Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Stafsus Rasa Buzzer Rugikan Jokowi

Monday, December 2, 2019 | 11:38 WIB Last Updated 2019-12-02T04:38:05Z


JAKARTA (DutaJatim.com) - Staf Khusus milenial yang ditunjuk Presiden Jokowi banjir kritik. Hal itu setelah Gracia Billy Mambrasar menjadi sorotan setelah mengunggah kata “kubu sebelah megap2” dalam kicauannya di media social terkait penerapan Pancasila. Billy pun dituduh stafsus rasa buzzer. Stafsus Rasa Buzzer Rugikan Jokowi. 

Karena itu Kaukus Pancasila meminta Billy menjaga citra diri karena menyandang stasus stafsus Jokowi. 

"Menurutku Pancasila saat ini perlu untuk mendapat sikap yang serius karena memang persoalan-persoalan kebangsaan yang menuntut kita semua untuk tidak main-main, terutama stafsus, stafsus kan kalau... maaf ya, kalau kampanye sudah digaji maka ya jangan membuat image negatif terutama untuk Pak Jokowi sendiri," kata Ketua Kaukus Pancasila, Eva Kusuma Sundari, saat dihubungi, Minggu (1/12/2019) malam.

Eva Sundari menyebut tak masalah jika Billy menunjukkan sisi milenial. Namun, kata Eva, Billy kini menyandang status stafsus Jokowi sehingga harus berhati-hati dalam bertindak.

"Jadi boleh milenial ketika dia belum mendapat stafsus boleh seenaknya, boleh macam-macam. Tapi begitu jadi stafsus maka ya harus ada perubahan, SOP, dalam menata dirinya dan juga menjaga image karena dia pilihan oleh Pak Jokowi," ucap Eva.

"Jadi ya harus hati-hati untuk jaga diri dan harus jaim kan kasihan kalau Pak Jokowi orang jadi berkontroversi karena cuitan dia," imbuh dia.
Namun Billy pun akhirnya meminta maaf atas kicauan yang telah dihapus itu.

"Assalamu'alaikum dan salam sejahtera untuk kita semua. Saya pertama memohon maaf atas kesalahpahaman yang muncul karena salah satu cuitan saya yang menggunakan kata yang menimbulkan multitafsir, yaitu kata: 'Kubu'," kata Billy Minggu (1/12/2019). "Kubu sebelah" merujuk pada rival politik Jokowi.

Billy mengatakan dirinya tak bermaksud tendensius ke kelompok masyarakat mana pun. Dia juga telah menghapus tweet tersebut.

"Saya dengan ini memohon untuk dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya karena kesalahpahaman tersebut," ujarnya.

Billy kemudian menjelaskan dia terlahir dari keluarga dengan perpaduan dua suku dan agama. Ayahnya asli Papua dan beragama Nasrani dari wilayah adat Saireri, sementara ibunya berasal dari Surabaya, dengan latar belakang keluarga muslim. 

"Kakak saya (almarhum) yang sulung bernama Yoppi Mambrasar muslim, menjalankan ibadah dengan taat dan sungguh-sungguh. Beliau telah meninggal dan dikuburkan secara muslim. Sepupu-sepupu dari keluarga besar ibu dari Jawa Timur beragama muslim dan sepupu-sepupu dari keluarga besar ayah beragama Nasrani," katanya.

Dia menuturkan, ketika Idul Fitri, dia mendapat banyak hadiah dari keluarga ibunya karena terlahir dari keluarga miskin. Perhatian yang sama juga didapatnya dari keluarga besar dari Papua saat Natal dan Tahun Baru.

"Dari kecil saya diajari indahnya perdamaian dan saling sayang yang diajarkan Islam dan rasa kasih dari Kristen. Saya menyaksikan keindahan dari hidup di Indonesia di tengah-tengah keluarga kami. Itulah sebabnya, tidak pernah sekali pun saya menyatakan hal-hal berbau kebencian dan kecurigaan," tutur Billy.

Namun dia mengakui sebagai pejabat publik bertanggung jawab untuk bekerja bagi seluruh masyarakat Indonesia. "Mohon dukungannya agar saya bekerja secara amanah, objektif, dan jujur untuk seluruh bangsa Indonesia, apa pun agamanya dan sukunya. Mohon doanya dan maafkan kekhilafan saya," pungkas Billy yang menambahkan hashtag #StafsusRasaBuzzeRp di tweet-nya.

Selain banjir kritik di media sosial, Partai Gerindra juga meminta Billy berhati-hati berkomentar. Gerindra  menegaskan bahwa pemilu sudah selesai.

"Saya menyarankan berhati-hatilah berkomentar. Sekarang saatnya kita bersatu, bersama membangun bangsa. Bukan lagi bicara kubu-kubuan. Pemilu sudah selesai. Saatnya bekerja dan tunjukkan kualitas kerja sesuai amanah rakyat," kata anggota Fraksi Gerindra DPR RI, Andre Rosiade, kepada wartawan, Minggu (1/12/2019).

Andre mengaku bisa memaklumi sikap reaktif dari Billy. Dia menyebut wajar sebagai anak muda Billy masih emosional.

"Billy ini anak muda jadi wajar masih emosional," tuturnya.
Dia berharap Billy akan makin berhati-hati. Andre mendoakan Billy bisa berubah.

"Mudah-mudahan ini pelajaran bagi yang bersangkutan agar ke depan lebih berhati-hati. Harapan saya tentu ke depan yang bersangkutan berubah. Jangan sampai di-bully netizen terus sebagai buzzer yang jadi Stafsus," tuturnya.

Billy tersandung tagar #StafsusRasaBuzzeRp gara-gara menyinggung perkubuan politik. Badan yang menggawangi urusan ideologi Pancasila juga menasihatinya.  "Dia harus bijak, karena dia menjadi teladan dalam mengaktualisasikan Pancasila. Dia harus mampu menjadi negarawan, dan negarawan tidak tergantung usia," kata Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo kepada wartawan, Minggu (1/12/2019).

Anak muda juga harus mampu menjadi negarawan bila anak muda itu menjadi pejabat. Negarawan harus mampu menjadi pelayan publik dan tak lagi terlibat perkubuan politik.

"Harus punya pengetahuan tata negara, etos, dan patos (simpati/belas kasihan) yakni pejabat negara harus berhati-hati dalam berstatement supaya pernyataannya tidak multitafsir," kata Benny.

Ketum PKPI yang juga menjabat Stafsus Presiden, Diaz Hendropriyono, meminta warganet alias netizen membantu memberikan saran yang membangun.  "Alangkah baiknya jika para netizen juga bisa membantu mereka dengan memberikan saran-saran sesuai dengan tupoksi mereka, misalkan ke Angkie terkait pemberdayaan kaum difabel yang berjumlah 21 juta jiwa, atau ke Billy terkait rencananya untuk melahirkan 100 entrepreneurs per tahun dari wilayah timur Indonesia," kata Diaz Minggu (1/12/2019).

Diaz mengimbau supaya netizen tidak sekadar memberikan nyinyiran kepada para stafsus milenial, termasuk Billy. Diaz meminta masyarakat memberikan kesempatan agar para stafsus milenial bekerja dan berkarya.

"Masyarakat silakan saja mencermati kinerja para stafsus milenial. Namun jangan hanya 'nyinyiran' saja yang diberikan. Berikan mereka ruang dan kesempatan untuk belajar. Mereka adalah pekerja keras dan mampu beradaptasi dengan cepat," ucap Diaz.

Diaz menyebut belum mengetahui apakah Billy sudah diberikan pengarahan mengenai etika menggunakan medsos. "Saya tidak tahu apakah Billy sudah mendapatkan brief mengenai socmed atau belum. Namun, yang jelas, ada satu narasi besar yang dibangun dari istana. Para stafsus milenial juga harus seirama dengan narasi yang disampaikan oleh presiden," jelas Diaz. (det/wis)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update