Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Buah Kesemek Glowing, Ikon Baru Kota Batu Inovasi Pemuda Tulungrejo

Monday, June 28, 2021 | 09:49 WIB Last Updated 2021-06-28T02:49:58Z

 


KOTA BATU (DutaJatim.com) - Pemuda harus kreatif inovatif. Harus berjiwa entreprenur. Buka malah suka menganggur. Pemuda harus giat bekerja jangan malah diam saja. Pemuda harus terus berkarya membantu negara ini agar berjaya. Salah satu pemuda yang giat bekerja dan berkarya adalah pria asal Desa Tulungrejo, Kota Batu, Jawa Timur, bernama Sudarmono ini. Dialah pemuda tani yang kreatif inovatif.


Dia memberi nilai lebih pada buah kesemek yang sudah ditanam berpuluh-puluh tahun di Kota Batu. Selama ini tanaman dari marga Diospyros itu hanya dijadikan sebagai tumpang sari atau pelengkap saja. Bukan komoditas utama. 


Buah yang memiliki sebutan nama lain buah kaki ini banyak tumbuh di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Bumiaji, Kota Batu. Dengan ketinggian 1200 mdpl sangat potensial tanaman ini tumbuh subur di Dusun Junggo.  Namun dulu hanya begitu -begitu saja.


Kini di tangan Sudarmono, tanaman buah itu ditumbuhkembangkan hingga memiliki nilai lebih. Dari yang semula hanya tanaman pelengkap, namun kini menjadi sumber utama penghasil ekonomi bagi petani ini. Caranya dengan mengubah penampilan buah kesemek.  Untuk itu selama 7 tahun dia bereksperimen agar buah kesemek yang dihasilkan memiliki buah yang merona mengkilap. Ukurannya juga cukup besar dan rasanya manis. Usahanya itu pun berhasil. Maka, kesemek yang dihasilkannya itu diberi julukan kesemek glowing.


"Kami pelajari selama tujuh tahun ini, akhirnya kesemek bisa menarik perhatian pasar luar daerah. Bahkan harganya naik lebih 4 kali lipat karena tampilannya lebih bersih, higienis dan mengkilap," kata pria yang akrab disapa Momon ini.


Momon menggunakan komposisi bahan makanan untuk membuat kesemek glowing. Cara itu ia klaim sangat efektif menghilangkan getah dan membuat buah terlihat bersinar. “Butuh waktu tujuh tahun untuk menemukan ramuan membuat kesemek glowing. Prosesnya memang direndam, tapi ada campuran bahan makanan yang tidak bisa saya jelaskan di sini,” ujar Momon.


Apa yang ia hasilkan saat ini bukan tanpa kegagalan. Sebelum akhirnya menemukan ramuan yang betul-betul pas, Momoh berulang kali menjumpai kegagalan. “Salah satunya, buahnya tidak bisa tahan lama. Dua hari saja sudah membusuk. Nah, kalau yang ini, jika di daerah dingin bisa bertahan dua minggu. Kalau daerah panas, semingguan,” kata Momon.


Buah kesemek harus memiliki getah yang harus dinetralkan. Biasanya dengan merendam kesemek ke air kapur. Diceritakan Momon, kebiasaan merendam di air kapur adalah kebiasan orang Belanda. “Saat itu, orang Belanda sedang membangun rumah dan menggunakan air kapur sebagai campuran. Ada buah kesemek yang jatuh ke situ, tidak lama kemudian diambil lalu dikonsumsi. Ternyata manis dan disukai, dari situlah berawal kebiasaan menggunakan air kapur,” terangnya.


Momon menuturkan, usaha membudidayakan tanaman kesemek sudah dilakukan keluarganya sejak lama. Untuk saat ini kesemek produksinya sudah merambah swalayan. Dengan tujuan Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar di Indonesia. 


Setiap minggu dia mengaku bisa mengirim hingga dua ton. Untuk harga ia menjual mulai dari Rp 20-25 ribu perkilonya berisi 5-6 buah kategori grade A dan Rp 12-15 ribu berisi 7-9 buah untuk grade B.


“Sebenarnya kesemek memiliki potensi ke pasar luar negeri. Tapi sayang masih minim produksinya dan perlu peningkatan kualitas lagi. Dengan potensi yang ada ini kami berharap ada perhatian khusus dari Pemkot Batu untuk memberikan pendampingan agar petani asal Junggo bisa mengirim ke luar negeri seperti Singapura,” terangnya.


Ia juga menambahkan ada beberapa kendala lain kenapa produksi kesemek sangat terbatas. Diketahui bahwa buah kesemek hanya dimiliki beberapa petani. Dengan satu petani hanya memiliki 1 sampai 20 pohon paling banyak dengan panen hanya bisa dilakukan pada bulan Mei – Juli.


“Sebelumnya kesemek glowing ini pernah saya kirim ke Bu Wali. Karena rasa dan tampilan yang menarik, Bu Wali kembali pesan 60 kilogram untuk dikirim ke Bu Mega dan dikenalkan sebagai ikon baru Kota Batu,” lanjut dia.


Ikon Baru


Sementara itu Kades Tulungrejo Suliono menambahkan bahwa desanya memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Mulai dari sektor pariwisata hingga pertanian. “Banyak potensi yang bisa dieksplore di Desa Tulungrejo selain sektor pariwisata. Yaitu sektor pertanian. Yang terbaru dan mampu menembus pasar luar daerah adalah kesemek glowing,” seru Suliyono.


Dengan adanya potensi tersebut, diharapnya kesemek glowing menjadi ikon buah baru asal Tulungrejo selain Apel. Sehingga mampu benar-benar mewujudkan daerah Tulungrejo sebagai daerah agrowisata.


“Dari pihak desa akan mendukung total terobosan para petani. Kami akan promosikan buah ini dalam setiap agenda seperti rapat. Apalagi buah ini juga bisa diolah kembali menjadi jenang kesemek,” paparnya.


Ia berharap dengan adanya terobosan baru yang sangat menjanjikan ini tak hanya mampu meningkatkan dan memberdayakan warganya. "Tapi juga ada pendampingan dan bantuan promosi dari semua kalangan,” katanya. (ndc)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update