Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ubah Kulit Jeruk Jadi Pewangi Lantai

Thursday, November 10, 2011 | 00:44 WIB Last Updated 2011-11-09T17:48:03Z
Bupati meninjau stan pembersih lantai.
IBU RUMAH TANGGA UBAH KULIT JERUK JADI PEWANGI LANTAI

“Agar Tidak Berbuih, Membuatnya Harus dengan Perasaan”

Ternyata, selain bisa dijadikan minuman yang meyegarkan, buah jeruk punya manfaat lain. Limbahnya, terutama kulitnya, bisa dimanfaatkan sebagai aroma untuk pewangi lantai. Hal itu telah dibuktikan oleh 20 orang ibu rumah tangga yang merupakan istri para petani jeruk di Desa Selorejo.

Memang Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Malang, dikenal sebagai produksi jeruk baby yang memiliki rasa manis. “Daripada dibuang, ternyata masih bisa dimanfaatkan,” ungkap Sholeh yang bergabung dengan para ibu yang mengolah hasil produksi jeruk, Rabu (9/10)kemarin.

Awalnya, Sholeh memang coba-coba karena sangat banyaknya limbah kulit jeruk yang terbuang. Tapi, dari hasil coba-coba itulah sejak awal pertengahan tahun ini ia bisa menghasilkan pembersih lantai dengan aroma jeruk.
Semua itu tak lepas dari peran pendamping yang selalu membimbing mereka untuk berusaha. Tim pendamping itu adala petugas Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Malang.
”Percobaan-percobaan sejak 2008-2009 lalu dan baru berhasil diproduksi sejak pertengahan tahun ini,” ungkap Nathael Hartoko, penyuluh.

Untuk pewangi lantai, komposisinya berupa limbah kulit jeruk, pewarna, tapol atau sejenis karbol untuk menghasilkan busa dan aquades, bahan yang bisa menjadikan busa. Limbah jeruk itu, kata Nathael, diblender dulu kemudian diperas. Proses pembuatannya juga sederhana, yaitu dengan mencampur dan mengaduknya.

”Mencampurnya juga harus dengan perasaan agar tidak berbuih. Nanti malah nggak bisa dimasukkan ke botol,” terang Sholeh.
Pewangi lantai ukuran 120 mili itu dijual Rp 6000/botol. Setidaknya, dari jeruk di desa itu bisa diolah menjadi sari jeruk, dodol jeruk, hingga kerupuk rasa jeruk. Sari jeruk juga sudah diproduksi yang dilabeli ’Sajes’, singkatan dari Sari Jeruk Selorejo. Sari jeruk itu masih diproduksi berdasarkan pesanan karena masih mengurus P-IRT-nya di Dinas Kesehatan.
Menurut Nathael, dalam 5 kg jeruk, dari limbah kulitnya akan bisa dihasilkan 2 hingga 3 liter untuk pembersih lantai. Sementara dari 5 kg jeruk itu, jika dijadikan sari apel bisa mengasilkan 44 cup. Pembuatan sari jeruk juga tidak memakai pemanis buatan, tapi murni dari perahan dan gula.

Firmando Matondang, Camat Dau, menyatakan, wilayahnya merupakan penghasil jeruk baby yang tersebar di Desa Selorejo, Desa Gading Kulon, Desa Petung Sewu, Desa Tegalweru. Kata Firmando, total luas lahannya mencapai 740 hektare. Tahun depan, katanya, selain jeruk baby, akan dikembangkan jeruk keprok.
”Pasar jeruk baby hingga Pacitan. Disana karena produksi jeruknya berkurang, mengambil dari jeruk Dau yang diklaim dari Pacitan,” kata Firmando. Pengembangan nilai jeruk, katanya, memang juga diperlukan. Apalagi harga jeruk baby super mencapai Rp 5.000/per kg.  (A. Tauchid/DM)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update