Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hikmah Idul Fitri: Meneladani Sifat Sederhana Bung Karno, Lebaran Tak Memiliki Uang

Thursday, May 13, 2021 | 01:30 WIB Last Updated 2021-05-12T18:30:00Z

 


Bangsa Indonesia sungguh ironis bila melihat banyak pejabat hidup mewah dari hasil korupsi. Dari duit suap. Para pejabat korup itu juga bermewah-mewahan saat Ramadan dan Lebaran Idul Fitri. 

JAUH dari hidup sederhana. Jauh dibanding gaya hidup para pendiri bangsa dan negara ini. Sebut contoh sifat  proklamator kemerdekaan Indonesia Soekarno (Bung Karno). Yang hidupnya sederhana.


Bahkan menjelang Lebaran, ada kisah menarik soal Bung Karno yang ternyata  tidak punya uang. Hal itu terungkap dari kisah Kadjat Adrai dalam buku “Suka Duka Fatmawati Sukarno”:

Saat itu, menjelang Lebaran, Bung Karno menemui mantan Menteri Luar Negeri Dr. Roeslan Abdoelgani. Untuk apa? Ternyata Bung Karno minta  dicarikan uang.

“Cak, tilpuno Anang Thayib. Kondo’o nék aku gak duwé dhuwik,” kata Proklamator Kemerdekaan RI tersebut. (Cak, teleponkan Anang Thayib. Beritahu kalau aku tak punya uang, Red.)

Anang adalah keponakan Roeslan, tinggal di Gresik, seorang pengusaha peci (kopiyah) merek Kuda Mas yang sering dikenakan Bung Karno. Bung Karno adalah tokoh yang mempopulerkan kopyah atau peci.

“Beri aku satu peci bekasmu. Saya akan lelang,” kata Roeslan Abdoelgani.

“Bisa laku berapa, Cak..?” tanya Bung Karno.

“Wis ta laa , serahno aé soal iku nang aku. Sing penting bèrès,” sahut Roeslan. (Sudahlah, serahkan saja soal itu pada saya. Yang penting beres,Red.).

Cak Roeslan -- panggilan akrab Arek Surabaya ini -- lalu menyerahkan kepada Anang satu peci yang bekas dipakai Bung Karno. Lalu dilelang.

Dan Cak Roeslan pun kaget, sebab ternyata jumlah peserta lelang begitu banyak, semuanya pengusaha asal Gresik dan Surabaya. Tapi yang membuatnya sangat terkejut ternyata Anang melelang Tiga Peci.

“Saudara-saudara,” kata Anang. “Sebenarnya hanya satu peci yang pernah dipakai Bung Karno. Tetapi saya tidak tahu lagi mana yang asli bekas Bung Karno... Yang penting ikhlas atau tidak..?”

“Ikhlas..!!!” seru para peserta lelang antusias.

“Alhamdulillah,” sahut Anang.


Dalam waktu singkat terkumpul uang Sepuluh Juta Rupiah. (Ketika itu sangat besar nilainya). Semua uang itu segera diserahkan Anang kepada Cak Roeslan.

“Hei... Asliné lak siji sé,” kata Cak Roeslan. (Yang asli cuma satu ‘kan..?)

“Iyaa. Sebenarnya dua peci lainnya itu yang akan saya berikan untuk Bung Karno,” kata Anang.

“Tapi kok kedua peci itu jelek..??”

“Memang sengaja saya buat jelek. Saya ludahi, saya basahi, saya kasih minyak, supaya kelihatan bekas dipakai,” sahut Anang.

“Koen iki kurang ajar Nang, mbujuki wong akèh,” Cak Roeslan akting ngamuk. ("Kamu kurang ajar Nang Nang. Nipu banyak orang.”).

“Nék gak ngono gak olèh dhuwik akèh,” enteng saja Anang menjawabnya. ("Kalau nggak begitu mana mungkin bisa dapat banyak uang").

Cak Roeslan kemudian menyerahkan semua uang hasil lelang kepada Bung Karno.

“Cak, kok akeh men dhuwiké...??” Bung Karno kaget. (Banyak banget uangnya).

“Iku akal-akalané Anang,” jelas Roeslan. (Itu semua akal-akalan Anang).

Cak Roeslan pun menceritakan bagaimana cara Anang menggandakan peci.

“Kurang ajar Anang..! Nék ngono sing duso aku apa Anang..??” tanya Bung Karno. ("Kalau begitu yang berdosa saya atau Anang..?").

“Anang...,” singkat saja sahutan Cak Roeslan.

”Dhuwik sakmono akèhé jangé digawé apa Bung..?” tanya Cak Roeslan. (Uang begitu banyak sebenarnya akan digunakan untuk apa Bung?”

“Gawé zakat fitrahku..."

"Gowoen kabèh dhuwik iki nang Makam Sunan Giri. Dumno nang wong-wong melarat nok kono,” kata Bung Karno.

 (Untuk zakat fitrahku. Bawa semua uang ini ke Makam Sunan Giri. Bagikan pada orang-orang miskin di sana” jawab Bung Karno.

Hikmah Idul Fitri

Demikian kisah dari Buku “Suka Duka Fatmawati Sukarno”, sebagaimana diceritakan kepada Kadjat Adrai.

Kisah ini masih banyak dikenang. Sejumlah pengguna media sosial hingga Rabu 22 Mei 2021 malam Idul Fitri masih memposting kisah Bung Karno itu dengan perasaan terenyuh, bangga, kagum, betapa agungnya sifat Bapak Bangsa ini.

 Bahkan selalu dikenang terutama saat Lebaran. Atau saat kasus korupsi semakin banyak dan gaya hidup pejabat semakin bermewah-mewahan. Jauh dari hidup sederhana mengingat negara tengah dilanda pandemi Covid-19.

Ada pejabat korupsi bansos yang semestinya untuk korban Covid-19, ada bupati masih saja jual beli jabatan dengan harga murah meski dia sudah sangat kaya raya, dengan, konon 35 perusahaan yang dikelola  anak buahnya. Perusahaan tambang hingga pembiayaan/keuangan. Bayangkan berapa banyak uang yang dihasilkan dari 35 mesin uang itu. Pasti miliaran.

Lah, anehnya, sudah begitu, bupati ini kok malah jual beli jabatan dengan harga murah. Hanya puluhan sampai ratusan juta saja? Ini pejabat keblinger uang.

Sungguh jauh dari karakter Bung Karno. Di hari yang Fitri, hari raya Idul Fitri 1442 H,  patut kita renungkan kisah Bung Karno tidak punya uang jelang Lebaran ini. Bapak bangsa, presiden Indonesia yang disegani dunia, tidak punya uang, hanya untuk membayar zakat fitrah.

 Semoga Allah SWT menempatkan Bung Karno ditempat yang paling mulia di Sisi Nya. Amiin. (gas)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update