Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Gus Baha: Umat Islam Beriman Pas-pasan Digiring Bersimpati pada Komunis

Thursday, June 11, 2020 | 23:11 WIB Last Updated 2020-06-11T16:21:53Z




SURABAYA (DutaJatim.com)  –  KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha memberi warna baru dalam dunia pengajian (baca: ceramah agama) di Tanah Air. Sederhana. Lugas. Terkesan ndeso. Bahasanya mudah dimengerti alias komunikatif. Tapi banyak orang menilai Gus Baha keren. Sebab, beliau bisa menjelaskan masalah yang sebenarnya sulit dipahami menjadi mudah bagi orang awan dengan bahasa sehari-hari audiensnya. Termasuk bila menerangkan ilmu hikmah hingga masalah politik. 

Sebut contoh saat menerangkan bahaya bagi muslim yang membela komunisme. Pada Kamis (11/6/2020) video ngaji Gus Baha bertajuk ‘Umat Islam yang Imannya Lemah Digiring untuk Simpati Pada PKI – Gus Baha’ menyasar warganet.

Dalam video yang diunggah channel @Hikmah Ulama, berdurasi 10 menit 55 detik itu, awalnya Gus Baha menjelaskan tentang jihad. Bahwa, Jihad itu tidak termasuk dalam rukun Islam.

“Nabi juga tidak pernah memasukkan Jihad bagian dari rukun Islam. Jihad itu kondisional. Jadi, kalau harus jihad, ya jihad. Tetapi, jihad tidak pernah menjadi bagian dari rukun Islam,” tegas Gus Baha.

Menurut Gus Baha, (masalah jihad) ini perlu disampaikan karena sekarang, banyak orang beranggapan, bahwa, orang yang sudah sahadat, sudah salat, sudah puasa, hanya karena tidak jihad, kemudian disebut tidak Islam. “Itu salah besar. Karena rukun Islam itu, di semua hadits sohih tidak pernah memasukkan jihad sebagai bagian dari rukun Islam,” katanya mengulang kelimat yang sudah diucapkan sebelumnya.


Tak kalah menarik, Gus Baha kemudian menyebut soal jihad melawan komunis. Gus Baha cerita bahwa dirinya baru saja bertemu dengan beberapa kiai di Kajen, Jawa Tengah. “Saya akan beritahu Anda semua tentang ciri khas ulama, meski kita sendiri tidak perlu mengaku sebagai ulama,” katanya.

Menurut Gus Baha, ulama juga punya kelemahan. Termasuk dalam menghadapi harta dan wanita. Kalau ada orang tidak tertarik keduanya, maka, tidak normal. “Saya mau terangkan (soal komunisme). Awas kalau tidak paham,” tegasnya.

“Kamu jangan jadi LSM yang terjebak isu pemutarbalikan sejarah. Misalnya begini: wah itu dulu (PKI) hanya ciptaan orde baru, sebetulnya kejadiannya tidak begitu. Sejarah itu (memang) bisa dibolak-balik. Oke sejarah memang bisa dibolak-balik, tetapi, kita harus ikuti yang resmi, karena Islam itu tidak mau ribet,” jelasnya.





Awas Kalau Tidak Paham

“Simak dengan serius. Ini fatwa saya. Sampai saya bertemu Allah swt, fatwa saya tetap seperti ini. Yang terpenting dalam aqidah Islam, kamu membenarkan satu ormas atau satu organisasi politik atau satu gerakan apa saja, cek itu dari ajarannya apa? Tidak penting sejarah. Menurut ajaran Islam, kalau orang mengajak kepada komunisme, mengajak ateisme, tidak bertuhan, itu pasti ajaran yang salah. Meskipun, orang itu berperadaban secara benar, meski pun orang itu, berposisi terdholimi,” jelas Gus Baha.

“Misalnya ada orang yang didholimi, kemudian mengajarkan komunisme hanya karena didholimi, ini berbahaya. Biasanya orang-orang LSM tertentu kemudian simpati, kalau sudah simpati, membenarkan. Kamu tidak perlu ikut seperti itu. Kalau ajarannya salah, ya salah. Baik orang (komunis) itu terdholimi atau tidak,” tegasnya.

Sekarang ini, lanjut Gus Baha, ajaran komunisme (PKI), baik  itu terdholimi atau tidak, ajarannya tetap salah, karena mengajak tidak bertuhan. “Sekarang ini, umat Islam yang imannya pas-pasan, digiring untuk simpati atau berempati kepada  komunis karena seakan-akan mereka itu korban. Paham? Awas kalau tidak paham,” jelas Gus Baha serius.

Ngaji komunisme Gus Baha ini mendapat apresiasi warganet. Ini lantaran banyak generasi muda Islam yang tidak paham soal komunis, lalu ikut-ikutan mendukung komunisme, simpati kepada tokoh-tokoh komunis (PKI), lantaran selama ini dikesankan menjadi korban orde baru. Padahal, ajaran komunis, PKI, itu tidak terkait dengan perlakuan atau kebijakan Orba. (mky/dtc)

×
Berita Terbaru Update