Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Airlangga Forum, Baddrut Tamam: Membangun dari Fakta Bukan Keinginan

Saturday, February 20, 2021 | 08:19 WIB Last Updated 2021-02-20T01:19:21Z

 


PAMEKASAN (DutaJatim.com) - Bupati Pamekasan Baddrut Tamam kembali tampil  menjadi pembicara dalam forum ilmiah nasional. Kali ini Bupati  muda energik ini tampil dalam seminar di Airlangga Forum bertema Kampus Membangun Desa yang digelar oleh Sekolah Pasca Sarjana Unair Surabaya, Jumat (19/2/2021) siang. 

Selain Baddrut Tamam pembicara lain yang dihadirkan dalam seminar itu adalah Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Abdul Halim Iskandar,  Prof Moh. Nasih Rektor Unair, Prof Badri Munir Direktur Sekolah Pasca Sarjana Unair. Seminar ini dipandu oleh moderator Prof Suparto Wijoyo.


Baddrut Tamam membawakan makalah dengan judul Sumberdaya Manusia dan Desa Sebagai Akselerasi Pembangunan Masa Depan. Di dalamnya dia mengungkapkan dinamika pendidikan di Pamekasan dan berbagai potensi desa dengan dinamika program yang dijalakannya. 


Dia menegaskan pembangunan yang dijalankannya tidak berdasarkan pada keinginan, akan tetapi berdasarkan persoalan yang ingin diselesaikan, agar bisa mendorong desa bisa naik kelas, dari desa biasa menjadi desa yang berkemajuan. Dia mengemukakan ada lima prioritas program pembangunan yang dijalankannya yakni pendidikan, kesehatan, ekonomi, reformasi birokrasi dan infrastruktur.


“Salah satu strategi yang dilakukan dalam membangun Pamekasan diantaranya melalui desa tematik. Desa tematik itu saya memilih cara partisipatif, pak kades dan seluruh potensi stakeholder di desa itu harus menemukan minimal satu potensi ekonomi desa dan apa saja yang mau dikembangkan,” katanya. 


Dikatakan kalau pemerintah langsung ke bawah, masyarakat merasa tidak diajak untuk terlibat dalam pembangunan. Sehingga harus menemukan dulu potensi ekonominya. Setelah diketahui  potensi yang mau dibangun, baru kemudian pemerintah menyediakan fasilitas.


“Madura ini banyak pakai sarung tapi tidak ada produksi sarung, dari kondisi ini saya mengajak kades, apa yang bisa kita lakukan ? Akhirnya beberapa desa menemukan. Kini ada desa songkok, desa  desa sarung dan lainnya. Dari situlah kita kembangkan dengan  program Wira Usaha Baru (WUB) untuk seluruh anak-anak muda. Sehingga sekarang ada pelatihan songkok ada kampung songkok, “ ungkapnya.  


Dengan program desa tematik tersebut, kata dia, kini sudah ada desa yang produksi aneka ragam industri rumah tangga, diantaranya produksi songkok, sepatu  dan lainnya. Pemkab membantu melatih SDM-nya,  bantu alat produksinya, bantu modal skema dana chanelling dengan skema tanpa bunga.


Pemerintah Pamekasan juga membantu mencarikan pasarnya baik offline dan online. Kini Pemkab membuat  Wamira (wira usaha untuk rakyat) yang bernama  Wamira Mart. Isinya produk dari masyarakat. Untuk menjaga atmosfir pikiran tetap semangat berusaha masyarakat kaum mudanya dilatih dengan mendirikan Millennial Talent Hub.


“Dibidang pendidikan Pamekasan IPM yang paling bagus di Madura. Tetapi saya mau bersaing dengan kabupaten lain di Jawa. Banyak anak yang menang olimpiade sains, akhirnya saya membuat beasiswa. Tahun lalu sudah 6.000 orang kita beri beasiswa, 2.000 dikerjasamakan dengan pesantren, dan keseluruhannya adalah orang tidak mampu,” ungkapnya. 


Pada tahun 2021 ini Pemkab bikin beasiswa untuk universitas. Harapannya akan muncul orang sukses terdidik dari generasi muda desa. Anak muda desa yang punya kecerdasan difasilitasi oleh Pemkab untuk kuliah di perguruan tinggi favorit. Pulang kedesa untuk mengabdi.


Sementara itu Menteri Desa dan PDT Abdul Halim Iskandar mengatakan Madura masuk wilayah yang memprihatinkan dalam bidang peningkatan SDM. Dia berharap kondisi ini diketahui oleh para Kepala Desa di Madura. Karena itu merupakan tuntutan dan tanggungjawab  semua untuk terus berupaya agar warganya makin meningkat kualitasnya. 


Kementerian Desa melalui pendamping desa, kata Abdul Halim, bertanggunjawab terus menerus meningkatkan kapasitas perannya. Para bupati dan kepala daerah juga harus menjadi bagian penting dari proses reformasi pembangunan di desa dengan mereformasi cara berfikirnya, paradigmanya yang harus didasarkan pada kenyataan permasalahan, bukan pada keinginan. 


“Saya banyak menemukan, bukan hanya didesa, tetapi ditingkat pemerintahan yang lebih tinggi,  program perencanaan pembangunan yang berbasis keinginan, bukan berbasis permasalahan. Ini suatu masalah tersendiri yang harus kita rombak untuk percepatan pembangunan di semua bidang,”pungkasnya. (mas)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update