Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Harga Rawon dan Martabak Naik Picu Inflasi Kota Malang

Friday, July 2, 2021 | 22:05 WIB Last Updated 2021-07-02T15:05:44Z
Harga rawon naik mengikuti kenaikan harga daging. (republika.co.id)

MALANG (DutaJatim.com) – Rawon dan martabak jadi bahan gunjingan masyarakat. Pasalnya, harga dua kuliner ini naik sehingga memicu inflasi di kota tersebut. 


Sepanjang bulan Juni 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat angka inflasi sebesar 0,08 persen. 


Dengan angka inflasi tipis ini, Kota Malang menjadi satu-satunya daerah di Jawa Timur yang mengalami inflasi pada Juni 2021, sementara daerah lainnya tercatat mengalami deflasi.


Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini mengatakan, dari 10 komoditas penyumbang inflasi, kenaikan harga rawon dan martabak menyumbang angka inflasi Kota Malang. Hal ini disebabkan kenaikan harga komoditas daging sapi selama bulan Juni.


“Pada bulan Juni, harga rawon terpantau mengalami kenaikan sebesar 5,26 persen dengan andil 0,02 persen terhadap inflasi. Sementara, harga martabak naik 3,61 persen dengan andil 0,01 persen. Ini tak lepas akibat kenaikan harga daging sapi sebesar 1,10 persen yang juga punya andil 0,01 terhadap inflasi,” katanya Jumat (2/7/2021).


Selain tiga komoditas tersebut, komoditas lain yang memiliki andil terhadap inflasi, yakni kenaikan harga mobil sebesar 1,61 persen, kenaikan harga rokok filter 1,74 persen, pisang 5,85 persen, mangga 15,31 persen, telur ayam ras 3,24 persen, emas perhiasan 1,36 persen, dan kenaikan harga nasi dengan lauk sebesar 1,36 persen.


“Berdasarkan kelompok pengeluaran, kelompok penyedia makanan dan minuman menjadi kelompok terbesar penyumbang inflasi sebesar 0,57 persen, akibat kenaikan tiga komoditas tadi, yakni daging sapi, rawon, dan martabak,” ungkap dia.


Sementara, untuk 10 komoditas penyumbang deflasi atau penghambat inflasi, meliputi penurunan harga cabai rawit sebesar 1,61 persen, cabai merah 33,66 persen, sabun deterjen bubuk cair 1,31 persen, daging ayam ras 0,81 persen, jeruk 3,74 persen, tarif kereta api 4,94 persen, bawang putih 4,70 persen, buah pir 7,76 persen, batubata 4,25 persen, dan penurunan harga pengharum cucian sebesar 1,66 persen.


“Berdasarkan kelompok pengeluaran deflasi disumbang oleh kelompok perumahan, air listrik dan bahan bakar rumah tangga, kelompok makanan minuman dan tembakau akibat penurunan harga cabai, serta kelompok perlengkapan perawatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga,” kata dia.


Erny menambahkan, di wilayah Jawa Timur, hanya Kota Malang yang mengalami inflasi. Sebab, secara umum, wilayah tersebut tercatat mengalami deflasi sebesar -0,14 persen, begitu pula dengan deflasi nasional sebesar -0,16 persen.


“Untuk inflasi kalender tahun 2021 kita masih cukup rendah yakni 0,44 persen, inflasi Year on Year (YoY) sebesar 0,99 persen,” tandas dia.


Sementara angka deflasi tujuh daerah lainnya di Jawa Timur yakni Sumenep -0,58 persen, Banyuwangi -0,30 persen, Kota Madiun -0,21 persen, Kota Probolinggo -0,17 persen, Kota Surabaya -0,17 persen, Kota Kediri dan Jember -0,10 persen.(ndc)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update