Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Video Terjebak dalam Kengerian Gelombang 2 Covid-19 di India

Thursday, May 27, 2021 | 07:00 WIB Last Updated 2021-05-27T00:26:00Z

 


Gelombang kedua pandemi Covid-19 di India belum berakhir. Meski mulai melandai, tapi lockdown untuk mencegah penyebaran Covid-19 diperpanjang hingga 31 Mei 2021. Bahkan, negeri ini tengah bersiap menghadapi gelombang ketiga Covid-19. Seperti apa kondisi India sekarang? Mohd. Agoes Aufiya, mahasiswa strata 3 Jurusan Hubungan Internasional di Jawaharlal Nehru University (JNU), New Delhi, merasakan aura kengerian akibat amuk Corona di negeri itu, seperti dituturkan kepada wartawan DutaJatim TV Gatot Susanto. 


MOHD. AGOES AUFIYA, yang asal Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, masih merasakan hawa kengerian akibat pandemi Covid-19 di India. Saat ini Agoes bersama istri, Desy Ernawati,  dan dua putrinya, Khanna Adibah serta Naina Hadiyatunnisa,  tinggal di rumah kost yang lokasinya di depan kampus Jawaharlal Nehru University, New Delhi. Sebelumnya dia sempat tinggal di dalam kampus JNU, tepatnya di Sabarmati Hostel.


Meski tidak seperti lockdown tahun 2020 lalu, hidup Agoes dan keluarganya tak ubahnya terjebak di daerah yang sempat bak kota mati. Apalagi saat puncak pandemi gelombang kedua sekitar pekan pertama bulan Mei 2021, rumah sakit penuh dengan pasien Corona. Bahkan, banyak yang tidak tertangani. Selain itu banyak pula yang meninggal sebelum sampai rumah sakit. 


Bukan hanya itu, tempat kremasi untuk pembakaran mayat juga penuh. Antrean seperti mengular. Supaya tidak sampai membusuk, petugas sampai harus membakar mayat korban Covid-19 di jalan. Ya, di lokasi antrean menuju tempat kremasi tersebut. Pemerintah India benar-benar kewalahan menghadapi amuk Covid-19 gelombang kedua ini.


"Jadi, kalau ada berita atau video suasana India yang mengerikan, memang seperti itu keadaannya di sini. Tapi ada juga video hoax, yakni yang gambarnya orang tiba-tiba meninggal di jalan, berdiri tiba-tiba jatuh pingsan, itu video sengaja disebar saat pandemi gelombang kedua padahal bukan, itu video kebocoran gas tahun 2020 yang tidak ada hubungannya dengan Covid-19. Orang-orang yang pingsan dalam video itu kehabisan oksigen. Tapi video atau berita lain, bukan hoax," kata Mohd. Agoes Aufiya Rabu 26 Mei 2021. 


Saat puncak pandemi itu, kata Agoes, data korban yang terinfeksi sangat tinggi. Mencapai 300 ribu-400 ribu kasus di seluruh India per hari. Karena itu, rumah sakit dan pusat kremasi penuh. Pemerintah harus membuka tempat kremasi baru secara outdoor agar tidak terjadi antrean panjang.


"Aura rasa ketakutan memang ada, khususnya di dekat tempat tinggal saya, di New Delhi. Lebih-lebih saat muncul varian baru, B1617. Saya sendiri tentunya mengikuti aturan lockdown yang ditetapkan pemerintah di mana kita tidak bisa pergi ke mana-mana, tidak bisa naik motor, jalan-jalan, sekadar melepas kebosanan, keluar daerah tempat tinggal kita. Paling jauh keluar sekitar kos-kosan dengan alasan kepentingan harus jelas. Ya, seperti, orang normal, membeli sembako atau sayur. Saya sendiri kos di depan kampus bersama keluarga. Jadi jalan kaki hanya 100-400 meter paling jauh untuk cari keperluan dasar, selebihnya di rumah saja," kata pria yang memilih kuliah di India setelah melihat film "Three Idiots" karya sutradara Rajkumar Hirani yang dibintangi aktor papan atas Bollywood  Aamir Khan dan Kareena Kapoor ini. 


Agoes dan keluarganya sudah merasakan kengerian itu sejak lockdown pertama 25 Maret 2020 lalu. Sempat dibuka karena pandemi melandai dan bahkan hampir normal, tapi sejak 20 April 2021 sampai sekarang kembali lockdown terkait gelombang kedua pandemi  Covid-19. Situasinya sangat mencekam, meski masyarakat lebih siap menghadapinya mengingat sudah terbiasa dengan Covid-19.


"Hampir sebulan. Tidak pernah keluar jauh, hanya sekitar rumah saja. Bersama istri dan dua putri saya. Satu putri saya umur 5 tahun dan yang kedua hampir tiga tahun. Memang jenuh. Tapi alhamdulillah, mereka bisa mengikuti ritme yang ada. Kami sudah lebih siap menghadapi situasi ini sebab sudah pengalaman tahun lalu. Saat pertama dulu, sangat berat menghadapi tantangan pandemi ini sebab baru pertama, sekarang lebih mudah mengingat sudah pengalaman yang dulu," katanya. 


Meski demikian, terkurung dalam kota selama satu bulan jelas sangat jenuh. Anak-anaknya kadang mengajak jalan-jalan, berolahraga di taman, atau makan di restoran, tapi semua tidak bisa dilakukan sebab bahaya mengintai di sana. Karena itu Agoes dan istrinya harus pintar membuat acara keluarga yang bisa menghibur anak-anaknya agar tidak jenuh. Sebab jenuh, yang bisa memicu stres, justru harus dihindari agar tidak gampang terpapar  Covid-19.


"Harus pinter-pinter di rumah. Belajar ini itu. Bermain ini itu, seperti main kartun, masak-masakan, sebab anak putri suka masak-masak. Nah, kalau sore naik ke rooftop,  lantai paling atas dari bangunan rumah kos kita. Lantai 5 berupa ruang terbuka. Saya ada di lantai tiga. Jadi naik ke rooftop untuk bisa melihat pemandangan kota. Kami berliburnya ke lantai atas, menghirup udara segar, melihat pemandangan kota," katanya.


Berutung tidak semua penghuni kos-kosan ingin "berlibur" ke lantai atas, sebab mereka ada yang pulang kampung. "Kita jarang bertemu orang lain saat naik ke lantai atas sehingga leluasa untuk bersantai menikmati udara segar sambil melihat pemandangan jauh ke kawasan kota New Delhi," katanya.




No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update