Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tahun Depan, Petani Apel Akan Digerojok Bibit Baru

Thursday, November 24, 2011 | 00:49 WIB Last Updated 2011-11-23T17:51:31Z
Suasana indah Batu penghasil apel.
BATU-Mulai tahun depan, Dinas Pertanian Kota Batu akan mencurahkan perhatian khusus kepada sektor pertanian apel. Karena, ikon kota wisata Batu berupa buah apel kondisinya sudah cukup memprihatinkan alias terus berkurang jumlah produksinya, luasan lahan maupun jumlah petaninya.

Kepala Dinas Pertanian Sugeng Pramono membenarkan sampai saat ini sektor pertanian harus mendapat perhatian yang lebih. Data terakhir, sedikitnya 15 hektare lahan pertanian apel telah berubah menjadi perkebunan tebu. Data itu belum termasuk lahan pertanian apel yang ditanami jeruk ataupun sayur atau bunga.

“Tentu saja, kita tidak ingin ikon kota ini tiba-tiba hilang begitu saja. Sehingga kita saat ini sedang membuat data yang akurat soal pertanian apel itu sendiri,”kata Sugeng Pramono, Senin (21/11) di balaikota Batu.

Dia ungkapkan, untuk pertanian apel itu tidak semua lahan di Kota Batu bisa menghasilkan buah apel yang bagus. Hanya di kecamatan Bumiaji saja yang merupakan area yang terbaik untuk bisa ditanami apel.

Beberapa program, kata dia,  yang akan dilakukan untuk menegakkan ikon Kota Batu. Diantaranya, melakukan revitalisasi lahan, peremajaan pohon apel yang rata-rata usianya sudah lebih dari 25 tahun dan pengendalian organisme pengganggu.

“Untuk revitalisasi lahan itu mutlak dilakukan. Misalnya, getol melakukan kembali ke pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Disusul dengan mengganti pohon apel yang sudah tua dan tidak produktif lagi,”kata Sugeng.
Sugeng juga ungkapkan masih melakukan pendataan bantuan-bantuan bibit apel pada tahun sebelumnya. Kemudian menyediakan bibit apel sesuai jumlah kebutuhan ditingkatan petani.

“Nah, itu yang saat ini sedang kita data. Untuk pengadaan bibit apel itu sendiri rencananya akan bekerjasama dengan Balai Penelitian Jeruk dan Hortikultura (Balitjestro),”katanya.

Menurut Sugeng, setidaknya dibutuhkan anggaran cukup besar bisa melakukan perbaikan apel di Kota Batu. “Soal jumlah saya masih belum bisa menyebutkan,”kata Sugeng beralasan soal data keuangan tdak hafal persis.
Terpisah, Sunaryo salah satu petani apel di Desa Punten Kecamatan Bumiaji mengatakan bertani apel membutuhkan modal yang cukup besar. Untuk merawat pohon apel sampai bisa panen itu biayanya  mencapai jutaan rupiah. “Kalau kita punya 150 pohon apel saja biaya produksinya mencapai Rp 10 juta sekali panen atau setengah tahun,”kata dia.

Dia ceritakan,  pohon apel yang sehat membutuhkan waktu 5-6 bulan untuk berproduksi apel dan siap panen. Untuk perawatan pohon apel sendiri terbilang besar, baik untuk membeli pupuk, pestisida maupun bahan kimia lain untuk mempertahankan bunga apel. Kemudian masih perlu biaya pembungkusan apel agar tidak terkena sinar matahari atau gosong.  Sedangkan untuk 150 pohon apel itu mampu menghasilkan sekitar  3 ton buah apel. “Untuk harga kita tergantung pasaran. Kalau pas harga tinggi yang kita untung dan kalau harga jatuh, impas saja sudah bagus,”terangnya.

Sementara itu, Awang salah satu pedagang apel di pasar Batu ketika dikonfirmasi mengatakan apel yang ada di pasar Batu saat ini kebanyakan bukan dari petani Batu. Melainkan kiriman dari Kecamatan Tumpang, Pujon dan Nongkojajar Kabupaten Malang. “Kita tidak tahu, yang jelas banyak apel dari Kabupaten Malang,”kata dia.
Untuk harga apel saat ini dipasaran sedang tinggi. “Untuk jenis romebeuty sekitar Rp15 ribu/kg, manalagi sekitar Rp17-20 ribu/kg dan anna sekitar 13-15 ribu/kg,”katanya. (jun)

 

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update