Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menteri Erick Thohir Siap Perangi Mafia Beras

Thursday, March 5, 2020 | 12:58 WIB Last Updated 2020-03-05T05:58:11Z

JAKARTA (DutaJatim.com) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menabuh genderang perang melawan mafia beras. Tujuannya  agar tidak menghancurkan pendapatan petani. Erick juga menebar warning kepada pihak yang bekerja sama atau berbisnis dengan pemerintah agar tidak mengakali BUMN untuk kepentingan tertentu. 

"Mafia ada di semua bisnis dan akan kami hadapi. Kami ingin menyadarkan (mafia), boleh berbisnis, boleh untung, tapi jangan petani  dihancurkan pendapatannya. Ini yang kami lawan," papar Erick saat melakukan kunjungan ke gudang Bulog Rabu 4 Maret 2020.


Menteri BUMN tengah memantau pasokan beras di Gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Yang dia maksud sebagai mafia adalah pengusaha-pengusaha  membeli beras dengan harga murah saat panen dan menjualnya dengan harga mahal saat dibutuhkan banyak orang. Erick menyinggung mafia beras saat memberi penjelasan terkait upaya pemerintah memperbaiki distribusi pangan.

"Pak Budi (Budi Waseso) sendiri terus berupaya memperbaiki distribusi yang artinya apa bahwa dalam berbisnis itu hak, boleh untung tapi yang tidak boleh kan beras ini dimafiakan. Dalam arti, mohon maaf nih kita ingin lihat (mantau) hal yang lain. Jangan sampai ketika rakyat butuh harga dimahalkan, ketika panen harga dibanting petani dimiskinkan," katanya.

Dalam bisnis beras, Erick ingin semua pihak diuntungkan, mulai dari petani hingga masyarakat yang menjadi konsumen. 


 "Maksudnya kita harus berdagang semuanya win-win, sama sama baik. Petani nggak boleh dikorbankan, rakyat mesti membeli dengan harga yang baik, yang namanya pedagang boleh untung itu hak," ungkapnya.


Saat disinggung keberadaan mafia itu, Erick tidak menerangkan secara rinci. Ia hanya menyebut, mafia itu ada dalam setiap usaha. 


 "Kalau mafia di semua bisnis ada, yang kita hadapi justru kita ingin menyadarkan boleh berbisnis, boleh untung tapi jangan petani dihancurkan pendapatannya, jangan rakyat disuruh beli mahal-mahal. Apalagi yang selalu saya bilang namanya swasta bekerja sama dengan BUMN hal yang lumrah, tapi jangan BUMN diakalin," terangnya lagi.



Pengecekan beras di gudang Bulog tersebut untuk memastikan pasokan beras aman dalam menghadapi virus corona maupun Lebaran.


"Saya rasa dengan adanya corona virus dan juga menuju Lebaran pasti masyarakat mempertanyakan bagaimana kesiapan pemerintah," katanya.


"Komponen pemerintah kan banyak Bulog dan lain, dan tentu kita ingin memastikan stok beras aman baik untuk saat ini kita menghadapi corona virus ataupun untuk Lebaran," katanya.



Demi melindungi harga, Erick berpesan kepada Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso untuk memperbaiki sistem distribusi beras kepada masyarakat. Menurutnya, Bulog harus mencari saluran distribusi lain untuk memastikan harga beras terjaga hingga ke masyarakat.


Dalam hal ini, Erick menyebut akan melakukan penjajakan kerja sama distribusi beras Bulog dengan supermarket dan mini market. Erick juga memastikan stok beras nasional mencukupi hingga Lebaran. Saat ini, gudang Bulog menampung 1,6 juta ton beras sementara panen raya pada bulan Maret diestimasi akan menghasilkan 2,8 juta ton beras.


"Jadi ditambah ini (stok beras saat ini) dan itu (stok panen raya), stok beras kita aman sampai Lebaran," kata Erick.




Selain beras, Erick mengungkap pemerintah akan melawan praktik tidak bertanggung jawab demi menggenjot kuota impor. Salah satunya, adalah praktik pembocoran kilang gas negara untuk menekan laju produksi dalam negeri.


Dia menegaskan pemerintah tidak anti impor dan tetap mengeluarkan kuota impor jika dibutuhkan. Namun, dia tidak menginginkan penambahan kuota akibat penggelembungan impor oleh oknum.
"Yang saya selalu bilang swasta dengan BUMN kerja sama sudah lumrah. Tapi jangan BUMN diakali. Kami tidak anti impor tapi (jangan) kilang gas dibocorin biar impor terus," ucap Erick. 


Direktur Utama Bulog Budi Waseso menambahkan, panen raya yang akan berlangsung pada akhir Maret hingga akhir April 2020 ini diperkirakan akan menghasilkan surplus 2,8 juta ton beras.

"Bulog akan menyerap di atas 1,4 juta dengan kondisi gudang saat ini. Dengan begitu, beras-beras ini juga perlu didistribusikan dari gudang," kata dia.


Penjualan beras melalui situs komersial Bulog dalam tiga hari berturut-turut meningkat dari Rp 129 juta hingga Rp 170 juta. Padahal, biasanya hanya sampai Rp 70 juta. 


"Ini terjadi karena masa panen belum tiba sehingga kebutuhan masyarakat mulai menipis. Jadi belilah di Bulog. Bukan karena virus corona," terang Erick. (det/cnni)






No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update