Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Polemik The Santri, Ini Kata KH Cholil Nafis

Thursday, September 19, 2019 | 12:26 WIB Last Updated 2019-09-19T05:26:33Z


JAKARTA (DutaJatim.com) - Sutradara Livi Zheng dilanda kontroversi lagi. Setelah perjalanan kariernya yang disebut terlalu cepat melesat--hingga menimbulkan dugaan sineas karbitan--kini film The Santri karyanya dihujat sebagian orang.

Film The Santri yang juga dibintangi Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak ramai dibicarakan orang lantaran menuai kontroversi khususnya di organisasi keagamaan dan masalah pacaran. Film ini dinilai tak mencerminkan akhlak seorang santri dan tradisi yang ada di pesentren. Namun tidak semua melihatnya dari satu sisi tersebut. 

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, tidak mau memberi komentar banyak soal polemik The Santri. Sebab dia belum menontonnya secara utuh. Kiai asal Sampang, Madura, baru melihat bagian trailernya saja.

"Pertama saya enggak berani komentar karena saya belum menonton. Trailer itu kan pancingan, jadi hal yang membuat penasaran seperti apa isinya, baru saya bisa komentar kalau filmnya sudah saya tonton," kata KH Cholil Nafis saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (19/9/2019).

Namun KH Cholil Nafis mengatakan, pesantren memiliki beberapa peraturan. Tipe pesantren saat ini juga cukup beragam, termasuk mengenai pertemuan antara santri laki-laki dan perempuan. Juga masalah pacaran.

"Pesantren memang berbeda-beda. Ada pesantren yang ketat dan sama sekali tidak melihat perempuan. Ada pesantren relatif modern, itu biasanya sekolah terpisah tapi kan kadang-kadang kegiatan bisa bersama, tapi tetap dijaga bercampurnya lelaki dan perempuan. Ada pesantren yang juga sekolahnya bareng laki-laki dan perempuan," kata ulama berusia 44 tahun tersebut.

Meskipun masih ada kemungkinan antara santri laki-laki dan perempuan bertemu, namun pesantren tetap melarang keras para santrinya berpacaran.  Hukuman pun akan diberlakukan kepada santri yang kepergok menjalin kasih dengan santri lainnya.

"Pesantren tetap melarang santrinya untuk berpacaran. Makanya kan di trailer itu ketika mereka berdua, ditindak atau tidak? Dan kalau pacaran tetaplah namanya di pesantren tetap dilarang.Ya kalau ada santri nakal terus pacaran ditindaknya turun kelas kalau ketahuan. Suratan aja, laki-laki suratin perempuan, perempuan balas surat, kalau ketahuan disidang dan ada bukti, ya turun kelas," kata KH Cholil Nafis.

Adegan lain yang disoroti masyarakat yakni ketika dua santriwati masuk ke dalam gereja untuk mengantarkan tumpeng. Hal itu, kata  KH Cholil Nafis, sebenarnya para santri di pesantren tidak diberikan akses untuk berinteraksi dengan umat non-muslim.

"Kalau pesantren yang saya alami begitu. Jadi enggak usah dilarang, santri itu enggak keluar pondok," kata ulama yang juga merupakan seorang dosen tersebut.

Namun demikian, KH Cholil Nafis tampaknya enggan menilai adegan di film tersebut. Hal itu mengingat belum dijelaskan secara rinci maksud dari dua santriwati itu mengantarkan tumpeng kepada seorang pendeta.

"Konteksnya seperti apa, kan kita enggak tahu kasih tumpeng itu karena apa itu kan dilihat dari kontur masalahnya. Kita tidak bisa menilai itu seperti apa bisa jadi memberi tumpeng karena ada apa," katanya.

Seperti diberitakan The Santri mendapat kritikan dari Ketua Front Santri Indonesia (FSI), Hanif Alathas. Menurut Hanif, film ini bertentangan dengan kehidupan serta akhlak seorang santri.

Teguran keras juga dilontarkan oleh ustad Maaher Athtuwailibi terhadap film yang dibintangi oleh Wirda Mansur, putri dari Yusuf Mansur ini. Melalui unggahan di sosial medianya, ustad asal Medan ini mengutarakan pendapatnya terhadap The Santri.

"Apa namanya kalau bukan goblok? Sebuah film mengandung adegan saling tatap lelaki dan perempuan bukan mahrom. Lalu mereka berduaan di dalam hutan, masuk gereja bawa tumpeng kasih pendeta dan lain-lain,” ujar ustad Maaher di Facebook dan kemudian dibagikan melalui Instagram.(okz/hud)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update