Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kartolo, Sang Legenda Ludruk & Parikan

Wednesday, October 26, 2011 | 03:10 WIB Last Updated 2011-10-25T20:11:48Z



Cak Tolo saat tampil di panggung ludruk.

SELAMA kurun 80-an hingga pertengahan 90-an ada hiburan yang selalu dinanti dari radio ke radio, mulai anak-anak, ABG, bapak-bapak, Ibu-ibu, bagitu akrab dengan masyarakat Jawa Timur saat itu. Ya, dialah Ludruk Cak Kartolo cs . Dengan 4 sekawan (Sapari, Munawar, Basman dan Ning Kastini), mereka merajai dunia dagelan Jawa Timuran (Suroboyoan). Saya pun teringat masa-masa SD, melihat bapak asyik mendengarkan dagelan Kartolo, maka beberapa file mp3 aku download dari pakdenono.com.

Yeah humor renyah, cerdas dan lugas membicarakan realitas dalam setiap lakon, sekian cerita yang dibawakan begitu menampakkan local genius, khas suroboyoan, ceplas-ceplos dan terkadang melantur dengan imajinasi liar.

Cerita dimulai dengan Jula-juli, dengan parikan pos yang menggelitik seperti :

Teju mare teplek
Lombok abang kari ngulek
Mulo nek masak sing iso sedep
Mulo mangan e cik telap-telep,

Jangan terong di gawe janganan
Iwak tempe di campur tahu
Mulo nek uwong nek doyan mangan
Mulo awak e cik cepet lemu

Iwak bandeng mangan iwak ucenk,
Iwak hiu nek mangan tumpeng
Mulo kenditono sampek metenteng
nek wong lemu lak pancen ayu,

yu yu yu mbak ayu dadi prawan ojo nguya-ngguyu,
dasar e anteng rupane ayu
dituturi wong tuo ayo podo di gugu,
seje maneh mbarek sing bengesan
senegane kluyuran,
saben dino terus begadang
tapi ga iso mbumboni jangan...

namung semanten syairan kulo
sae lan mboten purun kareso
ditinggal awa-awe
molo dagelan iki kancane dewe... (lakon:Penghijauan).

dagelan yang cerdas, fresh serta tema-tema yang dekat dengan rakyat kecil membuat membuat Ludruk Cak Kartolo Cs lekat tak terpisahkan dari bagian Masyarakat Jawa Timur, selain sejarah ludruk yang kental dengan bentuk perlawanannya, Cak Kartolo Cs pun mengemas sekian kririk-kritik sosial lewat parikan dan lakon2, hal yang bikin kita betah dengerin dagelan Cak Kartolo ialah alur-alur cerita yang uning, terkadang mbulet namun senantiasa selesai dengan Coro Ludruk (saya membahasakan uraian hal2 rumit dengan cara tengah yang sederhana),.
mengingat Cak Kartolo, Adalah membaca legenda dan kesuksesan luarbiasa seni tradisi (ludruk) pada masa itu.

-----------------------------------
KARTOLO: “Saya Cuma Bisa Main Ludruk”  

Rasanya  tak percaya, kalau sosok KARTOLO yang dikenal sebagai seniman ludruk, sekaligus pelawak pengocok perut, lewat parikan, serta banyolan dalam Jula Juli Guyonan itu, ternyata pernah ditawari menjadi guru bantu sebuah sekolah di desanya.

Ketika itu, oleh beberapa guru sekolah di desanya, di Watu Agung, Prigen, Kabupaten Pasuruan, KARTOLO dikenal sebagai siswa dengan keterampilan lumayan bagus dibidang karawitan. Tawaran disampaikan lantaran KARTOLO selain mampu memainkan gamelan juga terampil nglaras.

“Waktu itu, saya berpikir kalau jadi guru nggak bisa pergi kemana-mana. Disekolah ngajar, pulang kerumah, gitu. Saya kepingin bisa jalan-jalan dan pergi kemana-mana, saya milih ikut karawitan. Terus kemudian ikut main ludruk,” cerita KARTOLO di kediamannya.

Lahir pada 2 Juli 1947, KARTOLO mengaku tertarik dunia ludruk kemudian ikut menjadi pemain ludruk sejak usianya sekitar 17 tahun. Dari situlah, kemudian KARTOLO, jadi ‘anak tobong’. Bermain ludruk dari satu panggung ke panggung. Dari sebuah kota berpindah ke kota lainnya.

Bertemu dengan KASTINI, yang kemudian dinikahinya pada tahun 1974, KARTOLO merasa bersyukur mendapat pasangan yang mengerti tentang kehidupan seniman, khususnya seniman ludruk. Dari pernikahannya itu lahir GRISTIANINGSIH dan DEWI TRIANTI.

Susah senang menjadi seniman dan pemain ludruk sudah dialami KARTOLO. Sejak sekitar tahun 60-an, kandidat penerima penghargaan Surabaya Academy Award (SAA) 2007 ini, malang melintang menghibur masyarakat.

Ditanya cita-cita, KARTOLO tertawa lepas. Komedian tradisional dengan 95 album kemasan Ludruk Banyolan ini, ternyata bercita-cita jadi pegawai negeri. Menurutnya, jadi pegawai negeri punya jaminan masa depan yang tetap.

“Kok malah jadi pemain ludruk. Tapi mungkin memang itu garis hidup yang diberikan Allah SWT. Saya jalani saja,” ungkap KARTOLO ditengah tawa lepasnya. Pernah suatu ketika mencoba berdagang tapi usahanya malah jeblok.

Diusianya saat ini, sebuah rumah besar dikelilingi beberapa rumah lain yang ditempati anak-anaknya, di kawasan Jl. Kupang Jaya I, KARTOLO mengaku melewatkan hari-harinya menjadi MC. Master Ceremony ? “Bukan. Momong Cucu,” ujarnya mengundang tawa.

Beberapa waktu lalu, saat menjelang malam pergantian tahun, bersama sejumlah petinggi Kota Surabaya, dan koleganya sesama seniman ludruk, KARTOLO ikut tampil dalam Ludruk Urban lakon: Joko Berek Ngluruk Taman Surya, rekaan ARIF AFANDI Wakil Walikota Surabaya saat itu.

Mengomentarai keberadaan kesenian ludruk di Surabaya yang makin terpinggirkan, KARTOLO mengatakan ikut prihatin. “Memang itu memprihatinkan. Seniman seperti saya bisanya cuma main ludruk, disuruh yang lain nggak bisa. Kalau nggak ada kesempatan buat tampil, tambah soro awak iki rek,” tutur KARTOLO.


Tapi Kartolo konsisten di dunianya sehingga mendapat penghargaan. “Saya nggak percaya kalau mendapat penghargaan SAA itu. Kemarin saya diundang untuk menjadi pembawa acara. Itu job saya memang, tapi waktu dikasih tahu kalau saya juga dapat penghargaan SAA, kok bisa ya? Saya ini bukan apa-apa, cuma pemain ludruk”.


Kakek 4 cucu ini, merasa dirinya hanyalah pemain ludruk biasa, yang hidup dari job serta ditanggap orang. Menurutnya, penghargaan dan piala itu untuk mereka yang berprestasi, sementara dirinya merasa sedikit pun tak pernah membuat prestasi. “Yang saya bisa main ludruk,” kata KARTOLO.

Saat ini, bersama dengan KASTINI sang istri, Cak SAPARI, Cak MOMON, dan beberapa seniman ludruk lainnya, KARTOLO kerap tampil di layar gelas sebuah tv swasta Kota Surabaya. Tampil dalam format ludruk banyolan, KARTOLO cs juga kerap tampil dipanggung-panggung undangan hajatan.

“Makanya saya heran, prestasi saya apa kok dapat penghargaan? Kalau nggak main di tv, ditanggap orang hajatan. Itu saja,” tandas ayah dua putri yang mengaku sudah pernah keliling disejumlah kota besar di Indonesia dalam rangka menghibur masyarakat ini. (ss)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update