Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Ulama Meninggal Saat Isoman, Kinerja Satgas Covid-19 Dikritik

Friday, July 16, 2021 | 03:22 WIB Last Updated 2021-07-15T20:22:26Z

 

Petugas mengevakuasi jenazah ulama yang meninggal karena Covid-19. 

BANYUWANGI (DutaJatim.com) - Pandemi Covid-19 semakin memprihatinkan. Seorang penderita Covid-19 yang diketahui sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) di mana seharusnya keadaan yang bersangkutan dipantau terus oleh petugas kesehatan, akhirnya menyerah. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Beliau meninggal dunia.


Beliau seorang ulama di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kab. Banyuwangi, Jawa Timur. Beliau meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri akibat terpapar COVID-19.  Pemuka agama yang tertular dari puterinya yang bertugas sebagai analis puskesmas itu meninggal dunia, Rabu malam (14/7/2021) di rumahnya. Pria ini meninggal dunia sebelum mendapatkan perawatan medis.


Sebelumnya, pasien beserta keluarganya dinyatakan positif COVID-19 usai menjalani tracing kontak erat. Karena tak menunjukkan gejala alias OTG (Orang tanpa gejala), pasien akhirnya menjalani isolasi mandiri di rumahnya.


"Awal puterinya yang bertugas sebagai analis Puskesmas Paspan terkonfirmasi positif COVID-19. Setelah dilakukan tracing ternyata satu keluarganya juga positif. Suami dan kedua orang tuanya," kata Hariyanto Surveillance Puskesmas Licin kepada wartawan, Kamis (15/7/2021).


Pemuka agama tersebut dinyatakan positif COVID-19 dari hasil rapid test antigen. Pada saat meninggal dunia, hasil PCR yang bersangkutan belum keluar.  "Positif rapid tes antigen pada hari Senin. Untuk PCR belum keluar. Karena memang tidak ada gejala, jadi isolasi mandiri di rumah," tambahnya.


Hingga akhirnya pada Rabu malam, kondisi pasien mulai memburuk. Sayang pasien tidak sempat mendapat perawatan medis hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia di rumahnya. "Ya sempat dibawa ke Puskesmas. Tapi tidak tertolong lagi," imbuhnya.


Warga yang datang melayat tidak diperkenankan masuk untuk melihat jenazah sebagai upaya pencegahan penularan COVID-19. Tampak sejumlah petugas kesehatan datang untuk melakukan pemulasaraan jenazah pasien COVID-19. Jenazah kemudian disalatkan terlebih dahulu di masjid dekat rumahnya sebagai penghormatan terakhir.


Usai disalatkan, jenazah langsung dibawa mobil ambulans untuk dikebumikan di makam keluarga yang berada di Pondok Pesantren Miftahul Huda. Warga yang mengantarkan jenazah hanya diperkenankan menyaksikan pemakaman dari kejauhan.


Kritik Kinerja Satgas

  

Kematian pasien isoman tersebut menyita perhatian Fraksi NasDem DPRD Banyuwangi. "Kami sangat prihatin. Pasien yang sempat dinyatakan OTG atau tanpa gejala, justru meninggal dunia saat isolasi mandiri di rumahnya," kata anggota Fraksi NasDem, Ali Mustofa, Kamis 15 Juli 2021.


Ali lantas menyoroti kinerja Satgas COVID-19 dalam penanganan wabah virus Corona di Bumi Blambangan. Menurutnya, kematian pasien isolasi mandiri sebelum mendapat pertolongan medis ini terjadi lantaran kurangnya tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas.


Di sisi lain, nakes yang ada dipaksakan untuk berbagai persoalan dalam penanganan wabah virus Corona. Seperti percepatan vaksinasi, tracing kontak erat dan penanganan penyakit lainnya. Akibatnya, pengawasan terhadap pasien COVID-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri di rumah tidak bisa dilakukan secara maksimal. 


"Inilah kenapa sedari awal, NasDem meminta Satgas COVID-19 dalam hal ini dinas kesehatan agar menambah SDM untuk seluruh puskesmas," tegasnya.


Apalagi, angka konfirmasi baru mengalami lonjakan signifikan setiap harinya. Tentu, ini membutuhkan tenaga kesehatan yang banyak untuk memperluas tracing kontak erat. 


"Beberapa orang yang ketemu saya, mengaku sudah mulai kehilangan indera perasa dan penciuman. Ini kan harus segera diperiksa oleh tenaga kesehatan untuk memastikan mereka ini positif atau tidak. Namun tenaga yang ada sekarang tidak mampu menjangkau yang seperti ini," ungkapnya.


"Termasuk untuk memantau kesehatan para pasien OTG yang isoman di rumah. Ini penting, karena sewaktu-waktu kondisi kesehatan mereka bisa memburuk. Kalau nggak ada yang mantau, kan kasihan jika sampai tidak mendapat pertolongan medis," tegasnya.


Politisi asal Kecamatan Muncar ini tak habis pikir dengan pola pikir Dinas Kesehatan yang tetap memaksakan nakes yang terbatas ini untuk menyelesaikan sekian pekerjaan tersebut. Selain berdampak pada kurang maksimalnya penanganan COVID-19, kondisi semacam ini juga sangat berbahaya bagi nakes yang bertugas. 


"Saya sangat kasihan melihat teman-teman nakes yang sudah kewalahan ini. Banyak diantara mereka yang bertumbangan, bahkan meninggal akibat terpapar COVID-19," ujarnya.


Untuk itulah, Ali mendesak agar pemerintah daerah segera menambah SDM yang ada di Puskesmas agar penanganan COVID-19 bisa lebih baik lagi. Paling tidak, tiap Puskesmas dapat tambahan personil 5 orang.


"Kan bisa dibuatkan kontrak kerja, misal dua atau tiga bulan sesuai dengan kebutuhan hingga COVID-19 melandai. Saya kira anggaran yang tersedia untuk penanganan COVID sangat mencukupi. Jika memang kurang, bisa kita usulkan penambahan saat PAK," tegasnya.


Terkait sumber daya yang akan direkrut, kata Ali, bisa bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi yang fokus di dunia kesehatan. 


"Misal SDM yang akan direkrut terbatas, di Banyuwangi kan ada Stikes dan perguruan tinggi yang bergerak di kesehatan. Ini mahasiswa semester akhir bisa direkrut dalam rangka membantu penanganan COVID-19," jelasnya.


Selain menambah SDM, NasDem juga mendesak agar jaring pengaman sosial segera disalurkan. Hal ini sangat penting agar masyarakat disiplin untuk menjaga protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas selama PPKM Darurat.


"Ini harus berimbang. Masyarakat dilarang berkeliaran, tapi jaring pengaman sosial belum disalurkan. Bagaimana masyarakat mau patuh? Bisa-bisa mereka malah mati bukan karena Corona, tapi mati karena kelaparan. Ini harus segera direalisasikan, baik BLT DD maupun JPS dari pemerintah. (det/ndc)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update