Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Festival Hantu Parfi Award 2020 Mulai Digelar di Banyuwangi, Nonton Yuk!

Saturday, January 11, 2020 | 08:13 WIB Last Updated 2020-01-11T01:25:18Z

BANYUWANGI (DutaJatim.com) - Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) menggelar rangkaian acara Parfi Award 2020 di Kota Banyuwangi Jawa Timur Minggu 12 Januari 2020 besok. Kota Banyuwangi dipilih pertama kali sebagai tempat kegiatan ini bukan tanpa alasan.


Selain sebagai pintu masuk ke Pulau Dewata yang akan menjadi tempat Malam Puncak Parfi Award 2020 Maret mendatang, Bumi Blambangan juga terkenal dengan budaya mistisnya. Salah satunya pernah diangkat dalam novel Desa Penari yang sempat bikin heboh media sosial beberapa waktu lalu.


"Tema Parfi Award 2020 kali ini Ghost Mania Festival. Ini bukan soal hantunya, tapi soal budaya lokal. Bagaimana masyarakat lokal memahami dan merespon masalah ghaib semacam hantu itu. Dan bagaimana film mengangkatnya untuk  disajikan dalam pertunjukan sinema sekaligus sebagai bahan diskusi sosial budaya. Saya kira ini menarik. Maka masyarakat harus datang menonton acara ini besok di Banyuwangi," kata Mustari Siera, anggota Parfi, yang sekarang tinggal di New York, Amerika Serikat, kepada DutaJatim.com, Sabtu 11 Januari 2020 pagi ini.

Parfi Awards 2020 akan diawali dengan kegiatan Roadshow di 10 Kota. Kota-kota tersebut antara lain; Bali, Banyuwangi, Bandung, Pekalongan, Lampung, Bengkulu, Palembang, Jambi, Kalimantan, Makassar, dan kota-kota lainnya. Berbagai atraksi seni budaya, dialog interaktif, workshop film, lomba, dan hiburan bertema  ’Ghost Mania Festival’ akan ditampilkan di acara ini.


Malam puncak Penganugerahan Parfi Awards 2020, dengan tema, “Etnik, Unik dan Matafisik” akan digelar di Prime Plaza Hotel, Sanur, Bali, 10 Maret 2020 mendatang.

Ketua Panitia Penyelenggara Parfi Awards 2020, Firman Nurjaya, sebelumnya menyampaikan, bahwa kegiatan yang diselenggarakannya ini dapat menjadi sarana transformasi kebudayaan berbasis pada potensi anak muda. Yaitu; anak muda yang terampil dan kreatif --  memiliki kompetensi global, tumbuh berdasarkan potensi multikultural bangsa. 

”Strategi inilah selayaknya tersosialisasi dan dapat menjadi panduan serta memiliki skala prioritas bagi masyarakat kita. Menjadi inspirasi yang mengilhami, meneladan, dan menggerakkan hati untuk mencipta, dengan berbagai karya luhur yang memiliki kearifan; wewaler,” kata Firman.

Budaya Indonesia, lanjut Firman, memiliki khasanah kisah-kisah menarik dalam berbagai persepsi visual; cerita dongeng, legenda, fabel, hikayat, dan mitos. “Peranan cerita ini terbukti dapat menjadi media komunikasi tradisional yang memberi keteladanan, dan pendidikan moral,” ujar sutradara yang juga Direktur Utama PT. Sandi International Picture ini.

Peran Sosial Film


Acara ini  didukung perusahaan di bawah PT. Intaro Holding Company. Mereka yang ikut mendukung antara lain; Nurlaila (Direktur Utama PT. Aura Ratu Pertiwi), Ni Wayan Septarini (Direktur Utama PT. MBX), Ni Wayan Julianti (Direktur Utama PT. Winnerbank Digital Axchanger), I Wayan Sulandra (Direktur Utama PT. Intaro Bangun Persada).

Hadir juga, Antonius I Made Suryanto (Direktur Utama PT. Intaro Buana Nusantara), Iendah Shinta Ariesanty (Direktur Utama PT. Intaro Finansial Teknologi), I Gusti Ayu Made Sulastri (Direktur Utama PT. Intaro Lestari Phusaka), Joenawa Nawaksara (Direktur Be Happy), Arifudin P. (Direktur Roadlink), Nurcholis (Direktur In Beauty), Komang Agus Edi Saputra (Direktur X Points), I Gede Agus Saputra (Direktur Pilogy), I Putu Gede Sukaneda Andisana (Direktur IT), dan Komang Udayani (Manajer Sandiwangi).

CEO PT. Intaro Holding Company, Gde Laksananta Sandiyasa Arsada, mengatakan, masyarakat yang beragam membutuhkan ekspresi beragam pula. 


"Di tengah berbagai krisis koeksistensi yang melanda negeri ini kita perlu meningkatkan peran film sebagai perantara sosial. Berdampingan dengan perannya sebagai komoditas komersial,” ujar Sandiyasa.

Sandiyasa menyambut baik serta mendukung penuh atas gagasan Parfi Awards 2020. Sebuah ajang apresiasi film berbasis budaya yang diselenggarakan lembaga profesi Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI).

Penghargaan ini menurutnya, penting untuk memperluas tolok ukur karya sinema. “Kita perlu menakar film Indonesia lebih dari capaian ekonomi semata. Mengingat film tidak saja berfungsi sebagai komoditas komersial, tapi juga sebagai perangkat strategis dalam interaksi kultural,” paparnya. 

Di luar gagasan penyelenggaraan Parfi Awards 2020, Sandiyasa juga telah menyiapkan perangkat produksi dan distribusi film di bawah kendali PT. Sandi International Picture. Melalui Production House (Rumah Produksi) yang didirikannya ini harapannya, industri perfilman di tanah air dapat lebih mandiri serta mengalami pertumbuhan. 


Dari sekian banyak proses dan karya yang membentuk perfilman nasional, kata Sandiyasa, film Indonesia masih diartikan sebatas film yang beredar di bioskop. Bioskop saat ini masih dipandang sebagai kanal distribusi yang paling stabil, dan paling diakrabi publik. 

“Oleh karena itu, selain produksi dengan target produksi setiap bulan satu judul film, kami juga telah menyiapkan kanal distribusi berupa bioskop online, dan bioskop rakyat. Bioskop rakyat, berupa  layar tancap modern yang akan kami bangun di tingkat kecamatan. Di tiap kecamatan ada satu unit perangkat layar tancap, dengan empat layar. Pola seperti ini sudah berlangsung di Amerika,” paparnya.

Melalui upaya ini, lanjut Sandiyasa, film Indonesia tidak hanya tersedia dan bisa diakses oleh warga kelompok ekonomi tertentu. Atau bioskop hanya tersedia di kota-kota besar. Bioskop kelas menengah-atas yang hampir semuanya berada dalam mal dan pusat perbelanjaan elite. 


“Akibatnya film Indonesia hanya relevan bagi sejumlah kelompok warga, dan kurang menyentuh aspek kultural masyarakat Indonesia secara luas,” ungkapnya.

Sandiyasa juga mengingatkan, untuk mewujudkan capaian komersial, sineas tidak bisa lepas dari pemanfaatan unsur dan pengelolaan strategi kultural -- pemahaman akan subjek, pakem budaya, kebiasaan warga, psikologi penonton, dan sebagainya. 

“Untuk mewujudkan capaian-capaian kultural, sineas tidak bisa lepas dari pemanfaatan unsur dan pengelolaan strategi komersial—perencanaan alur kas, pengedaran, promosi, akses permodalan, dan sebagainya,” pesannya dalam keterangan pers tertulisnya terkait Parfi Award 2020. (gas)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update