Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tiga Sekeluarga di Surabaya Meninggal Diduga Direnggut Corona, Satu Gang Dirapid Test

Friday, June 5, 2020 | 05:15 WIB Last Updated 2020-06-04T22:15:34Z


SURABAYA (DutaJatim.com) -  Tiga orang dalam satu keluarga di Kota Surabaya meninggal  dunia diduga karena terjangkit COVID-19. Sebagai langkah antisipasi terhadap penyebaran virus Corona di sekitar keluarga malang itu, Pemkot Surabaya langsung melaksanakan rapid test serentak sepanjang gang Gubeng Kertajaya IX. Ada sekitar 69 warga menjalani rapid test.


Hasilnya 5 warga reaktif. Saat ini di antara mereka ada yang sudah dibawa ke hotel tempat khusus untuk karantina pasien Covid-19. 

"Ada yang diisolasi di rumah," kata Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M. Fikser, saat ditemui di Balai Kota, Kamis (4/6/2020).

Fikser menjelaskan bahwa kawasan tempat tinggal keluarga tersebut menjadi skala prioritas untuk melakukan swab  agar bisa diketahui  hasil yang pasti tentang kondisi warga. Hal itu agar nantinya Pemkot Surabaya dapat melakukan langkah-langkah selanjutnya.

Fikser berharap hasil swab dari lima orang yang reaktif ini negatif. Tetapi, jika pun nantinya terdapat hasil positif bisa dirawat ke rumah sakit . "Sedang jika OTG diisolasi di Asrama Haji," katanya.

Ibu dan Janinnya

Satu keluarga yang mengalami musibah itu terdiri atas ayah, ibu, dan anaknya. Mereka meninggal dunua  di Surabaya diduga karena positif COVID-19. 

Namun anak bungsu keluarga tersebut membantah bila disebut bahwa ayah, ibu, dan kakaknya meninggal karena positif COVID-19.


"Kalau kabar positif COVID-19 keluarga saya, nggak benar. Hanya kakak yang meninggal dinyatakan positif COVID-19 karena sudah di-swab. Kalau Mama dan Papa berstatus PDP," kata DW, si anak bungsu, seperti dikutip dari detikcom, Kamis (4/6/2020).

DW menjelaskan ayah dan ibunya baru menjalani rapid test dan belum swab test. Dari hasil rapid test, kedua orang tuanya reaktif. Sedangkan kakak pertamanya yang meninggal telah di-swab dan dinyatakan positif COVID-19.

"Mama dan Papa baru rapid test dan reaktif, tapi belum swab. Kalau Kakak memang sudah di-swab dan dinyatakan positif. Kakak saya meninggal bersama janinnya, ya yang dimaksud keponakan itu bayi di kandungan Kakak. Karena Kakak posisi hamil 8 bulan," terangnya.


DW mengaku keberatan dengan kabar yang mengatakan kedua orang tuanya positif COVID-19. Dalam surat kematian yang diberikan pihak Rumah Sakit Islam Jemursari, kedua orang tuanya berstatus PDP.

"Karena dari mulai awal sampai pemakaman saya yang urus semua. Jadi saya tahu pasti, Mama dan Papa belum di-swab, juga hasil rapid test memang reaktif. Di surat kematian pun yang dikeluarkan RSI berstatus PDP," katanya.

Kasus ini berawal dari sang putri mengalami batuk, pilek, dan sesak napas. Kemudian dibawa ke Rumah Sakit PHC Surabaya pada 27 Mei 2020. Saat dibawa kondisi pasien sudah lemah.

Bahkan saat itu janin yang dikandung sudah meninggal ketika masuk rumah sakit. Sedangkan sang ibu dari janin itu meninggal pada 30 Mei 2020. Setelah dilakukan swab, kabarnya positif Covid-19.

Sementara kedua orangtuanya dibawa ke RSI Jemursari karena mengalami gejala yang sama, yaitu batuk, pilek, dan sesak napas pada 29 Mei 2020. Kemudian sang ayah meninggal pada 30 Mei, sementara istrinya meninggal pada 2 Juni.

Keduanya belum diketahui secara pasti apakah terkonfirmasi positif Covid-19 atau tidak. Sebab pihak RSI Jemursari belum sempat melakukan tes swab PCR, karena saat itu ITD tidak menerima swab untuk sementara waktu. (nas/det/okz)

Ilustrasi: pemeriksaan warga oleh petugas ber-APD.(okezone.com)





×
Berita Terbaru Update