Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

100 Lebih Dokter Gugur, IDI Gelar Doa Bersama 'Ikhlas untuk Negeri'

Thursday, September 3, 2020 | 01:00 WIB Last Updated 2020-09-02T18:00:05Z


JAKARTA (DutaJatim.com) -  Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan kabar duka di tengah perang melawan Covid-19.  Sebanyak 100 dokter telah gugur sejak pandemi virus Corona (Covid-19) mencekam Indonesia selama lima bulan terakhir ini. IDI melaporkan seluruh dokter tersebut telah dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. 


Namun bisa jadi jumlah itu sekarang bertambah.  Hal itu karena seorang dokter di Aceh, dr Imay Indra SpAn, baru saja dilaporkan meninggal dunia setelah terinfeksi Covid-19 di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Rabu (2/9/2020).


"Iya baru saja (meninggal dunia) di RSUZA. Benar (meninggal karena Covid-19)," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, Safrizal Rahman saat dikonfirmasi tadi malam. Safrizal mengatakan kasus meninggalnya dokter karena terinfeksi virus Corona ini pertama terjadi di Tanah Rencong sejak awal kasus muncul di Indonesia 2 Maret 2020 lalu.


Untuk itu Satuan Tugas Penanganan Penyebaran Covid-19 dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menggelar doa bersama bertajuk Ikhlas untuk Negeri, Rabu (2/9/2020) malam. Acara tersebut diselenggarakan melalui daring dan ditayangkan langsung melalui YouTube BNPB Indonesia. Masyarakat diajak berdoa bersama dan mengheningkan cipta untuk para pejuang medis dan rakyat Indonesia.


Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar (PB) IDI, Adib Khumaidi, mengungkapkan, acara tersebut dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. "Yang kedua Ketua Umum PB IDI Dokter Daeng M. Faqih," ungkap Adib. Acara doa bersama dimulai pukul 20.00 WIB hingga 21.30 WIB.


Hadir di acara ini antara lain Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana – Letjen Doni Monardo, Kepala Badan PPSDM Kementerian Kesehatan  Prof Dr H Abdul Kadir, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  Prof Ir Nizam, Ketua dan Anggota Dewan Pertimbangan PB IDI, serta Ketua dan Anggota Dewan Pakar PB IDI.


Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyampaikan dukacita atas gugurnya 100 lebih dokter tersebut. Belasungkawa dari Jokowi itu disampaikan Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, melalui keterangan tertulisnya, Rabu (2/8/2020). Fadjroel mengatakan Jokowi turut memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh tenaga medis.



"Presiden Joko Widodo menghaturkan belasungkawa sedalam-dalamnya terhadap tenaga medis yang meninggal dunia pada Selasa 1 September di Istana Bogor. Presiden juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada tenaga medis yang bekerja sangat keras dan sangat baik sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, berjibaku tanpa sekat apapun, dengan penuh dedikasi dan profesional," kata Fadjroel.


"Presiden sekali lagi mengucapkan dukacita sedalam-dalamnya, termasuk kepada keluarga mereka yang ditinggalkan agar tetap disabarkan-Nya," imbuhnya.

Fadjroel mengatakan, Jokowi tak lelah mengingatkan seluruh masyarakat agar disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Sebab, kata dia, hal itu dapat meringankan pekerjaan para tenaga medis yang berjuang menangani COVID-19.


"Presiden tak lelah-lelahnya mengingatkan seluruh masyarakat Indonesia agar lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk dapat meringankan pekerjaan tenaga medis. 'Ayo memakai masker!' seru Presiden Joko Widodo," kata Fadjroel.


Saling mengingatkan serta bergotong royong kebangsaan dan kemanusiaan, kata Fadjroel, adalah kunci disiplin penanganan pandemi COVID-19. Selain itu, kunci dalam pemulihan ekonomi nasional untuk keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan hidup seluruh rakyat Indonesia.


"Presiden juga menegaskan tiga strategi pemerintah untuk menyediakan vaksin COVID-19: 1. Mencari vaksin yang diproduksi pihak mana pun di seluruh dunia; 2. Kerja sama riset dan produksi Bio Farma, perguruan tinggi, lembaga dalam dan luar negeri; 3. Riset vaksin Merah-Putih oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman," tuturnya.


Lebih lanjut, Fadjroel mengatakan, masyarakat menjadi garis depan dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Karena itu, kedisiplinan masyarakat merupakan kunci agar tenaga medis di rumah sakit tak kewalahan.


"Pemerintah mengajak setiap orang untuk disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak agar rumah sakit dan tenaga medis tidak kewalahan dalam menangani pasien COVID-19, dan berakibat kurang baik kepada tenaga medis. Masyarakat menjadi garis depan memutus rantai penyebaran COVID-19," ujarnya.


Humas IDI, Halik Malik saat dihubungi kemarin mengatakan, IDI mencatat dokter yang meninggal dunia dengan Covid-19 sudah genap 100 orang pada Senin 31 Agustus 2020 lalu. "Mari mendoakan tempat kembali yang terbaik bagi almarhum dan almarhumah," katanya. 


Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Daeng Faqih, juga menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya 100 orang rekan sejawatnya itu. Ia juga menyampaikan ucapan duka kepada petugas kesehatan lainnya yang telah gugur dalam menjalankan tugas negara.


"Sejawat dokter yang gugur dalam penanganan Covid-19 sudah mencapai 100. Demikian juga petugas kesehatan lainnya yang gugur juga bertambah," ujarnya. 

Untuk diketahui, BPS mencatat jumlah dokter di Indonesia pada 2019 sebanyak 81.011 orang. Sebaran terbanyak terpusat di Pulau Jawa yakni DKI Jakarta 11.365 orang, Jawa Timur 10.802, Jawa Tengah 9.747, dan Jawa Barat 8.771. 


Platform Informasi dan Data Covid-19 Indonesia, Pandemic Talks sempat melakukan analisis kematian dokter menggunakan data IDI per 21 Agustus 2020.

Pandemic Talks melihat sekitar 59,3 persen dokter meninggal berada pada usia lanjut, dan 40,7 persen berada di usia kurang dari 50 tahun. Kasus kematian dokter juga

banyak terjadi pada dokter umum, yakni 54,7 persen, sementara dokter spesialis 45,3 persen.


"Hanya 12 persen korban yang spesialisasinya secara khusus memang merawat covid-19, Ahli Penyakit Dalam (IPD), Ahli Paru, Ahli Anastesi, usia gak hanya tua saja yang jadi korban, sebagian besar juga dokter umum "  kata Inisiator Pandemic Talks, Muhammad Kamil, kepada CNNIndonesia.com belum lama ini.


Selan itu, kematian dokter setelah terpapar Covid-19 juga terbanyak berada di pulau Jawa, yakni sebesar 65 persen kasus dokter meninggal. Sementara persentase kasus dokter meninggal terendah ada di Bali yaitu 3 persen.


Tim Khusus


Halik mengungkapkan, terkait meninggalnya para dokter karena paparan Covid-19, Satgas Covid-19 PB IDI telah membentuk tim khusus. Tim tersebut bertugas untuk mengaudit dan menginvestigasi persoalan dokter yang terpapar virus corona dan dokter yang meninggal dunia karena Covid-19.

“Ada juga yang secara khusus melakukan langkah pencegahan dan mitigasi,” ungkapnya.


Sementara itu, dalam unggahan foto IDI di Twitter, Ketua Umum PB IDI dr Daeng M Faqih menyampaikan ucapan duka sekaligus meminta doa untuk rekan-rekan dokter yang telah gugur. Daeng juga meminta agar perjuangan para dokter yang telah meninggal itu dapat mengilhami dan menjadi teladan bagi semua pihak agar tetap berkomitmen menjalankan pengabdian kepada kemanusiaan.


"Dan kita juga agar tidak putus-putusnya berdoa bagi semua kawan-kawan sejawat kita sebagai garda terdepan yang sedang berjuang membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan dalam perawatan Covid-19," kata Daeng dalam unggahan foto tersebut.


Tiga Lagi Gugur


Kabar terbaru, seperti diberitakan Kompas.com, dalam pekan ini sejumlah dokter dikabarkan gugur dalam tugas. Rabu (2/9/2020), seorang dokter di Rumah Sakit Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh meninggal dunia setelah menjalani perawatan di ruang RICU, akibat terpapar virus corona atau Covid-19. 


Adapun dokter yang meninggal dunia tersebut bernama Imay Indra, yang selama ini bertugas sebagai spesialis anastesi di RSUZA. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh

Safrizal Rahman menyatakan duka atas musibah itu. Dia  mengatakan bahwa ini adalah kasus pertama di Aceh. 


Menurut Safrizal, kasus ini sekaligus menjadi bukti bahwa eskalasi penyebaran Covid-19 di Aceh sudah tinggi. "Almarhum meninggal dalam masa perawatan, dan sudah menjalani perawatan selama tiga minggu," kata Safrizal Rahman.


IDI Aceh mengimbau agar Pemerintah Aceh segera melakukan langkah konkret penanganan pandemi ini, untuk menekan jumlah kasus yang semakin tinggi. "Kalau tidak, pelan-pelan Aceh akan kehilangan putra terbaiknya," katanya.


Senin (31/8/2020) lalu, dua orang dokter di Kota Medan, Sumatera Utara, meninggal dunia karena Covid-19. Ketua IDI Medan, dr Wijaya Juwarna, mengonfirmasi, kedua dokter itu meninggal pada Minggu (30/8/2020). Mereka adalah dr Daud Ginting dan dr Edwin Parlindungan Marpaung. 


Melihat hal itu, Komisi IX DPR RI mendesak agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Satgas COVID-19 menyiapkan alat pelindung diri (APD) cadangan berkualitas untuk dokter. "Kami mengawasi dan mendesak Kemenkes dan Satgas untuk punya cadangan APD yang berkualitas baik untuk melindungi dokter, perawat, tenaga kesehatan, dan tenaga pendukung lain dalam bekerja penanganan COVID-19," kata Wakil Ketua Komisi IX, Melki Laka Lena kepada wartawan.


Melki kemudian mengucapkan duka cita atas meninggalnya 100 dokter akibat Corona. Dia meminta agar para tenaga medis yang memerangi COVID-19 mendapatkan jaminan keselamatannya.  "100 dokter yang meninggal setelah 6 bulan penanganan COVID-19 dan telah meninggal 100 dokter, kami ucapkan turut belasungkawa sedalam-dalamnya dan perlu pelindungan yang baik agar dokter, perawat, tenaga kesehatan dan tenaga pendukung lainnya yang menangani COVID-19 bisa terlindungi dengan baik," kata dia. (det/kcm)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update