Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Mengintip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di Universitas Islam Madinah: Daftar Tanpa Bahasa Arab, Full Beasiswa, Uang Saku Rp 3,6 Juta/Bulan

Wednesday, May 29, 2024 | 05:10 WIB Last Updated 2024-05-29T11:56:47Z

 


Pemerintah Indonesia menempatkan ratusan Petugas penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di daerah kerja Madinah untuk melayani tamu-tamu Allah. Dalam bertugas PPIH dibantu tenaga pendukung dari mahasiswa Indonesia di Timur Tengah. Salah satunya dari Kampus Universitas Islam Madinah (UIM). Berikut laporan Muhammad Saefullah dari Tim Media Center Haji Kemenag RI untuk DutaJatim.com.



Oleh Muhammad Saefullah


KAMPUS Universitas Islam Madinah (UIM) memiliki 17.873 mahasiswa dari 170 negara. Mahasiswa Indonesia yang mendominasi. Jumlah mereka terbanyak, mencapai 16.000 mahasiswa. Sebagian dari mereka menjadi tenaga pendukung Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi. 


PPIH memang merekrut ratusan tenaga pendukung dari mahasiswa Indonesia yang belajar di Timur Tengah. Selain dari Arab Saudi juga dari Mesir, Tunisia, Iraq, Qatar, dan sebagainya. Kemampuan Bahasa Arab mereka dibutuhkan untuk membantu komunikasi PPIH dengan berbagai pihak di Arab Saudi.


Tim Media Center Haji (MCH) PPIH, Selasa, 27 Mei 2024, mengunjungi kampus yang jaraknya sekitar 5 km dari Masjid Nabawi itu. Didampingi Ketua Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Madinah Ahmad Bukhori Jawas.


"Mohon maaf hanya laki-laki yang boleh masuk ke dalam area kampus," kata Ahmad Bukhori. Kebetulan tim MCH memang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mahasiswa asal Jakarta itu kuliah S1 di jurusan Syariah semester 6.  


Kampus UIM memang dikhususkan bagi laki-laki. Tidak ada mahasiswi di sana. Bahkan tidak ada perempuan di kampus itu. "Kalau mahasiswa perempuan ada di kampus sebelah, Universitas Taibah," kata Zulmar Adiguna, rekan Ahmad Bukhori, juga mahasiswa UIM.


UIM sementara hanya menerima mahasiswa asing untuk jenjang S1. Untuk jenjang S2 dan S3 khusus untuk lulusan S1 di UIM. Setiap tahun, kata Bukhori, ribuan calon mahasiswa dari Indonesia melamar kuliah di UIM. Yang diterima selama ini paling banyak 180 mahasiswa. 


Mereka tersebar di 9 fakultas yakni Syariah, Al Quran, Hadis dan Studi Islam, Dakwah dan Ushuluddin, Bahasa Arab, Hukum, Komputer dan Sistem Informasi, Teknik, dan Sains. Paling banyak yang dipilih adalah Syariah, Hadis dan Studi Islam, serta Dakwan dan Ushuluddin.

Semua mahasiswa di UIM mendapat beasiswa penuh. Mulai dari biaya pendidikan, asrama, makan, uang saku, buku, hingga tiket pulang ke Indonesia PP setiap tahun.


"Dulu kalau kita nggak pulang, uang tiketnya diberikan mentah (tunai). Sekarang kalau tidak dipakai, ya hangus," kata Bukhori. 


Mahasiswa biasanya pulang ke Indonesia pada liburan panjang. Mereka libur panjang pada musim haji. Awal Zulhijjah hingga akhir Muharam. 


Bila dinominalkan, selama empat tahun studi, nilai beasiswa di UIM mencapai Rp 1 miliar. Makanya, Ustaz Dr Aruful Bahri MA, alumnus UIM asal Kampar, Riau, yang menjadi pengisi kajian di Masjid Nabawi, mengatakan bahwa beasiswa di UIM itu 1.000 persen. Untuk menggambarkan bahwa semua hal kebutuhan mahasiswa di UIM ditanggung oleh Kerajaan Arab Saudi.


"Ini bagian dari misi Arab Saudi untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Makanya kampus ini memang lebih banyak mahasiswa internasional daripada mahasiswa asli dari Arab Saudi," kata Zulmar. 


Zulmar adalah mahasiswa asal Palembang. Ia pernah kuliah di UIN Wali Songo Semarang. Pada semester 5, ia mendaftar ke UIM. Diterima. Saat itu pandemi Covid-19. Kuliah bahasa dilakukan secara online. Pun kuliahnya di UIN Wali Songo.  


"Setelah lulus di UIN Semarang saya berangkat ke Madinah. S1 lagi. Teman-teman UIN saya sudah banyak yang lulus S2 sekarang. Bahkan ada yang sedang kuliah S3," katanya.


Mendaftar di UIM tidak wajib bisa Bahasa Arab. Mereka akan mengikuti kuliah Bahasa Arab dulu di dua semester awal. Bahkan ada yang sampai 4 semester. Setelah itu baru mengikuti kuliah sesuai jurusan yang dipilih. 


Soal pakaian, kata Bukhori, juga bebas. Tidak harus memakai jubah atau thobe. Hanya mahasiswa Arab Saudi yang wajib memakai thobe atau thawb. Lengkap dengan sorban dan headband atau di Arab disebut keffiyeh.


"Banyak yang pakai celana panjang dan kemeja. Saya memakai thobe karena di sini panas. Ternyata lebih nyaman pakai thobe," jelas mahasiswa asal Jakarta itu.


Setiap mahasiswa tinggal di asrama. Untuk gedung asrama yang baru, satu kamar diisi dua mahasiswa. Sedangkan di gedung lama, diisi empat mahasiswa. Pihak kampus yang menentukan seorang mahasiswa tinggal di kamar yang mana. 

Rata-rata setiap asrama terdiri dari enam lantai. Dilengkapi dengan lift. Di kamar itu sudah ada sekat setinggi 2 meter untuk memisahkan ruangan mahasiswa tersebut. Dilengkapi dengan AC, tempat tidur, lemari, meja dan kursi belajar, dan rak buku. 


Di setiap sudut bangunan ada kamar mandi yang jumlahnya banyak, ruang cuci pakaian yang dilengkapi mesin cuci, dan dapur.


"Maaf kalau sekarang agak berantakan. Barusan pergantian vendor pengelola asrama," kata Bukhori.


Setiap bulan, mahasiswa mendapat mukafa'ah alias uang saku SAR 850. Atau sekitar Rp 3,6 juta. Untuk makan, mahasiswa bisa beli di beberapa kantin yang ada di dalam kampus. Harganya murah karena disubsidi pihak kampus.


 "Kami di sini 5 riyal (Rp 21.500) bisa untuk tiga kali makan," kata Zulmar. 


Menurut Bukhori, salah satu kantin yang paling banyak dikunjungi mahasiswa Indonesia adalah kantin Kunuz. Itu adalah kantin masakan Tiongkok. Chinese food dirasa paling cocok dengan lidah orang Indonesia.


Bagaimana untuk yang sudah berkeluarga? Menurut Bukhori, untuk mahasiswa pascasarjana ada asrama khusus yang diperbolehkan membawa keluarga. Tapi untuk mahasiswa S1 yang punya keluarga, biasanya menyewa apartemen di luar kampus. "Kami libur Jumat dan Sabtu," kata Bukhori.  


Pihak kampus juga menyediakan shuttle bus ke Masjid Nabawi. Biasanya para mahasiswa setelah salat Dhuhur ke Masjid Nabawi. Salat Ashar, Maghrib, dan Isya' di sana. Sekalian ke perpustakaan atau ikut kajian di Masjid Nabawi. Pulang ke asrama setelah Isya'. 


Di dalam kampus, rata-rata mahasiswa punya skuter listrik atau otoped. Area kampus begitu luas mencapai 50 hektare. Lebih luas daripada area Masjid Nabawi yang 34 hektare. 


Para mahasiswa Indonesia bisa umrah setiap saat. Biasanya mereka naik bus ke Makkah dengan ongkos SAR 50 atau Rp 215 ribu. "Kalau naik haji, jatah kami 5 tahun sekali," kata Zulmar.


UIM sudah berdiri 63 tahun. Alumnusnya di Indonesia antara lain Hidayat Nur Wahid, Salim Segaf Al-Jufri, Maftuh Basyuni, Said Agil Husin Al Munawar, Abdul Gani Kasuba, Firanda Andurja Abidin, Khalid Basalamah, dan Syafiq Riza Basalamah. (*)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update