Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Amerika Serikat Lebih Parah dari China, Dunia Jor-joran Stimulus Corona

Friday, March 27, 2020 | 13:22 WIB Last Updated 2020-03-27T06:22:08Z


 Kawasan Hollywood seperti kota mati.

JAKARTA (DutaJatim.com) - Setidaknya 35 negara melakukan lockdown untuk memerangi meningkatnya wabah virus Corona atau COVID-19. Amerika Serikat (AS) sejauh ini belum melakukan lockdown total tapi sejumlah negara bagian sudah melakukannya sebab wabah virus Corona berkembang sangat pesat. Presiden Donald Trump sendiri takut dampak lockdown terhadap reputasi dan perekonomian negaranya.


Kasus terkonfirmasi positif virus corona baru di Amerika Serikat malah telah mencapai 85.653 kasus atau melampaui kejadian COVID-19 di China yang sebanyak 81.782, berdasarkan data dari John Hopkins University yang dikutip di Jakarta, Jumat 27 Maret 2020. China merupakan episentrum pandemi COVID-19.  


John Hopkins University yang menghimpun data dari berbagai sumber resmi secara internasional mencatat kasus ketiga terbanyak di dunia terjadi di Italia yang juga hampir melampaui China sebagai episentrum pertama sebanyak 80.589.

Selanjutnya di urutan keempat dan seterusnya berturut-turut adalah Spanyol (57.786), Jerman (43.938), Prancis (29.566), Iran (29.406), Inggris (11.812), dan Swiss (11.811).

Berdasarkan laporan harian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per tanggal 26 Maret 2020, penambahan kasus baru per hari kembali mencapai puncak tertingginya yaitu 49.219 kasus. Sebelumnya, WHO mencatat kasus baru COVID-19 secara global sempat tertahan tidak lebih dari 40 ribu kasus per harinya dalam tiga hari ke belakang.

Kasus kematian akibat COVID-19 terbanyak terjadi di Italia (8.215 jiwa), Spanyol (4.365 jiwa), Hubei China (3.169 jiwa). Semenjak China berhasil menekan dan menurunkan tren kasus baru COVID-19 setiap harinya, orang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit tersebut terus pulih.

Dari sekitar 81 ribu kasus positif COVID-19 di China, lebih dari 61 ribu orang atau sekitar 74 persen kasus telah pulih dari penyakit tersebut.

Berdasarkan data WHO, kasus baru di China saat ini juga konsisten di bawah 200 kasus yang bahkan sebelumnya sempat di bawah 50 kasus. Kota pertama yang menjadi episentrum virus COVID-19, Wuhan, juga pernah mencatat tidak ada kasus baru yang disebabkan oleh penularan lokal yang terjadi di kota tersebut.

Hingga saat ini jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia mencapai 893 orang atau bertambah 103 orang dari total 790 kasus per hari pada Kamis (26/3).
Jumlah kasus yang sembuh bertambah empat menjadi 35 orang sementara kasus meninggal bertambah 20 sehingga total kasus meninggal akibat COVID-19 menjadi 78 orang.

Jor-joran Stimulus

Jumat 27 Maret 2020 hari ini juga hari penentuan stimulus bagi AS.  Pemerintah dan senat Amerika Serikat sepakat menggelontorkan paket stimulus sebesar 2 triliun dollar AS atau setara dengan Rp 33.000 triliun (asumsi kurs Rp 16.500 per dollar AS). Paket stimulus tersebut disiapkan untuk menggenjot perekonomian AS di tengah tekanan pandemi virus Corona. 

Direktur Urusan Legislatif Gedung Putih, Eric Ueland, mengatakan, paket stimulus siap digelontorkan usai pemerintah memiliki kesepakatan dengan senat. "Kita telah memiliki kesepakatan," ujarnya dikutip dari CNN, Rabu (25/3/2020). 

Anggota Senat Mitch McConnell mengumumkan, kesepakatan antar kedua pihak berhasil didapat setelah melalui diskusi yang cukup panjang. "Setelah melalui diskusi intens, senat telah mencapai kesepakatan untuk paket relaksasi bersejarah ini guna mengatasi pandemi," katanya. 

Adapun detail dari paket stimulus ini masih belum diumumkan. Kendati demikian, berdasarkan hasil diskusi antara kedua pihak, paket stimulus akan difokuskan ke beberapa sektor. Sebesar 250 miliar dollar AS untuk bantuan langsung ke keluarga dan individu, 350 miliar dollar AS untuk pinjaman usaha kecil, 250 miliar dollar AS untuk asuransi dan bantuan pengangguran, dan 500 miliar dollar AS untuk bantuan kepada perusahaan yang terdampak. 

Di dalam paket stimulus ini nantinya juga terdapat aturan yang melarang dana bantuan diberikan kepada Presiden Donald Trump beserta keluarganya, pemerintah, dan anggota kongres. Apabila berhasil melalui kongres, paket stimulus ini akan menjadi bantuan paling besar yang diluncurkan oleh legislatif AS.

Bukan hanya AS. Bahkan negara-negara itu jor-joran stimulus untuk menangani dampak Corona. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan beberapa langkah yang dilakukan oleh negara-negara anggota G-20 dalam menangani pandemik virus corona ini. Hal tersebut dia utarakan seusai melakukan pertemuan luar biasa tingkat menteri dan gubernur bank sentral negara-negara G-20 via video conference kemarin. 

Bendahara Negara itu pun mengungkapkan, pada dasarnya semua negara anggota G-20 dan beberapa negara tambahan melakukan respons kebijakan dengan menelurkan berbagai stimulus luar biasa dan terkoordinasi baik pada sektor fiskal dan moneter, ditambah dengan kebijakan tak terduga lainnya. 

Sri Mulyani menjabarkan, hampir semua bank sental di setiap negara melakukan relaksasi kebijakan dalam bentuk penurunan suku bunga, peningkatan likuiditas, dan berbagai hal lain dalam rangka mendukung sektor keuangan. Adapun di bidang fiskal, banyak negara menerapkan kebijakan countercylical atau kontra siklus dalam menangani masalah kesehatan serta keamanan di dalam menciptakan social safety net (SSN) atau jaring pengaman sosial, serta melindungi dunia usaha yang terancam bangkrut secara cukup masif. 


Adapun beberapa langkah yang dilakukan beberapa negara anggota G-20 dalam menangani pandemik virus corona berdasarkan paparan Sri Mulyani adalah: 

Australia 

Sri Mulyani memaparkan, Pemerintah Australia sudah mengajukan ke parlemen untuk bisa memberikan stimulus sebesar 109 miliar dollar Australia. Angka tersebut setara 10 persen dari produk domestik bruto (PDB) Negeri Kanguru tersebut. Stimulus itu akan digunakan untuk memberi dukungan kepada pihak-pihak yang terdampak langsung virus corona. 
"Australia adalah negara terakhir yang bicara, karena Menkeu Australia (Josh Frydenberg) sedang melakukan pertemuan parlemen untuk persetujuan paket 189 miliar dollar Australia, yang akan di-deploy dalam bentuk dukungan kepada mereka yang mengalami dampak langsung dari Covid," jelas Sri Mulyani.   

China 

Sebagai pusat penyebaran dan salah satu negara yang paling terdampak parah perekonomiannya akibat pandemik virus corona, Pemerintah China bakal menggelontorkan paket stimulus sebesar 17,2 miliar dollar AS. Selain itu, Negeri Tirai Bambu yang telah melalui masa sulit dan tengah bangkit itu bakal meningkatkan kapasitas produksi di sektor manufaktur. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar serta alat kesahatan. 

"China pun dalam situasi sekarang udah agak recover, fokus normalisasi sektor produksinya karena berbagai permintaan, termasuk ke alat kesehatan," ujar Sri Mulyani. 
"Itu jadi meningkat luar biasa di dunia seperti APD, masker, hand sanitizer itu seluruh dunia permintaan melonjak dan banyak negara maju tidak lagi punya pabrik pembuatan," jelas dia. 

Italia

Sebagai negara yang telah melakukan lockdown atau isolasi total selama lebih dari tiga pekan, Italia bakal mengalokasikan fiskal sebesar 27 miliar dollar AS untuk menangani virus corona. Pasalnya, sudah lebih dari 5.000 warga negara Italia yang meninggal akibat virus corona. Sri Mulyani pun mengatakan, negara tersebut bakal mengalami resesi bahkan hingga double digit. 


" Resesi yang sifatnya signifikan bahkan kemungkinan negatif sampai lebih dari double digit. Resesinya dalam sekali," tutur Sri Mulyani. 

Dia mengatakan Italia sedang melakukan konsolidasi dalam rangka memperbaiki respons dari sisi kesehatan dan ekonominya. Stimulus fiskal yang digelontorkan itu untuk memberikan jaminan kepada masyarakat yang terkena PHK dan pelonggaran kredit untuk bisa mengembalikan sektor produksinya.

Inggris 

Pemerintah Inggris bakal menggelontorkan stimulus setara dengan 4 persen PDB. Stimulus tersebut berupa hibah tunai, keringanan pajak, hingga subsidi kepada pekerja yang mengalami PHK, serta upah kepada orang-orang yang mengalami pengurangan jam kerja. 

Uni Eropa 

Sri Mulyani mengatakan, berdasarkan perhitungan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB), jika Eropa melakukan lockdown, dalam empat minggu ekonomi negara tersebut bisa terkoreksi hingga 2 persen. 

"Maka sudah pasti resesi," ujar dia. 

Otoritas kawasan tersebut pun bakal menggelontorkan stimulus mencapai 100,84 miliar dollar AS. 

Kanada

Sri Mulyani memaparkan, pemerintah Kanada bakal menganggarkan stimulus hingga 3,6 persen dari total PDB. Stimulus tersebut bakal digunakan untuk mendukung pekerja dan sektor usaha dengan alokasi anggaran sebesar 63,9 miliar dollar AS. "Dengan tambahan 500 miliar dollar AS dalam rangka memberikan jaminan ke sektor perbankan," ujar dia. 

Prancis 

Untuk Perancis, Sri Mulyani memaparkan, pemerintah setempat menggelontorkan anggaran sebesar 45 miliar euro untuk belanja negara dan 300 miliar dollar AS untuk jaminan sosial ke masyarakat. 
"Prancis support 2 persen GDP fiskal, plus 10 persen untuk guarantee ke perusahaan, termasuk swasta," jelas Sri Mulyani. 

Jerman 

Jerman menaikkan anggaran belanja negaranya sebesar 40 persen untuk stabilisasi dan paket dalam rangka stabilisasi dalam bentuk 100 miliar euro dan 400 miliar euro dalam bentuk instrumen utang untuk mendukung sektor usaha. "Semua negara sekarang melakukan tindakan-tindakan yang tidak konvensional dan gunakan seluruh instrumen dan resources untuk bisa pertama, menjaga keamanan masyarakatnya. Jadi, masalah kesehatan adalah priroitas sama seperti di Indonesia," jelasnya. 

Indonesia

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Untuk mempertahankan daya beli masyarakat di tengah pandemi corona, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merilis sembilan kebijakan bantuan. Pertama, Jokowi memerintahkan seluruh menteri, gubernur dan walikota memangkas rencana belanja yang bukan belanja prioritas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran yang dipangkas antara lain perjalanan dinas, pertemuan yang tidak perlu dan belanja lainnya yang dampaknya tidak dirasakan langsung oleh masyarakat. 

Kedua, pemerintah pusat dan pemerintah daerah diminta untuk memfokuskan kembali dan mengalokasikan ulang anggarannya. Hal ini dirasa perlu untuk mempercepat pengentasan dampak corona, baik dari sisi kesehatan dan ekonomi. Langkah tersebut sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran serta Pengadaan Barang dan Jasa dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019. Instruksi yang dikeluarkan pada 20 Maret 2020 tersebut, juga menginstruksikan percepatan barang dan jasa untuk mendukung penanganan pandemi corona. 

Ketiga, Jokowi meminta pemerintah pusat serta pemerintah daerah menjamin ketersediaan bahan pokok, diikuti dengan memastikan terjaganya daya beli masyarakat, terutama masyarakat lapisan bawah. "Bantu para buruh, pekerja harian, petani, nelayan, dan pelaku usaha mikro dan kecil agar daya belinya terjaga," ujar Jokowi. 


Keempat, ia meminta program Padat Karya Tunai diperbanyak dan dilipatgandakan, dengan catatan harus diikuti dengan kepatuhan terhadap protokol pencegahan virus corona, yaitu menjaga jarak aman satu sama lain. Selain itu, Jokowi juga meminta program Padat Karya Tunai di beberapa kementerian ditingkatkan, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Di sisi lain, alokasi dana desa dan program pemerintah daerah harus diutamakan untuk kegiatan padat karya guna membantu masyarakat, buruh tani, dan nelayan di seluruh tanah air. Hal ini juga perlu diikuti dengan menjaga jarak aman antar pekerja. 

Kelima, pemerintah memberikan tambahan sebesar Rp 50.000 pada kartu sembako murah selama enam bulan. Dengan demikian, peserta kartu sembako akan menerima Rp 200.000 per keluarga per bulan. Untuk menjalankan alokasi tambahan kartu sembako ini, pemerintah menganggarkan biaya Rp 4,56 triliun. 

Keenam, Jokowi mempercepat impelemntasi kartu pra-kerja guna mengantisipasi pekerja yang terkena PHK, pekerja kehilangan penghasilan, dan penugusaha mikro yang kehilangan pasar dan omzetnya. Dengan demikian, masyarakat yang terdampak tersebut dapat meningkatkan kompetensi dan kulitasnya melalui pelatihan kartu pra kerja. Tahun ini, pemerintah telah mengalokasikan Rp 10 triliun untuk kartu pra kerja sebesar Rp 10 triliun. 

Dari alokasi ini, peserta kartu pra-kerja diberikan honor insentif Rp 1 juta perbulan selama 3-4 bulan. 


Ketujuh, pemerintah juga membayarkan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 yang selama ini dibayar oleh wajib pajak (WP) karyawan. Alokasi anggaran yang disediakan mencapai Rp 8,6 triliun. Kedelapan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan relaksasi kredit di bawah Rp 10 miliar untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Relaksasi tersebut berupa penurunuan bunga dan penundaan cicilan selama setahun, baik dari perbankan dan industri keuangan non bank. Jokowi pun meminta pihak perbankan dan keuangan non bank untuk tidak mengejar para debitur. 

"Apalagi pakai jasa debt collector. Saya minta kepolisian catat ini," katanya. 
Terakhir, masyarakat berpenghasilan rendah yang melakukan kredit kepemilikan rumah (KPR) bersubsidi, akan diberikan stimulus. Salah satunya, pemerintah memberikan subsidi bunga hingga masa angsuran 10 tahun. "Selisih bunga 10 tahun jika bunga di atas 5%, maka selisih bunga dibayar pemerintah," kata Jokowi. 

35 Negara Lockdown

Sementara itu, Presiden Jokowi tidak melakukan lockdown untuk Indonesia meski perkembangan kasus virus Corona semakin meluas. Namun demikian, seperti dilaporkan  AFP, sejauh ini 35 negara memberlakukan lockdown nasional maupun lokal serta memaksa hampir 1 miliar warganya terkurung di rumah. Amerika Serikat tidak melakukan lockdown secara nasional, tapi sejumlah kota seperti New York, California, Philadelphia, sudah melakukan lockdown. Sedang Washington, negara bagian dengan kasus corona tinggi, belum melakukan lockdown meskipun membatasi aktivitas warga secara ketat.

Kasus virus corona di AS melonjak drastis hingga menempatkan negara itu di urutan ketiga dunia, di bawah China dan Italia. Sejauh ini AS melaporkan 25.493 kasus, sebanyak 307 di antaranya meninggal dan 171 sembuh. Selain Italia, Spanyol juga menunjukkan perkembangan kasus yang sangat mengkhawatirkan. Data pada Sabtu menunjukkan, Negeri Matador mengonfirmasi lonjakan 32 persen kasus kematian sehingga menembus angka 1.300.

Perdana Menteri Pedro Sanchez memperingatkan, negara harus mempersiapkan diri untuk melalui hari-hari yang sangat sulit ke depan. Kasus kematian di Prancis juga melonjak menjadi 562 pada Sabtu. Prancis sudah menerapkan lockdown sejak beberapa hari lalu, menyusul Italia dan Spanyol. Selain itu, Inggris, Prancis, Irlandia, El Savador, Belgia, Polandia, Argentina, Yordania, belanda, Denmark, Malaysia, Filipina, Lebanon, juga sudah melakukan lockdown. Hampir semua negara panik. bahkan situasinya mencekam. Namun, sebaliknya di Kota Wuhan, China--sumber pertama virus Corona--yang kasus virus ini mereda. Bahkan China akan membuka Kota Wuhan pada 8 April 2020 mendatang.

Presiden Donald Trump memperingatkan bahwa lockdown berkepanjangan untuk mencegah penyebaran virus corona dapat menghancurkan Amerika Serikat. "Banyak orang sepakat dengan saya. Negara ini tidak dibangun untuk tertutup. Kalian bisa menghancurkan sebuah negara jika menutupnya seperti ini terus," ujar Trump kepada Fox News Rabu (25/3/2020) WIB.

Trump lantas mengatakan bahwa ia ingin membuka kembali AS sebelum perayaan Paskah yang jatuh pada 12 April mendatang. "Saya ingin membuka negara ini dan mempersiapkan semuanya agar bisa dibuka pada Paskah," ucap Trump seperti dikutip AFP.

Sebagian wilayah di Amerika Serikat memang menerapkan penutupan demi mencegah penyebaran virus corona lebih luas.

Pakar kesehatan menganggap social distancing merupakan salah satu cara efektif untuk mengurangi prospek penularan Covid-19. Namun, Trump menegaskan bahwa penutupan berkepanjangan sangat berlebihan. "Kita kehilangan ribuan orang dalam setahun karena flu. Kita tidak menutup negara ini. "Kita kehilangan lebih banyak orang karena kecelakaan kendaraan. Kita tidak meminta perusahaan kendaraan, 'Berhenti produksi mobil. Kami tidak mau ada mobil lagi," katanya.

Sejumlah pengamat menganggap pernyataan Trump ini sangat berbau politik karena pada November mendatang AS akan menggelar pemilu.  Janji kampanye Trump tahun ini mencakup perekonomian yang kuat dan tingkat pengangguran rendah.

"Kita tidak bisa kehilangan Boeing. Kita tidak bisa kehilangan perusahaan-perusahaan ini. Jika kita kehilangan perusaahan-perusahaan itu, kita bicara soal ribuan pekerjaan, jutaan pekerjaan," katanya. 

paling baru seluruh penduduk India mulai menjalani karantina wilayah atau lockdown selama tiga pekan penuh, di tengah lonjakan kasus virus corona di negara itu.  Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengatakan kepada penduduk India yang berjumlah sebanyak 1,3 miliar jiwa, bahwa satu-satunya cara menyelamatkan mereka dari virus corona adalah untuk tidak bepergian.

"Akan ada larangan total untuk keluar dari rumah Anda," kata Modi dalam pidato yang disiarkan televisi, Selasa (24/03). "Seluruh negeri akan lockdown, lockdown total," ujarnya kemudian.

Dia mengimbau agar orang-orang tidak panik - tetapi orang banyak dengan cepat menyerbu toko-toko di ibu kota, Delhi, dan kota-kota lain, sebelum peraturan berlaku.  Belum jelas apakah nantinya warga boleh ke luar rumah untuk sekedar membeli makanan dan kebutuhan pokok lainnya, setelah aturan itu diterapkan.
Karantina wilayah ini ditempuh setelah terjadi peningkatan tajam kasus Covid-19 dalam beberapa hari terakhir. Tercatat ada 519 kasus yang dikonfirmasi di seluruh India dan 10 kematian. 

India - yang memiliki populasi 1,3 miliar - bergabung dengan daftar negara yang memberlakukan kebijakan lockdown.   Adapun di seluruh dunia, terdapat lebih dari 400.000 kasus positif, berdasarkan data Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat. Korban meninggal mencapai lebih dari 18.000 ribu orang.

Wuhan Dibuka

Sementara itu Pemerintah China berencana membuka kembali kota Wuhan sekaligus melonggarkan pembatasan perjalanan warga di pusat Provinsi Hubei itu pada 8 April 2020. Selama 2 bulan terakhir, otoritas China mengunci (lockdown) kota yang menjadi episentrum utama infeksi pada awal perkembangan wabah virus corona (Covid-19) tersebut. 

Sebagaimana dilansir kantor berita China, Xinhua, pemerintah lokal setempat menyatakan warga Wuhan akan diizinkan untuk melakukan perjalanan keluar kota, termasuk daerah di luar Provinsi Hubei. Izin bepergian keluar kota Wuhan akan diberikan kepada warga yang memegang kode kesehatan hijau atau tanda bahwa mereka tidak memiliki kontak dengan pasien positif Covid-19 maupun orang yang diduga terinfeksi. 

Pemerintah lokal Hubei juga berencana menempuh sejumlah langkah guna menghidupkan kembali denyut perekonomian di Kota Wuhan, meski dengan tetap mempertimbangkan risiko kesehatan. Keputusan yang diumumkan melalui surat edaran resmi Pemerintah Provinsi Hubei tersebut keluar setelah kasus-kasus baru Covid-19 semakin jarang ditemukan di Wuhan. 

Kasus terakhir di Wuhan dilaporkan pada Senin (23/3/2020) lalu setelah lima hari berturut-turut tidak ada temuan baru. Kasus ini sekaligus satu-satunya di Hubei pada 23 Maret. Para dokter yang sebelumnya dikirim ke Hubei juga telah meninggalkan daerah itu pada pekan lalu karena penurunan jumlah kasus akibat transmisi lokal, termasuk di daerah-daerah lain di China. Sementara pembatasan perjalanan warga daerah lain di Hubei akan dicabut lebih cepat, mulai Rabu 25 Maret 2020. 

Warga yang memiliki kode hijau dan hasil pengujian asam nukleat-nya negatif akan mendapatkan izin guna pergi ke tempat kerja mereka di luar Hubei. Pemerintah kota-kota besar di China, termasuk Shanghai dan Shenzhen, sebelumnya juga sudah menyatakan akan mengizinkan warga Hubei yang memegang kode sehat, memasuki wilayahnya tanpa perlu melalui karantina 14 hari, sehingga mereka bisa segera bekerja. Meski demikian, Pemerintah Provinsi Hubei masih menunda pembukaan sekolah-sekolah di daerah tersebut, hingga ada pemberitahuan resmi lebih lanjut. 

Seorang Guru Besar Ilmu Hukum dari Universitas Wuhan, Qin Qianhong menyatakan pembukaan lockdown di kawasan Hubei penting segera dilakukan. Sebab, warga di kawasan itu sudah terlalu lama berada dalam kota yang terkunci. 

"Sejauh ini, selain Italia, tidak ada negara lain, yang menerapkan lockdown serupa. Banyak orang dikurung di rumah mereka selama lebih dari 60 hari dan hal itu bisa memicu masalah kesehatan mental yang serius," kata Qin, seperti dilansir South China Morning Post (SCMP). 

Selain itu, kata Qin, karantina massal di Wuhan dan daerah lain di Hubei telah mencapai titik kritis karena banyak warga kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka selama tidak bekerja. Namun, Qin mengingatkan adanya risiko penyebaran infeksi baru ketika lockdown kota Wuhan dan daerah lainnya di Hubei dibuka mengingat pergerakan orang akan kembali meningkat cepat. Apalagi, pada hari Selasa, ada laporan satu kasus baru yang dialami oleh seorang dokter di Rumah Sakit Renmin, Wuhan. Laporan itu memicu kekhawatiran soal kemungkinan ada kasus-kasus lain di rumah sakit itu yang selama ini luput tidak terdeteksi. (kcm/det/okz/ant)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update