Tiga tahun lalu pemerintah Sidoarjo mencanangkan kampung Jetis sebagai rumah industri batik tulis khas Sidoarjo, yang dikenal dengan sebutan Kampoeng Batik Jetis.
Di Kampoeng Batik Jetis sudah terdapat tujuh rumah industri, dan warga sangat berperan aktif dalam meningkatkan bisnis lokal ini. Salah satunya rumah industri milik Maskanah, wanita berusia 78 tahun ini mengaku sudah menggeluti bidang lukis batik selama 40 tahun. “Saya sudah merintis rumah industri ini selama 40 tahun bersama 3 rekan kerja saya,” jelas wanita yang akrab dipanggil emak ini.
Kepada beritajatim, Rabu (15/2/2012), Emak Maskanah menjelaskan sudah ahli menulis batik sejak dia masih berusia 12 tahun. Dia salah seorang wanita penulis batik tertua di daerahnya. Dia mengaku, mendapatkan bakat melukis batik dari ibunya secara otodiak.
Melalui perkembangan mode, motif batik tulis miliknya pun berkembang. Dari yang pertama kali Emak belajar menulis batik adalah motif burung cipret. Dari kebanyakan motif batik tulis Sidoarjo memang terinspirasi dari motif burung yang berhabibat Sidoarjo, seperti burung cipret, dali, gereja, dan yang lainnya.
Salah seorang pengunjung, Leli, wanita berusia 22 tahun, asal Madura ini berkunjung di Kampoeng Batik Jetis mengatakan, warna batik tulis yang di garap oleh rumah industri Kampoeng Batik sangat ngejreng sekali, hampir mirip dengan batik Madura.
Pak Ali salah satu rekan kerja Emak mengatakan, “Memang batik tulis yang kami garap sedikit memper dengan batik Madura. Itu bisa dilihat dari segi warnanya yang ngejreng. Tetapi batik Madura kebanyakan menggunakan motif bunga-bunga."
Sambil memegang canting, Pak Ali menambahkan, kalau motif batik tulis Sidoarjo kebanyakan gambar burung asli Sidoarjo. Meski ada yang bunga itu juga bunga asli Sidoarjo.(*)
No comments:
Post a Comment