BLITAR (DutaJatim.com) - Menghadapi Pandemi Covid-19 kita harus kreatif. Pandemi Covid-19 bisa memicu seseorang menjadi inovatif. Termasuk di kalangan UMKM.
Misalnya warga Blitar bernama Siti Purwanti ini. Dia menemukan produk mi instan ikan patin.
Warga Dusun Tumpuk, Desa Tangkil Kecamatan Wlingi ini membuat mi dengan memanfaatkan bahan yang ada termasuk halaman rumahnya yang memang luas. Di depan rumah, tampak empat kotak kolam yang berisi ikan lele dan patin. Dari sinilah, keluarga ini menggantungkan hidup sehari-hari.
Dan Pandemi Covid-19 memaksanya mengubah pola berdagang. Perempuan 33 tahun inipun tak tinggal diam. Siti mulai berinovasi membuat beberapa produk olahan frozen food dan mi ikan. Jika frozen food itu sudah jamak dikenal, namun tidak dengan mi barbahan ikan patin.
Dia juga tak bisa mengandalkan pasar, jualan secara online pun dilakoni.
Mi ikan patin ini berbahan dasar ikan patin yang tinggi kandungan lemak jenuh, protein dan asam Omega 3. Proses pembuatannya, ikan yang sudah dibersihkan dikukus dalam dandang. Air kaldu yang dihasilkan, kemudian dicampur dengan tepung dan telur. Adonan ini lalu dicetak menjadi mi.
"Saya tertarik membuat mi ikan, karena masyarakat kita itu sangat suka mi. Kedua, di saat pandemi, makanan instan banyak diminati sehingga mi bikinan saya ini juga saya kemas seperti mi instan yang praktis memasaknya," tutur ibu satu putri ini seperti dikutip dari detikcom, Minggu (24/1/2021).
Proses pengeringan mi membutuhkan waktu sehari jika panas terik. Namun di musim hujan, Siti memasukkan mi itu ke dalam oven hingga benar-benar kering. Sedangkan daging ikan patin yang telah matang dibersihkan dari tulang dan duri kemudian dicampur beragam bumbu untuk marinasi. Istilah untuk bumbu yang dimasukkan sachet di mi instan.
"Daging ikan patin dikasih bumbu kemudian disangrai sampai kering. Baru diratakan di loyang dan dioven hingga benar-benar kering dan renyah. Disinilah keistimewaan kuah kaldu mi ikan bikinan saya. Karena marinasinya benar-benar dari daging ikan murni," jelasnya.
Mie yang telah kering di-packing dalam kardus beserta bumbu marinasinya. Tak lupa, Siti juga menyertakan cabai untuk menambah rasa pedas sesuai selera konsumennya.
Satu kardus mi ikan ini, dijual seharga Rp 10 ribu. Siti mengaku, pemasaran secara online membuat produknya justru lebih dikenal di luar wilayah Blitar.
"Pesanan justru mengalir dari luar Blitar. Seperti Kediri, Madiun, Solo dan Tangerang. Mi ikan ini tahan sampai tiga bulan walaupun tanpa bahan pengawet," imbuhnya.
Lani, karyawan swasta di Blitar merupakan satu diantara pelanggan mi ikan patin. Dia memilih mi ikan ini, selain lebih sehat juga menu yang pas untuk diet. Karena satu porsi mie ikan cukup mengenyangkan untuk sarapan tanpa makan siang.
"Mi nya itu lembut tapi teksturnya kenyal. Dan kuahnya sangat gurih alami. Jadi lebih sehat tentunya, karena bahannya ikan yang kaya nutrisi," katanya. (det/wis)
No comments:
Post a Comment