PAMEKASAN (Dutajatim.com) - Perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru) dibayangi maraknya lagi kasus Covid-19. Bahkan sudah ada dua kasus kematian akibat Covid-19 ditemukan di Jakarta pada Desember 2023. Kenaikan kasus Covid-19 itu diduga dipicu oleh subvarian baru Eris atau EG.5 dan EG.2.
Karena itu Pemerintah meminta masyarakat tetap berhati-hati di tengah kondisi Covid-19 yang sedang naik di Indonesia. Khususnya saat berada di kendaraan umum untuk mudik atau saat merayakan Nataru.
Hingga saat ini, wilayah Jatim masih aman dari ancaman Covid-19 varian baru tersebut. Termasuk di Pamekasan. Sejauh ini belum ada laporan atau temuan tentang Covid-19 varian baru EG.5 atau EG.2.
"Dari lima rumah sakit di Pamekasan, tidak ada satu pun laporan dan temuan kasus Covid-19," kata Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan, dr Syaifuddin, kepada Global News, Rabu (13/12/2023).
Syaifuddin mengatakan pandemi Covid-19 memang telah berakhir menjadi endemi. Artinya, penyakit yang ada sepanjang tahun memang tidak bisa habis begitu saja. Penyakit itu masih ada meski kecil. "Fluktuatif," ujarnya.
Karena itu, masyarakat tetap diimbau agar menjaga perilaku hidup bersih dan sehat. Memperhatikan masalah sanitasi, cuci tangan, makan makanan bergizi, istirahat cukup, jangan stres, dan jangan merokok. Yang penting hindari orang yang dicurigai sedang terkena infeksi saluran pernapasan, batuk, atau flu.
“Juga pakai masker. Ini karena kita harus selalu berinteraksi dengan orang lain. Itu yang penting bagi masyarakat. Dan kalau ada keluhan, flu syndrom, batuk infeksi saluran pernapasan, segera mendatangi pusat kesehatan untuk dilakukan tata laksana,” katanya.
Kemenkes sendiri, kata Syaifuddin, telah memberikan surat edaran yang intinya melakukan kewaspadaan secara dini. Untuk itu di rumah sakit juga disiapkan perangkat alat kesehatan jika kemungkinan akan muncul Covid-19 lagi karena mobilitas masyarakat sangat tinggi.
"Lalu di Puskesmas juga disiapkan langkah kewaspadaan, kalau memang batuk sesak itu bisa dilakukan pemeriksaan swab untuk mendeteksi Covid-19," katanya.
Dia mengungkapkan varian Covid-19 paling gawat adalah Delta, setelah itu Omicron. Namun Omicron bisa cepat menyebar luas tapi dampaknya tidak berat.
"Yang sekarang ini varian EG.5, itu masih sevarian dengan Omicron. Gejala gak terlalu berat, sehingga walaupun insiden tinggi korban, tapi tidak terlalu banyak, cepet masuk cepet juga keluar," ujarnya.
Lalu apa harus dilakukan vaksinasi ? Syaifuddin mengatakan bahwa Kemenkes menyarankan untuk melakukan booster.
“Boster itu untuk mengingatkan kembali imunitas kita, kalau ada musuh lama, makanya diingatkan dengan vaksin booster. Yang penting jaga kondisi, jaga stamina, hidup bahagia, jangan stres, jangan merokok karena memberatkan paru-paru,” jelasnya.
Sementara itu, dr Syaiful Hidayat SpP, Kepala Satgas Covid-19 dan dokter spesialis paru RSUD dr Slamet Martodirjo Pamekasan, mengatakan, Covid-19 varian EG. 5 sudah masuk ke Indonesia. Varian ini berasal dari negeri jiran Singapura.
Dia mengatakan, meski bulan Mei 2023 lalu WHO sudah menyatakan bahwa Covid-19 berhenti sebagai penyakit kedaruratan global, tapi virusnya tetap ada.
"Karena virus itu selalu ada terus, dari dulu virus selalu ada, cuma kita telah berhasil melakukan imunisasi hingga terjadi herd immunity. Maka dinyatakan wabah itu pandemi. Itu selesai. Bukan berarti virusnya tidak ada, WHO menyatakan pandemic Covid-19 sebagai penyakit yang tidak menimbulkan kedaruratan global, bukan berarti virusnya tidak ada. Yang sekarang di Singapura timbul varian baru menyerang Singapura sampai 20 ribu orang. Apakah sudah masuk ke Indonesia? Kata Menkes sudah ada yang masuk seperti di Jakarta, cuma di Pamekasan, Jatim, kita belum menemukan itu,“ paparnya.
Karena itu, kata dr Syaiful, Kemenkes juga telah mengeluarkan surat edaran untuk melakukan protokol kesehatan lebih ketat lagi guna menghindari penularan. Lalu cuci tangan dan yang sakit tidak keluyuran. Bahkan Kemenkes juga mulai mengirim stok vaksin yang masih ada ke daerah.
“Jadi bagi mereka yang belum vaksin dan booster, cepat nanti akan dianjurkan untuk melakukan itu, karena usahanya selain prokes, juga dengan imunisasi,” tandasnya.
Dalam surat edaran baru Kemenkes juga, kata dr Syaiful, diperintahkan untuk melakukan imunisasi di Puskesmas- Puskesmas hingga di kantor pelabuhan. Selain itu, vaksinasi akan digalakkan lagi untuk menangkal varian baru dari Singapura tersebut.
“Sampai saat ini kita belum menemukan kasus yang seperti itu, tapi kita tetap waspada. Artinya jangan panic tetap waspada, ikuti pola hidup sehat dan prokes. Semoga kalau timbul varian baru, tidak seganas waktu Delta,” harapnya.
Pada saat ada ledakan kasus varian Omicron tahun lalu, kata dia, tidak menimbulkan tingkat kematian yang tinggi, angka rawat inap rendah, gejala ringan. Hal itu juga tidak sampai menimbulkan panic di rumah sakit. Dia berharap agar varian baru ini juga tidak melebihi Omicron.
Sementara pihak Rumah Sakit dr Slamet Martodirjo Pamekasan, kata dr Syaiful, tetap stanby ada Covid-19 atau tidak. Kalau alarm menyala terjadi ledakan kasus, sudah disiapkan nakes yang telah berpengalaman. "Kalau ada laporan bahwa covid ada ledakan, sudah pasti sudah dilakukan antisipasi," katanya.
Rekomendasi WHO
Sementara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) hingga kini belum mengeluarkan aturan yang mengatur perjalanan atau pergerakan masyarakat pada masa libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 meski kasus COVID-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan. "Untuk saat ini belum ada. Semua masih sifatnya imbauan, belum ada protokol yang sifatnya mandatory bagi pelaku perjalanan," kata Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati dalam Konferensi Pers Persiapan Natal dan Tahun Baru di Jakarta, Senin (11/12/2023).
Adita mengatakan, terkait ketentuan atau syarat perjalanan yang berkaitan dengan COVID-19, Kemenhub berpedoman pada Kementerian/Lembaga terkait seperti Kementerian Kesehatan maupun Satgas Penanganan COVID-19.
Kementerian Kesehatan mencatat kasus harian COVID-19 di Indonesia bertambah 35-40 kasus per 6 Desember 2023, dengan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit sebanyak 60-131 orang. Hal ini membuat tingkat keterisian rumah sakit sebesar 0,06 persen dan angka kematian per hari berada di angka 0-3 kasus.
Kemenkes mencatat, kenaikan tersebut didominasi oleh subvarian Omicron XBB 1.5 yang juga menjadi penyebab gelombang infeksi COVID-19 di Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, juga dideteksi subvarian EG.2 dan EG.5.
Meskipun ada kenaikan jumlah penderita, namun kasus itu masih jauh lebih rendah dibandingkan saat pandemi yang mencapai 50.000-400.000 kasus per minggu. Misalnya di DKI Jakarta ditemukan 80 kasus positif COVID-19 dalam rentang waktu 27 November hingga 3 Desember 2023.
Dari 80 kasus tersebut, 90 persen di antaranya bergejala ringan, sedangkan 10 persen sisanya merupakan penderita bergejala sedang dan menjalani perawatan di rumah sakit.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengimbau masyarakat kembali disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker. Apalagi terdapat temuan kasus pneumonia di DKI Jakarta.
Kemenkes juga menyampaikan delapan rekomendasi WHO kepada masyarakat demi mencegah penularan mycoplasma pneumonia. Pertama adalah rekomendasi vaksin untuk melawan influenza, COVID-19, dan patogen pernapasan lainnya jika diperlukan.
Kedua, menjaga jarak dengan orang yang sakit. Ketiga, tetap tinggal di rumah dan tidak bepergian saat sakit atau melakukan isolasi mandiri. Keempat, menjalani tes dan perawatan medis sesuai kebutuhan, dan kelima, memakai masker saat sakit atau saat bepergian.
"Keenam, memastikan ventilasi yang baik, dan ketujuh, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan memakai sabun antiseptik dan air mengalir," imbaunya. (mas)
No comments:
Post a Comment