Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hukum dan Keutamaan Puasa Syawal, Puasa Tidak Berurutan

Sunday, May 17, 2020 | 09:46 WIB Last Updated 2020-05-17T02:46:27Z


Selama Ramadhan Redaksi memuat rubrik konsultasi agama. Diasuh oleh Wakil Ketua PWNU Jatim KH Abdurrahman Navis Lc MHI.

Pertanyaan:

Ustadz, saya dengar setelah puasa Ramadhan ada puasa di bulan Syawal, yang menjadi pertanyaan saya ustadz, apa keutamaan puasa Syawal? Dan apa harus langsung setelah Lebaran secara berurutan atau boleh di pisah-pisah? Atas jawaban ustadz saya haturkan terima kasih.


Ibu Andin
Waru Sidoarjo

Jawaban:

Ibu Andin yang saya hormati, orang yang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa sunah enam hari di bulan Syawal, maka nilai pahalanya sama juga puasa satu tahun. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ayyub al-Anshori bahwa Rasulullah SAW bersabda:

من صام رمضان وأتبعه ستا من شوال فكأنما صام الدهر

 “ Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan dia puasa setahun”. (H.R. Muslim)


Itulah keutamaan puasa 6 hari di bulan Syawal setelah puasa Ramadhan 30 hari sama dengan puasa satu tahun. Dengan asumsi, 1 tahun = 360 hari. 1 bulan Ramadhan + 6 Syawal = 36 hari X 10 = 360 hari (karena setiap 1 kebajikan dilipatgandakan menjadi 10 X).


Ibu Andin, adapun pelaksanaan puasa Syawal apakah harus berurutan dan langsung setelah Idul Fitri? 


Ada beberapa pendapat Ulama’:


1.      Imam Ahmad bin Hanbal: Puasa Syawal boleh dilaksanakan berurutan dan langsung setelah Lebaran (tanggal 2 Syawal) atau secara terpisah-pisah dan tidak langsung, asal masih dalam lingkup bulan Syawal. Keduanya sama tidak ada yang lebih utama antar keduanya.


2.      Imam Hanafi dan Syafi’i: Yang lebih utama dilaksanakan secara langsung setelah Idul Fitri dan berurutan (2 -7 Syawal) sehingga ada istilah Lebaran ketupat pada tanggal 8 Syawal itu merupakan Lebaran bagi orang yang puasa Syawal. Namun boleh dikerjakan secara terpisah dan tidak langsung.

3.      Imam Malik: Puasa Syawal itu makruh dilaksanakan, karena khawatir orang awam mengira bahwa puasa Syawal itu termasuk bagian dari puasa Ramadhan[13].

Ibu Andin yang dimuliakan Allah SWT, kesimpulannya, puasa Syawal itu sunnah dan keutamaanya kalau dijumlah dengan puasa Ramadhan sama dengan puasa setahun. Pelaksanaannya boleh langsung dan berurutan juga boleh tidak asal masih dalam bulan Syawal. Wallahu a’lam bisshowab. (*)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update