Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Safari MPET2, 4 Koordinator dan Sasana di Malang Sepakat Jaga Persatuan

Saturday, December 4, 2021 | 21:58 WIB Last Updated 2021-12-04T14:58:47Z

MALANG (DutaJatim.com) - Untuk pertama kalinya, MPET2 (organisasi yang menaungi Ling Tien Kung) mengadakan “Safari MPET2 Ke Daerah-Daerah”. Daerah pertama yang mendapat kunjungan, yakni Malang Raya (Malang Kota, Kabupaten Malang dan Kota Batu) yang pertemuannya dilaksanakan di kawasan Ijen, Kota Malang, Sabtu (4/12/2021). Dalam pertemuan yang dihadiri 4 koordinator dan satu utusan dari Sasana-Sasana Araya (calon Koordinator Malang 4) sepakat untuk menjaga persatuan di tubuh Ling Tien Kung.


Hadir dalam acara tersebut yakni Koordinator Malang Selatan (4 orang) yang dipimpin Ketua Koordinatornya Mbah Tukiyo, di dalamnya juga terdapat Pembina Malang Selatan Mbah Darmo. Dari Koordinator Malang 3 dipimpin oleh Ketua Koordinatornya Ibu Atiek didampingi Pak Nowo. Dari Koordinator Malang 1 dipimpin oleh ketuanya yakni Ir. Chusnul Hidajat MBA, Wakil Koordinator Suhardi dan Bendahara Ibu Yayuk. 


Koordinator Batu dipimpin oleh Ketuanya  H. Abu Sofyan dan H. Suhadi. Dari Sasana Araya (calon Koordinator Malang 4) dipimpin oleh Ibu Dewi didampingi Rahmat dan Ibu Yoyok. Sementara dari MPET2 hadir Shane Feldo Fuyi Widjaja (Dewan Pembina), Brigjen Pol (Pur) Drs. Edy Prawoto, SH, MHum (Ketua Umum MPET2), Ir Agustiawan Dinata (Sekretaris MPET2), Ibu Ie Me (Kepala Teknik Ling Tien Kung), Erfandi Putra (Humas) dan Ibu Agnes (Kesekretariatan MPET2).


“Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran bapak dan ibu. Sebenarnya ‘Safari MPET2 Ke Daerah-Daerah’ merupakan program lama. Program ini seharusnya sudah dilaksanakan sebelum pendemi, tetapi pandemic covid-19 membuat program ini molor dan baru sekarang bisa dimulai. Setelah ini, kami akan berlanjut ke daerah-daerah lainnya,” kata Shane.


Shane mengatakan, adapun tujuan dari safari ini pada intinya menyerap aspirasi dari bawah, selanjutnya diharapkan tidak terjadi mis-komunikasi. Ini penting, agar kita dapat menjaga kesinambungan Ling Tien Kung. Mengapa? Karena almarhum Lao Shi, guru kita semua, berharap agar Ling Tien Kung berkembang sampai akhir zaman, Karena Ling Tien Kung dengan Making People Healty-nya harus bisa diwujudkan di tengah-tengah masyarakat. Untuk mencapai itu pulalah, kita harus bersatu, dan bersama-sama mewujudkannya.


Sementara Edy Prawoto mengatakan, Ling Tien Kung sudah berusia 17 tahun berjalan. Dinamikanya panjang sekali. Pandemi ini membuat berkurangnya komunikasi di antara kita. Diharapkan dengan adanya silaturrahim ini, kita satu visi dalam memasyarakatkan Ling Tien Kung di tengah-tengah masyarakat. Di sini, peran sasana sangat penting. Sasana berada di garis depan untuk melaksanakan visi Ling Tien Kung, yakni Making People Healty. Karena itu, sasana harus dikelola dengan baik. Dalam perjalanannya, terdapat sejumlah sasana yang colaps akibat salah kelola yang salah satunya sering ditinggal ketuanya. Bertolak pada kenyataan inilah, koordinator harus mengambil peran untuk memberikan pembinaan. Koordinator itu, merupakan kepanjangan tangan pengurus Pusat.


Edy juga mengatakan, gaung persatuan itu gencar sejak semasa guru kita berada di tengah-tengah kita. Kita harus menyadari, betapa pentingnya persatuan. Hal ini dikarenakan anggota Ling Tien Kung dari hari ke hari terus bertambah, di sini kata persatuan menjadi penting. Tanpa persatuan kita tak mungkin menjadi besar. “Bersatu jangan hanya ada di bibir saja. Bersatu itu harus ditopang dengan kekompakan kita menjalankan ajaran Ling Tien Kung dengan benar. Tidak ditambah dan tidak dikurangi,” kata Edy yang juga Rektor Universitas Bhayangkara Surabaya (Ubhara) itu.


Di samping itu, katanya, yang tak kalah pentingnya yakni fungsi instruktur. Sasana itu terdiri anggota dan instruktur. Karena itu, instruktur harus:


1.Instruktur harus tahu filosofi Ling Tien Kung. Jangan sampai terjadi, seorang instruktur malah jualan obat misalnya. Mengapa? Karena Ling Tien Kung itu tanpa obat, tanpa ragat dan tanpa alat.


2. Teknik gerakan harus benar. Tidak ditambah dan tidak dikurangi.


3. Instruktur harus memiliki etika. Karena kalau tidak beretika selanjutkan ada tabrakan kepentingan.


Ime sendiri menekankan pentingnya Tingkat Dasar dikuasai secara penuh. Karena Tingkat Dasar itulah sebenarnya menjadi dasar ilmu Ling Tien Kung. Tingkat menengah itu, merupakan lanjutan. Salah bila seseorang mengejar tingkat menengah, tetapi tingkat dasarnya kocar-kacir. 


Sementara Agustiawan menekankan pentingnya tertib administrasi bagi Ling Tien Kung. “Pendataan yang saaat ini dilakukan oleh kesekretariatan semata-mata agar Ling Tien Kung mempunyai bank data yang baik,” kata Agus.


Ayo… Bersatu


Terkait dengan persatuan, Mbah Darmo sangat konsen kalau bicara persatuan. “Waktu Lao Shi sakit menjelang kepergiannya, saya nekat pergi ke kediamannya di Surabaya meskipun sebelumnya banyak yang melarangnya. Saya menghormati Lao Shi. Karena beliau sakit, saya harus menjenguknya. Karena penyakit saya yang bertumpuk atas izin Allah sembuh karena Ling Tien Kung. Ling Tien Kung itu yang menciptakan Lao Shi. Apa pesan Lao Shi waktu? Mbah Darmo jaga persatuan Ling Tien Kung ya. Saya terharu waktu itu. Hati saya mengatakan, saya harus terus menjaga eksistensi Ling Tien Kung. Caranya dengan menjaga ajaran Ling Tien Kung yang murni seperti yang diajarkan Lao Shi,” kata Mbah Darmo dengan suara parau.


Selama dirinya masih ada, kata Mbah Darmo, Insya Allah Malang Selatan tidak akan goyah. Tidak goyah untuk menjaga kemurnian Ling Tien Kung. 


Hal senada juga ditambahkan oleh Mbah Tukiyo seraya mengatakan, Malang Selatan tetap patuh kepada Ole-Ole Surabaya. 


Sementara Suhadi mengatakan bahwasannya Kota Batu tetap ikut ajaran Lao Shi yang asli tak ada yang lain. Kalau ada yang ingin masuk ke Batu dengan gerakan lain, pasti akan ditolak, karena Ling Tien Kung yang benar itu, yakni yang diajarkan Lao Shi. Suhadi juga menyinggung soal kualitas instruktur harus diperhatikan. Jangan sampai seorang instruktur itu hanya mengejar seragam orange, tetapi teknik tidak menguasahi secara utuh dan benar. “Saya mengusulkan, kalau memang tak lulus tes, ya jangan diluluskan,” katanya.


Sementara, Abu Sofyan berharap agar AD/ART Ling Tien Kung secepatnya diselesaikan. Soal ini langsung dijawan oleh Edy Prawoto bahwasannya Ling Tien Kung sudah memiliki “Peraturan Ling Tien Kung” yang perannya sama saja dengan AD/ART.


Chusnul juga menyoroti soal batas wilayah. Artinya, tanpa adanya batas wilayah dalam pendirian koordinator akan menjadi sumber konflik setiap saat. Ini harus menjadi perhatian kita semua, karena tidak sedikit, pendirian koordinator baru ( di suatu tempat yang ada koordinator sebelumnya, selanjutnya lahir koordinator baru) terjadi konflik. Sementar Ibu Atiek menanyakan soal anggota yang belum berpredikat instruktur, tetapi sudah membuka sasana. Ibu Dewi memaparkan kesiapan wilayahnya untuk segera diresmikan (Koordinator Malang 4), karena semua persyaratan sudah terpenuhi dan sudah dikirim ke Pusat.


Untuk semuanya ini, kata Edy Prawoto menjadi masukan penting bagi Pusat. “Terima kasih atas semua masukannya. Kita akan terus berbenah. Semua pertanyaan-pertanyaan akan menjadi catatan penting bagi MPET2. Soal terjadinya konflik pada pendirian koordinator baru, karena hal itu dibungkus dengan kepentingan. Kalau ikhlas tidak akan begitu. Soal struktur organisasi, Lao Shi menginginkan struktur Ling Tien Kung tidak harus seperti yang ada di pemerintahan. Kita punya pola tersendiri. Juga demikian, sekarang tak sedikit anggota yang hanya mengejar seragam. Seperti toska, tetapi manfaatnya hanya ada pada dirinya. Ini tak benar. Terakhir saya ucapkan terima kasih kepada semuanya. Semoga pertemuan ini bermanfaat bagi kita ke depannya,” kata Edy. (Erfandi Putra)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update