Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ada Peserta UTBK Stres Hasil Rapid Test Non-Reaktif Diganti Reaktif

Thursday, July 9, 2020 | 10:15 WIB Last Updated 2020-07-09T03:15:40Z

Hasil rapid test Daffa Dzaki (Instagram).

SURABAYA (DutaJatim.com) - Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK-SBMPTN) di Surabaya mewajibkan peserta menunjukkan hasil rapid test. Banyak peserta tidak tahu aturan ini. Khususnya peserta dari luar Surabaya. Untuk itu 28 peserta UTBK di Unair akhirnya diketahui reaktif sehingga harus mengikuti tes gelombang kedua. Meski demikian, ada peserta yang hasil rapid test-nya semula nonreaktif gagal ikut UTBK gegara diganti reaktif.

Daffa Dzaki (17) mengaku kecewa dengan panitia rapid test UTBK Unair. Dia gagal ikut tes UTBK gelombang pertama gegara hasil rapid test yang semula nonreaktif diganti reaktif tanpa ada penjelasan dari pihak Unair.

Semula Daffa hendak mengikuti UTBK pada Selasa (7/7/2020) gelombang kedua pukul 14.00 WIB. Sebelum ujian, dia melakukan rapid test di kampus B yang disediakan Unair pada pukul 08.00 WIB. Setelah menunggu, dia pun menerima hasil nonreaktif yang sudah ditandatangani oleh dokter dan bisa mengikuti ujian. Dengan gembira Daffa pun kembali ke Unair kampus B siang harinya pukul 13.00 WIB untuk tes UTBK yang sudah dinantikannya.

Namun tiba-tiba dia diberhentikan oleh petugas. Dia dicegah masuk ke ruang ujian oleh pengawas ujian dengan alasan ada dugaan reaktif. Daffa lalu  dibawa ke ruang pemeriksaan. Dia bertemu lagi dengan dokter yang sama. 

"Lalu hasil rapid test nonreaktif saya tiba-tiba langsung diganti dengan hasil rapid test baru yang menunjukkan bahwa aku reaktif tanpa melalui tes ulang dan tidak diberikan penjelasan apa pun. Saya kaget sekali," kata Daffa Rabu (8/7/2020).

Daffa sempat menanyakan mengapa hasilnya berubah. Namun Daffa tidak mendapat penjelasan lengkap. Pihak Unair tetap menyatakan  bahwa hasil tesnya reaktif. Setelah diberikan hasil yang telah berganti menjadi reaktif, Daffa pun diminta untuk pulang ke rumahnya di Surabaya. Dia hanya diminta untuk mengirim email ke hotline Unair dan menyatakan jika hasilnya reaktif.

"Aku diminta pulang kembali dan cuma disuruh email saja tanpa ada alasan kenapa hasil berubah sama dokternya itu," kata dia.

Daffa pun mengaku stres. Dia down melihat hasil rapid test yang berubah tanpa ada rapid test ulang. Tanpa ada penjelasan. Dia tiba-tiba down sehingga tak sanggup menanyakan lagi alasannya.

"Enggak (tanya penjelasan), posisi waktu mau ujian jadi udah down, langsung disuruh pulang. Jadi bingung. Tidak ada penjelasan lengkap sama dokternya secara langsung. Aku disuruh email sendiri, disuruh nunjukin hasil reaktif ke hotline Unair. Nanti keputusan selanjutnya nunggu balasan tapi sampai malam belum dibalas email hasil reaktif," jelasnya.

Daffa dan keluarga pun merasa kecewa dengan Unair. Tak hanya tak bisa mengikuti UTBK sesuai jadwal, dia merasa kondisi psikisnya sudah terganggu.

"Kecewa. Gimana, kan mengganggu psikis kan mau ujian tiba-tiba hasilnya diganti tanpa penjelasan. Akhirnya dipulangkan nggak ikut ujian. Kecewa (keluarga) yang sudah mempersiapkan, sebelumnya juga didaftarin les kelas 3 selama setahun. Tapi ujung-ujungnya kok gini mau ikut ujian," kata Daffa.

Tak terima dengan perlakuan itu, Daffa pun melakukan pelaporan ke pihak Unair lewat media sosial story Instagram. Bahkan, dia juga men-tag akun Unair, namun admin Unair justru meminta story Instagram Daffa untuk dihapus.

"Aku udah bilang ke pihak unair langsung kemarin sama ke admin IG Unair, langsung teleponan sama admin IG. Cuman IG-nya bilang hotlinenya banyak ribuan peserta yang mengubungi, ujung-ujungnya minta instastoryku dihapus," kata Daffa.


Tak hanya melaporkan ke Unair saja, Daffa juga men-tag Instagram Walikota Surabaya Tri Rismaharini, pelopor gerakan pelajar Surabaya Seno Bagaskoro hingga drummer SID Jerinx. "Saya buat instastory tentang kejadian rapid test, saya jelasin kronologinya. Saya tag ke Unair, walikota, ini Surabaya, Seno Bagaskoro sama Jerinx," tandas Daffa.

Gelombang Kedua


Ketua Pusat UTBK Unair Juaidi Khotib mengatakan 28 peserta UTBK yang reaktif rapid test yang seharusnya mengikuti tes pada gelombang pertama, akan direschedule ke gelombang kedua. Sehingga, peserta UTBK yang harus melakukan isolasi karena hasil reaktif itu masih memiliki kesempatan ikut tes.


"Mereka dilakukan reschedule atau relokasi pada tanggal 20-29 Juli. Sehingga, tetap mereka mempunyai kesempatan untuk mengikuti ujian," kata Junaidi kemarin.

Sedangkan tempat reschedule atau relokasi tes tetap di Surabaya. Junaidi mengatakan, relokasi dapat dilakukan di luar Surabaya jika dirasa tidak memungkinkan dan dari satgas COVID-19 daerah asal tidak mengizinkan untuk mobility siswa tersebut.

Namun, Unair pastinya menjalin kerja sama dengan UTBK daerah lain sebagai relokasi. Misalnya dari Madiun 10 orang, Nganjuk dua orang, Kertosono 15 orang.

"Kita cari tempat di tengah sehingga mereka bisa lakukan mobilitas menuju tempat ujian. Tapi kalau dilihat jumlah peserta yang hadir hari pertama itu rata-rata 92,38% hari kedua 90,21% ya sebenarnya ya ndak banyak mereka yang ndak diberikan kesempatan mobilitas itu. Semua kebijakan dari LPMT pusat. Kita siap saja," jelasnya.
Junaidi menjelaskan, jika terdapat peserta dengan hasil positif swab, kemungkinan masih bisa mengikuti tes gelombang kedua. Pihaknya sudah menghitung sampai hasil swabnya keluar.

"Hitungan kita itu sampai hari terakhir tanggal 14 ujiannya, kalau sampai tanggal 14 baru terpapar dan reaktif atau positif swab, maka, saat isolasi di-treatment dengan baik dan 14 hari kemudian sudah negatif," ujarnya.

"Kalau kita hitung masih tanggal 28 hasil swab keluar dengan hasil negatif masih bisa ikut gelombang dua. Maka harus ada semangat untuk mereka tetap menjaga kesehatan mereka, menjaga ketahanan tubuh mereka dengan asupan yang cukup dan isolasi. Jangan mikir dan khawatir tidak bisa ikut ujian dan sebagainya," pungkasnya. 

Ujian tulis berbasis komputer (UTBK) dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) mulai Minggu (5/7) lalu mengharuskan peserta menunjukkan hasil rapid test sesuai SE Walikota Surabaya. Selain itu ujian ini dipersiapkan secara matang dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat guna mencegah penyebaran Covid-19. 

Pelaksana UTBK Unair, Chrismawan Ardianto mengatakan pihaknya menyiapkan protokol kesehatan untuk peserta UTBK. Mulai dari sebelum masuk ke dalam ruang ujian dengan pengecekan suhu tubuh, penganjurkan peserta untuk mencuci tangan. Bahkan di dalam ruangan ujian juga dipersiapkan sirkulasi udara dan sterilisasi ruangan setiap jeda antar sesi.

Lanjut Chrismawan, pihaknya juga menyediakan ruang transit agar tidak terjadi kerumunan saat akan masuk ke ruang ujian UTBK. Dalam ruangan transit juga diberi juga menerapkan jaga jarak, bahkan di ruangan ujian ujian juga 1,5 meter. "Kami sediakan ruang transit untuk peserta ujian agar tidak terjadi kerumunan saat menunggu," imbuhnya.

Sebelum menjalani ujian, peserta wajib menjalani test rapid dari Puskesmas maupu Rumah Sakit, namun apabila peserta ujian tidak lolos dalam test rapid Unair akan memberikan kesempatan ujian hingga 3 Agustus 2020. Ketua Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB), Achmad Solihin menjelaskan UTBK ada beberapa tahap pertama pada 5 hingga 14 Juli, sedangkan tahap dua pada 20 hingga 29 Juli. 

"Ketika ada peserta tidak bisa mengikuti UTBK karena reaktif misalnya kami memberikan waktu pada tahap berikutnya yakni pada tanggal 1 hingga 3 Agustus namun apabila masih belum negatif hasilnya kami terpaksa membatalkan peserta ujian tersebut, ini karena kami mengikuti kebijakan yang dilakukan oleh Pemkot sebagai syarat ujian UTBK harus menyertakan syarat rapid test," tegasnya.

Ketua Pusat Informasi dan Kehumasan Unair, Suko Widodo mengatakan, sampai saat ini, Pemkot Surabaya masih mewajibkan hasil rapid test non reaktif sebagai syarat keikutsertaan peserta dalam UTBK. (det/nas)

×
Berita Terbaru Update