Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Philadelphia, Kota Indah Simbol Toleransi Kini Diguncang Isu Rasialis (1)

Thursday, October 29, 2020 | 06:29 WIB Last Updated 2020-10-28T23:29:54Z
Kawasan Elfreth Alley, kota tua di Philadelphia. (Phily Voice)



PHILADELPHIA (DutaJatim.com) - Saat ini pandangan mata dunia tertuju pada Kota Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat. Meski bukan ibukota negara bagian Pennsylvania (ibukota negara bagian ini adalah Harrisburg) tapi kota ini sangat terkenal. Bukan hanya bagi orang Amerika saja, tapi sampai luar negara itu. Kota tujuan wisata yang indah dan modern. Kota yang sangat bersejarah bagi Amerika.


Kota yang luasnya mencapai 1.182 kilometer persegi itu menjadi kota keempat terbesar di Amerika. Kota ini juga dikenal dengan sentuhan seni budaya. Bahkan disebut kota dengan toleransi yang sangat tinggi. 


Namun sayang, hari ini Philadelphia diguncang isu rasialisme. Namanya tercoreng isu rasis setelah polisi menembak warga kulit hitam bernama Walter Wallace. Korban yang disebut menderita gangguan mental  itu tewas Senin 26 Oktober 2020. Insiden ini lagi- lagi direaksi dengan aksi demonstrasi anti-rasialis. Namun isu itu tak akan mungkin menghapus citra baik kota ini.


Philadelphia memiliki gaya arsitektur kolonial dan Quaker yang mencerminkan gaya abad ke-17 dan abad ke-18 yang sangat kental.


Seperti dikutip kumparan.com dari Grosser, Morton. tt. 100 Kota Besar Bersejarah di Dunia ( Jakarta : Intimedia & Ladang Pustaka), Philadelphia didirikan oleh William Markham pada 1681. Ia dibantu oleh sepupunya, William Penn, untuk merancang tata ruang di kota tersebut, sehingga dapat dengan mudah ditempati oleh para penduduknya. Menurut para pendirinya, kota itu dibuat sedemikian rupa agar memiliki cukup ruang untuk kawasan hijau, dan menjunjung tinggi cita-cita kaum Quaker.


Philadelphia sudah sejak lama dikenal sebagai kota paling toleran di Amerika. Para pejabat pemerintahan di sana dengan terbuka menerima imigran Katolik, Roma, dan Yahudi, ketika tidak ada wilayah koloni Inggris di Amerika yang mau melakukan hal tersebut.


Philadelphia juga menjadi salah satu tempat yang mendukung masyarakat kulit hitam untuk menentang perbudakan. Bahkan menurut beberapa kisah, masyarakat Philadelphia banyak menyembunyikan budak yang melarikan diri semasa zaman perbudakan masih lazim dilakukan.


Sebelum Perang Saudara, kota itu telah memberlakukan kebebasan sipil bagi masyarakat yang tinggal atau menetap di sana. Bagi para budak, banyak pekerjaan yang layak di kota itu, yang memberikan kebebasan tanpa adanya kekerasan dan paksaan yang menyengsarakan mereka.


Philadelphia sempat ditunjuk sebagai ibu kota Amerika Serikat pada 1790, ketika Konvensi Konstitusional dilaksanakan, dan ketika penetapan Konstitusi. Kota berpenduduk 1,6 juta jiwa pada 1990 itu juga menjadi tempat diselenggarakannya Kongres Kontinental Pertama di tahun 1774, dan Kongres Kontinental Kedua di tahun 1775.


Banyak bangunan tua, yang memiliki gaya arsitektur sangat indah di Philadelphia, yang jarang ditemukan di kota-kota lain. Salah jalan tertua yang masih beroperasi hingga sekarang, bernama Elfreth Alley.


Benjamin Franklin menetapkan beberapa bangunan penting di Philadelphia, seperti perpustakaan bebas pertama, rumah sakit milik negara yang pertama, dan perkumpulan masyarakat Filosofi Amerika.


Philadelphia sempat mengungguli New York sebagai kota paling berpengaruh di Amerika, yang memberi kontribusi ekonomi dan pembangunan yang sangat penting. Kota ini menjadi pusat keuangan pertama dan sistem perbankan negara di Amerika, sebelum akhirnya diambil alih oleh New York pada 1850-an. (gas)



No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update