Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Lebaran Ketupat di Trenggalek dan Gresik: Ada Sholat Utaqo, Lalu Makan- makan Ketupat, dan Maknanya

Monday, May 9, 2022 | 19:10 WIB Last Updated 2023-05-04T02:25:48Z

 

Kades Kerjo Rebo saat berlebaran Ketupat bersama warganya.




TRENGGALEK (DutaJatim.com) - Muslim di tanah Jawa nguri-uri tradisi budaya Jawa yang bernapaskan Islam. Salah satunya Lebaran Ketupat yang diadakan setelah Lebaran Idul Fitri 1 Syawal. Lebaran Ketupat diadakan pada 8 Syawal juga setelah menjalankan ibadah puasa Syawal.  


Umat Islam mengadakan beragam acara Lebaran Ketupat. Ada yang mengadakan acara sederhana, sekadar kumpul di rumah kepala desa atau tokoh masyarakat, sambil makan-makan ketupat serta silaturahim, seperti dilakukan Kades Pangkahwetan Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik, Saifullah Mahdi atau akrab disapa Sandi. 


Dalam undangan kepada sejumlah tokoh dan pejabat setempat disebutkan acara Halal bi Halal dan Kupatan itu berlangsung di Balaidesa Pangkahwetan Senin (9/5/2022) malam.


"Ya, acaranya halal bi halal, silaturahim saja, dan makan-makan, termasuk makan ketupat. Sekitar 250 orang sesuai jumlah undangan," kata Sandi, Senin siang.  


Lain halnya acara Lebaran Ketupat atau kupatan di Trenggalek. Acara ini digelar di Pondok Pesantren Al Arifiyah Krajan Desa Kerjo Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek.  Dalam acara yang dihadiri Kades Kerjo Rebo, ulama, tokoh masyarakat, dan pejabat setempat serta banyak warga desa ini juga digelar sholat Utaqo atau dikenal sebagai sholat pembebasan. Hal ini karena Allah SWT akan membebaskan orang yang mengamalkan sholat sunnah ini dari utang dan memenuhi hajatnya.


Sholat ini  dilaksanakan setiap satu tahun sekali setelah Hari Raya Idul Fitri atau setelah puasa Syawal 6 hari di Desa Kerjo.  


"Hampir sama dengan Sholat Idul Fitri, Sholat Utaqhok (Utaqo) dilaksanakan pagi hari sebelum jam 7  setelah puasa Syawal selama enam hari," kata Rebo, Kepala Desa Kerjo Kecamatan Karangan Kab. Trenggalek, Senin siang.


Setelah Sholat Utaqo, kata Rebo, yang juga salah seorang pengurus Asosiasi Kepala Desa Jatim (AKD Jatim) ini, diadakan tahlilan. Selanjutnya baru acara silaturahmi, dan makan-makan ketupat bersama.


"Setelah selesai sembahyang baru tahlilan dan musabaqhoh baru rame rame makan ketupat bersama. Tradisi ini sudah kami dilaksanakan selama 26 tahun," kata Rebo.


Makna Lebaran Ketupat


Lebaran Idul Fitri memang identik dengan ketupat. Namun sejatinya prosesi dan maknanya berbeda. Tradisi Lebaran ketupat berasal dari masyarakat Jawa. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa pada tanggal 8 Syawal atau sekitar seminggu setelah hari raya Idul Fitri.


Artinya, bagi masyarakat Jawa, terdapat dua kali perayaan Lebaran. Sama-sama dilakukan setelah puasa, yakni puasa Ramadhan dan puasa Syawal. Puasa 6 hari di bulan Syawal yang dimulai pada hari kedua bulan Syawal berakhir pada tanggal 7 Syawal, sehingga makna tradisi Lebaran ketupat ini adalah sebagai perayaan selesainya puasa 6 hari di bulan Syawal tersebut.



Puasa 6 hari di bulan syawal ini merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW karena keutamaannya yang sangat besar.  Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh." (HR Muslim).


Saat melakukan dakwah di Tanah Jawa, Sunan Kalijaga memperkenalkan tradisi Lebaran ketupat pada masyarakat Jawa. Saat itu ada dua istilah yang dikenalkan oleh Sunan Kalijaga yaitu, Bakda Lebaran yang merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah salat Idul Fitri, dan Bakda Kupatan yang merupakan perayaan seminggu setelahnya.


Perayaan tradisi lebaran ketupat ini dilambangkan sebagai simbol kebersamaan dengan memasak ketupat dan mengantarkannya kepada sanak kerabat pada tradisi masyarakat Jawa.  Berbagai macam ketupat disajikan dalam menyambut makna tradisi lebaran ketupat oleh masyarakat Jawa ini. Ada ketupat glabed yang berasal dari Tegal, ketupat babanci dari Betawi serta ketupat bawang khas Madura.


Makna tradisi Lebaran ketupat tentunya perlu dilihat dari asal istilah ketupat. Dalam bahasa Jawa, kata ketupat atau kupat ternyata berasal dari istilah "ngaku lepat" yang berarti mengakui kesalahan dan laku papat yang berarti empat tindakan. Makna tradisi lebaran ketupat tersebut memiliki filosofi yang berbeda-beda pula.


Ngaku lepat atau mengakui kesalahan ini dilakukan dengan pelaksanaan tradisi sungkeman. Tradisi ini dilakukan untuk memohon maaf kepada orangtua. Makna tradisi lebaran ketupat satu ini mengajarkan untuk selalu menghormati orang tua dan selalu mengharapkan bimbingan mereka.


Melakukan tradisi ini juga memiliki makna sebagai bukti kasih sayang antara anak dan orang tua. Sungkeman juga dilakukan kepada sanak kerabat lainnya, tetangga, serta teman-teman, tidak hanya sebatas dalam keluarga saja.  Jadi, makna tradisi Lebaran ketupat di sini juga berarti untuk menuntun umat Islam saling memaafkan dengan penuh ikhlas. Ketupat di sini juga memiliki makna sebagai simbol “maaf” tersebut.


Laku Papat


Selain itu, mengutip liputan6.com, untuk istilah selanjutnya yaitu laku papat atau empat tindakan memiliki 4 arti bagi masyarakat Jawa. Yang pertama adalah lebaran yang berarti usai, menandakan bahwa puasa Ramadhan telah berakhir. Yang kedua adalah luberan atau melimpah seperti air yang tumpah.


Luberan ini memiliki makna berbagi kepada fakir miskin bagi orang-orang yang mampu atau memiliki kelebihan harta. Selanjutnya adalah leburan. Leburan memiliki makna untuk meleburkan dosa dengan saling bermaaf-maafan satu sama lain.


Dengan begitu, dosa yang telah kita perbuat dapat melebur dan kembali suci. Sedangkan yang terakhir adalah laburan. Kata ini berasal dari kata labor atau kapur. Makna laburan ini adalah hati seorang muslim akan kembali jernih dan suci dengan berbagai ibadah yang telah dilakukan.


Tradisi lebaran ketupat yang biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Jawa ini merupakan salah satu tradisi baik yang telah dilakukan sejak dahulu kala. Masyarakat Jawa serasa belum lengkap merayakan hari raya Idul Fitri tanpa melaksanakan tradisi lebaran ketupat ini.


Makna tradisi lebaran ketupat yang mengajak seorang muslim untuk menjadi pribadi yang baik dan luhur akhlaknya dan meningkatkan amalan ibadah tentunya layak untuk dilestarikan.  Jangan sampai tradisi baik ini punah dan dilupakan masyarakat Jawa. Semoga dengan melaksanakan tradisi Lebaran ketupat kita bisa semakin bertakwa kepada Allah SWT dan menjadi pribadi yang lebih baik. (gas/bdh)



No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update