Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Wawancara Khusus dengan Mohd Agoes Aufia Mahasiswa Indonesia di India tentang Taliban

Thursday, August 19, 2021 | 15:08 WIB Last Updated 2021-08-19T08:08:46Z


Akhirnya Taliban kembali menguasai Afghanistan. Harap-harap cemas mewarnai masyarakat dunia atas masa depan Afghanistan di bawah Taliban yang telanjur dicap dengan kekerasan, kejam, dan sejenisnya. Tapi perlu dicatat, penguasaan Taliban atas Kabul bisa disebut mulus tanpa pertumpahan darah. Ada apa sebenarnya? Dan bagaimana masa depan Afghanistan kelak? Berikut wawancara wartawan DutaIndonesia.com dengan dosen Universitas Muhammadiyah Malang yang juga mahasiswa S3 jurusan Hubungan Internasional Jawaharlal Nehru University New Delhi India, Mohd Agoes Aufia. Berikut kutipanya. 


Sebagai orang yang menggeluti ilmu hubungan internasional, bagaimana Mas Agoes melihat kudeta Taliban di Afghanistan ini?


Pertama, kudeta ini adalah konsekuensi perjanjian bernama Doha Agreement pada February 2020 antara AS-Taliban di mana salah satu klausulnya yaitu AS menyepakati penarikan pasukan AS beserta sekutunya (NATO) di Afghanistan sejak 2001. Ketiadaan backing militer dari AS terhadap pemerintahan demokratis Afghanistan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kudeta ini.


Kedua, ini sebagai fenomena kompetisi perebutan kekuasaan sekaligus “transfer of power” atau perpindahan kekuasaan yang terjadi pada lingkup perpolitikan domestik Afghanistan mau tidak mau harus menjadi realitas perpolitikan di negeri ini dan Taliban muncul sebagai kekuatan dominan. 


Ada dua perhatian penting kita dan masyarakat dunia saat ini adalah, pertama, secara nasional, bagaimana Taliban memperlakukan rakyat Afghanistan dan apakah akan menjamin nilai-nilai hak asasi serta kemanusiaan yang ada terkhusus bagi kaum perempuan. 


Kedua, secara internasional, apakah pemerintahan yang dibentuk Taliban kredibel dalam menjalankan hak dan kewajiban dalam hubungan antar negara sesuai Piagam PBB dan tidak menjadi sponsor gerakan teroris yang begitu melekat dengan kelompok ini. 


Dua hal ini akan terjawab seiring waktu berjalan tergantung bagaimana cara Taliban menjalin komunikasi, menyampaikan pandangan, mengeluarkan kebijakannya hingga praktek di lapangan kepada rakyatnya, negara lain yang telah menjalin hubungan bilateral serta masyarakat dunia pada umumnya. Ini bisa dipahami karena saat dulu Taliban begitu terbatas bahkan tertutup untuk mengaktualisasikan visi bernegaranya ke depan untuk Afghanistan dan sekarang pintu itu terbuka lebar. 


Apa yang menyebabkan Taliban bisa menguasai Kabul setelah bertahun-tahun perang saudara? Apa benar karena pengaruh AS sudah melemah sebab Pemerintah kan memiliki pasukan militer? Bagaimana peran Rusia di konflik negeri ini?


Saya melihat korelasi kuat keberhasilan kudeta Taliban ini sebagai akibat hengkangnya militer AS di Afghanistan sebagai konsekuensi perjanjian Doha Agreement pada February 2020 antara AS-Taliban di mana salah satu klausulnya yaitu AS menyepakati penarikan pasukan AS beserta sekutunya (NATO) di Afghanistan sejak 2001. 


Pemerintah Afghanistan di bawah Ashraf Ghani yang sebelumnya mendapatkan perlindungan besar dari AS tentu menjadi sangat lemah dibandingkan Taliban pasca kepergian militer AS. Terlebih Presiden Ghani meninggalkan Afghanistan yang semakin memperlemah kepemimpinan de facto dan de jure di Afghanistan yang sudah dipupuk AS di Afghanistan sejak lama sebagai negara demokratis. Ketergantungan tinggi kepada AS lah yang menyebabkan Taliban bisa menguasai Kabul bahkan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.


Terkait peranan Rusia, negara ini memiliki sejarah kelam juga di Afghanistan saat menjadi Uni Soviet di mana sudah lebih dari tiga decade lalu keluar dari dari kekalahannya di perang Afghanistan atas perlawanan Taliban dan dukungan AS di belakangnya. 


Afghanistan menjadi proxy war pertarungan ideologi antara AS dan Uni Soviet, di mana akhirnya komunis berhasil ditendang keluar oleh AS melalui Taliban, hingga akhirnya Taliban terlibat diduga kuat oleh AS menyembunyikan pentolan Al-Qaeda yaitu Osama bin Laden yang dianggap sebagai dalang tragedy 11 September. 


Intervensi AS di Afghanistan sejak 2001 mendapatkan kritik dari Rusia yang tak sepaham termasuk label teroris yang disematkan AS pada Taliban, justru Rusia berpikir lebih konstruktif terhadap Taliban dan siap menjalin hubungan pasca Kudeta Taliban baru-baru ini namun masih tergantung bagaimana sikap Taliban dalam menjalankan Afghanistan ke depan.


Dengan jatuhnya Kabul ke tangan Taliban, peta geopolitik pasti berubah, seperti apa kira-kira wajah Afghanistan di tangan Taliban, dan bagaimana pula sikap AS, Rusia, dan dunia ketiga termasuk Indonesia dan ASEAN?


Saya melihat proses aktualisasi visi Taliban dalam menjalanakan pemerintahannya di Afghanistan masih terus berjalan karena masih begitu banyak hal-hal yang masih belum mereka sampaikan. Saat ini, persepsi negatif atau bahkan kesenjangan pemahaman antara Taliban dengan dunia luar masih tinggi. 


Untuk saat ini saya melihat Taliban masih memerlukan waktu tidak sedikit untuk sampai pada titik kestabilan hingga keseimbangan politik  hingga ekonomi untuk menjalankan pemerintahan sebagaimana sebelumnya di bawah Presiden Ashraf Ghani. 


Beberapa pernyataan mereka terkait memberikan amnesti kepada para pendukung pemerintah sebelumnya, memperkenankan pegawai pemerintah bekerja kembali, meningkatkan hak dan peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat, kebebasan media hingga menjamin keamanan minoritas Hindu dan Sikh hingga memastikan Afghanistan bukan sarang teroris adalah kabar baik ke depan bagi wajah Afgahnistan di tangan pemerintahan baru Taliban.


Peta geopolitik perlahan mengerucut, negara-negara seperti utamanya China, Pakistan hingga Rusia memberikan dukungan terhadap pemerintahan Taliban, sedangkan AS beserta sekutunya yaitu negara-negara NATO belum memberikan dukungannya dan terus melihat perkembangan yang ada dan bahkan siap bertindak jika Taliban masih menjadi rumah bagi kelompok teroris.


Adapun Indonesia memiliki posisi cukup konstruktif yaitu berada di posisi tengah di mana diterima oleh pihak Taliban dan Pemerintahan di bawah Presiden Ghani. Pemerintahn Indonesia sebelumnya sudah menjalin komunikasi dengan Taliban dan terus mendorong pemerintahan baru Afghanistan di bawah Taliban yang kredibel dan menjaga hak-hak kemanusiaan bahkan menjadi bisa menjadi mediator bagi konflik di Afghanistan. Sedangkan ASEAN sejauh ini belum masih belum mengeluarkan suaranya tapi saya pikir setiap negara anggotanya memiliki posisi yang variatif.


Selama ini Taliban dikenal kejam dalam menerapkan hukum Islam, apa itu benar atau citra yang dibuat media Barat saja?


Salah satu keterbatasan kita terkhusus di Indonesia adalah kita tidak tahu apa yang terjadi di lapangan sebenarnya dan banyak citra negatif yang dikeluarkan oleh media-media Barat. Tentu di sini kita perlu bersikap objektif dan hati-hati dalam menerima pemberitaan yang tak berimbang. Tidak bisa dipungkiri ekspose yang ada yaitu terkait kekejaman Taliban dalam stereotip yang ada, bisa jadi benar dilakukan dan bisa jadi tidak. 


Terlepas dari itu, saya melihat Taliban mulai membuka dirinya kepada dunia luar dan tentunya berusaha menghilangkan stigma negatif dengan kebijakan yang lebih inklusif pada seluruh rakyat Afghanistan dan juga masyarakat internasional yang tergambar dalam beberapa pemberitaan baru-baru ini.


Terkait hal itu, saya ingat tragedi  pelajar cilik Malala Yousafzai, yang ditembak pasukan Taliban pada Oktober 2012. Dia malah menjadi sangat terkenal gegara tragedi itu.


Betul, saat itu Taliban dianggap sebagai kelompok yang anti pada pendidikan perempuan di Afghanistan dengan beberapa justifikasinya hingga sampai pada penembakan pada pelajar cilik Malala Yousafzai. 


Tentu itu menjadi catatan kelam bagi kelompok Taliban yang terus diingat masyarakat dunia. Adapun Malala saat ini mendapatkan suaka politiknya di Inggris. Isu terkait hak perempuan adalah PR besar bagi Taliban bagaimana mereka bisa melakukan kompromi agar bisa diterima rakyat Afghanistan serta dunia terlebih barat. Sanksi ekonomi dan politik menjadi tekanan dunia internasional terhadap Afghanistan jika perubahan positif tidak dilakukan. 


Apa hubungannya Al Qaeda dan Taliban? Saat perang Afghanistan Osama lebih banyak diburu oleh AS?


Al-Qaeda adalah organisasi yang dianggap bertanggungjawab  atas Tragedi Jatuhnya Gedung WTC di AS pada 11 September 2001 yang didalangi oleh Osama bin Laden. Osama bin Laden adalah pimpinan Al-Qaeda yang akhirnya mencari tempat perlindungan di Afghanistan dengan bantuan dari kelompok Taliban yang merupakan orang nomor satu yang dicari AS. 


Sejak  itulah AS memulai gerakan “War on Terror” terkhusus terhadap kelompok yang mereka labeli teroris yaitu Al-Qaeda dan Taliban itu sendiri. Hingga akhirnya perburuan militer AS terhadap Osama berakhir pada 2 May 2011 di mana serangannya berhasil membunuh Osama di Pakistan. Namun di satu sisi, perang dengan Taliban belum berakhir sejak 2001 untuk menjadikan Afghanistan sebagai negara demokratis termasuk membersihkannya sebagai sarang teroris, hingga dinamika itu berakhir saat ini di mana Taliban berkuasa di Afghanistan.


Indonesia juga banyak berperan dalam perundingan damai di Afghanistan, khususnya di era Wapres JK, komentar Anda seperti apa?


Ini tentu modal bagus Indonesia sebagai mediator perdamaian konflik di Afghanistan yang sebiknya terus dilanjutkan, sebab beliau dipercaya oleh kedua belah pihak. Indonesia memiliki potensi besar dengan “soft power” kepercayaan yang dimilikinya serta status Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar dunia yang demokratis dapat menjadi contoh nyata bagi Afghanistan untuk bersatu di tengah keberagaman. 


Peran Indonesia ini tidak hanya berarti bagi rakyat dan masa depan Afghanistan tapi juga bagi perdamaian dunia dari kekhawatiran tindakan terorisme yang dapat terus berkembang di Afghanistan di bawah Taliban. Langkah persuasif Indonesia bisa jadi lebih efektif daripada tindakan militer sebelumnya. Pemerintah kita perlu menawarkan peranan ini jika kelak diperlukan tentu dengan strategi yang matang. Wallahu a’lam. (*)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update