet yang berjuluk Joko Tingkir. 

Kini hal itu menjadi brand Persela (Persatuan Sepak Bola Lamongan) dan menjadi brand Tim Elite Reskrim Polres Lamongan. 

Lebih lanjut Mahrus mengatakan, ada beberapa makam sesepuh di desa ini, di antaranya Makam Mbah Ngabei yang mana beliau adalah seorang keturunan Arab pada masa Sunan Dalem, Makam Buyut Sentono (Sentono berarti Senopati atau Panglima perang pada masa Kerajaan Mataram yang dipimpin Sultan Agung). 

"Sedangkan Joko Tingkir adalah keturunan Raja Mataram, Makam Buyut Mburo’ hidup di zaman Mbah Sholeh Tsani serta Makam Buyut Jogo Rekso adalah penerus perjuangan Mbah Ngabei maupun Buyut Sentono, "kata Mahrus.

Jadi tujuan wisata sejarah dan religi di Lamongan yang diketahui masyarakat bukan hanya Makam Sunan Drajad saja. Tapi nanti akan banyak tujuan-tujuan wisata lain di Lamongan yang otomatis akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar di Lamongan. 

Di samping itu, Gemati juga turut mengundang salah satu pasangan KarSa (Bacalon Bupati Lamongan) dalam acara ini untuk bersama-sama menyantuni 24 anak yatim di bulan Muharram ini.

 Ditambahkan oleh Mahrus, kegiatan ini dilakukan karena pihaknya ingin menunjukkan kondisi terkini pembangunan wilayah-wilayah perbatasan. "Yang nantinya akan dijadikan blue print rancangan pembangunan jangka menengah daerah, ketika Pasangan KarSa menjadi Bupati dan Wakil Bupati Lamongan mendatang," tutupnya. (ful)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update