Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tak Sengaja, Sukses Jadi Juragan Telur Puyuh

Thursday, October 27, 2011 | 12:48 WIB Last Updated 2011-10-27T05:49:48Z
Ternak puyuh harapan Sukiman

Menjelang akhir pengabdiannya sebagai guru SD.tahun 1998, Sukiman melihat pedagang burung hias yang mengatakan bahwa burung tersebut burung asli dari Arab. Sukiman pun penasaran dan mencari cara beternak unggas penghasil telur berwarna biru dengan motif loreng-loreng tersebut.

   Singkat kata, Sukiman pun membeli burung tersebut dan meletakkan dalam sangkar burung kecil. Dirawatlah burung tersebut tiap hari hingga akhirnya bertelur. Ia pun tersadar, bahwa burung itu ternyata burung puyuh. Hal itu menimbulkan hasratnya untuk mencari dan membeli bibit burung puyuh untuk diternakkan.

   “Awalnya saya sempat kesulitan mendapatkan bibit dan akhirnya ketemu juga,” ungkap Sukiman.

   Merasa kurang maksimal dengan telur yang dihasilkan bibit yang dimilikinya, Sukiman mencoba memperbaharui bibit puyuh dengan membeli di tempat lain. Hingga akhirnya ia belajar dan terus belajar dengan melakukan penelitian. Intinya, mencari cara untuk mendapatkan bibit unggul burung puyuh.

   Dalam memelihara burung puyuhnya Sukiman dibantu anaknya Edi Wibowo (36) dan menantu laki-lakinya Purwanto (39). Dengan segala keterbatasan pengetahuannya mereka kini memiliki sekitar 5.000 (lima ribu) ekor burung puyuh yang dipelihara dalam dua kandang di dua lokasi yang berbeda.

   Kandang pertama di belakang rumah Sukiman sendiri dengan ukuran 10 x 20 meter, sedangkan kandang satunya di belakang rumah Purwanto yang jaraknya 350 meter dari rumahnya dengan ukuran kandang 5 x 10 meter.  Dari 5.000 ekor burung puyuh dapat menghasilkan 40 kg telur puyuh per hari, jika dengan nilai pasaran Rp. 13.000 per kg, maka perharinya bisa beromset Rp 520.000 per hari. Kebutuhan pakan burung sekitar 1 kuintal seharga Rp. 375.000 per hari. Itu berarti tiap hari diperoleh ketuntungan Rp 245.000.

   Dalam mensiasati harga pakan yang tinggi, Sukiman mencampur sendiri pakan ternak dengan menggunakan jagung dan katul untuk dicampur konsentrat dengan kompososi 30% jagung, 20% konsentrat dan 50% katul. Sedangkan pemberian minum dia menggunakan air dicampur dengan vitamin burung puyuh. Pemberian vaksin dilakukan 3 bulan sekali untuk menjaga agar burung tidak mudah terkena penyakit apalagi kalau burung masih berumur 0-60 hari.

Dengan cara iu biaya produksi dapat ditekan,sehinga modal untuk menambah indukan telur guna memperoleh hasil yang lebih banyak dapat dipenuhi dari budidaya sendiri tanpa harus pinjam bank. (bdh)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update