Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Komunitas Pegon Banyuwangi Melestarikan Naskah Kuno Pesantren untuk Milenial

Friday, September 6, 2019 | 07:33 WIB Last Updated 2019-09-06T00:33:22Z
Komunitas Pegon terima penghargaan. (Foto: nuonline)

JAKARTA (DutaJatim.com) -  Khazanah sejarah dan kebudayaan Banyuwangi dikenal luas masyarakat secara nasional maupun internasional. Bahkan seni-budaya dan sejarahnya menjadi daya tarik wisata di bumi Blambangan. Semua itu bukan kebetulan tapi ada peran aktif masyarakat untuk melestarikan sekaligua mempromosikannya ke publik.

Peran itulah yang dilakukan Komunitas Pegon. Kelompok ini  giat menggali khazanah sejarah di Banyuwangi.  Salah satu aktivitasnya adalah melestarikan naskah-naskah kuno pesantren. Atas dedikasinya itu Komunitas Pegon mendapatkan penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang diserahkan  di Jakarta, Kamis (5/9/2019) malam.
 
Penghargaan ini masuk dalam acara Gemilang Perpustakaan Nasional 2019 yang digelar di ballroom Jakarta Theater.  Tampak Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafrudin menyerahkan penghargaan disaksikan oleh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dan Duta Baca Nasional Najwa Shihab.
 
"Penghargaan ini  memotivasi  kami untuk terus menggali naskah-naskah kuno, terutama di pesantren Banyuwangi," kata Founder Komunitas Pegon Barur Rohim.
 
Naskah kuno yang disimpan oleh Komunitas Pegon  sekitar 50 buah. Semuanya berkaitan dengan kajian keislaman. "Kami banyak menemukan di pesantren-pesantren tua. Jadi kebanyakan berupa naskah keislaman," ungkap pria yang akrab disapa Ayung itu.
 
Naskah-naskah tersebut, lanjut Barur, tak hanya disimpan. Tapi, juga dikaji dan dipublikasikan melalui media sosial Komunitas Pegon. "Kami buatkan infografis dan diunggah ke medsos, agar kalangan milenial bisa lebih akrab dengan naskah kuno," terangnya.
 
Aktivitas pelestarian naskah oleh Komunitas Pegon ini juga menarik banyak pengkaji untuk mendatanginya, terutama dari kalangan mahasiswa yang sedang menggarap tugas akhir, khususnya dari beberapa kampus yang memiliki kajian filologis. "Mulai dari skripsi hingga disertasi," katanya.
 
Kepala Perpusnas Syarif Bando mengatakan pentingnya pelestarian naskah kuno. Melestarikannya sama halnya dengan melestarikan peradaban. "Agar peradaban keilmuan kita ini, tidak terputus," tegasnya.
 
Hal yang sama juga ditegaskan oleh Menpan RB Syafrudin dalam sambutannya. Pelestarian naskah kuno Nusantara merupakan bagian dari kerja kepustakaan yang harus diperhatikan oleh pengelola perpustakaan, terutama perpustakaan daerah.

"Pelestarian naskah yang baik akan masuk penilaian SAKIP bagi perpustakaan," ujarnya.
 
Untuk kategori pelestari naskah kuno dalam acara tersebut, juga diberikan kepada tujuh penerima lainnya. Di antaranya adalah Paseban Tri Panca Tunggal Jawa Barat, Kesultanan Buton Sulawesi Tenggara, Kesultanan Gunung Tabur Kalimantan Timur, Negeri Siri Sori Islam Maluku, Museum Pustaka Lontar Karangasem Bali, dan beberapa lainnya. (nuo)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update