Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kerapu, Primadona di Tengah Harga Terpuruk

Saturday, February 25, 2012 | 02:32 WIB Last Updated 2012-02-24T19:32:35Z

Bupati menghadiri panen kerapu di Dusun Kentong. 

LAMONGAN – Ditengah sulitnya dalam mengembangkan usaha, kini muncul peluang baru di Lamongan. Apalagi, harga ikan di pasaran merupakan menjadikan masalah tersendiri bagi nelayan. Namun, kini para nelayan di Lamongan mengembangkan budidaya ikan kerapu. Budi daya percontohan di Dusun Kentong, Desa Labuhan, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, sudah dipanen, kemarin.

Komoditas ikan kerapu merupakan budidaya yang masih terbatas, bahkan belum banyak negara lain yang mengembangkannya. Karena terbatasnaya komoditas ikan jenis ini, harga ikan ini akan tahan banting. Dengan kata lain, harga ikan yang minim risiko penyakit ini, tidak terpengaruh terhadap hukum ekonomi.
Kades Labuhan Samiaji yang juga Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia cabang Lamongan (HNSI) setempat mengungkapkan, kerapu yang dipanen tersebut jenis Cantang. Hasil panen ikan ini masuk kelas domestik. ''Harganya bisa mencapai Rp 95.000-Rp 105.000/kg. Kalau untuk kelas eksport, harganya bisa mencapai Rp 350 ribu/kg,'' katanya.

Dikatakan, kawasan Panturan lamaongan sangat potensial untuk pengembangan budi daya ikan kerapu. Ini karena  tekstur tanahnya sangat cocok. Potensi itu kian terbuka lebar, mengingat modal usahanya juga terjangkau. ''Harga pakannya pun relatif terjangkau,'' katanya.

Penilaian ini bisa dibuktikan, saat panen kerapu di Dusun Kentong, Desa Labuhan, Kecamatan Brondong. Kerapu yang dipanen itu adalah kerapu jenis Cantang (Epinephelus sp). Jenis ini merupakan benih hibrida, hasil perekayasaan perkawinan silang antara ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sebagai induk betina dengan kerapu kertan (Epinephelus lanceolatus) sebagai induk jantan. Petani di Labuhan juga membudidayakan kerapu jenis macan dan lumpur.

Dari budi daya ikan kerapu yang dikembangkan di desa tersebut terungkap, untuk lahan 47 hektare, dalam masa panen 6-8 bulan, petambak bisa menghasilkan 6 ton per hektar. Dari usaha dengan modal Rp 72 juta milik kelompok tani Bakti Usaha I dan II dengan 95 anggota ini, bisa meraih untuk 100 persen. ''Karena harganya mencapai Rp 150 juta.

Bupati Lamongan H Fadeli yang turut menghadiri panen kerapu melakukan pemantauan. Hasilnya, diketahui ada persoalan   terkait pengembangan kerapu yang membutuhkan lahan tambak yang dalam. Setidaknya dibutuhkan kedalaman sekitar 100 meter. Menyikapi persoalan ini, pihaknya berjanji akan memberi bantuan pinjaman  bego untuk pengerukan tambak. Pemijaman alat berat ini dilakukan, agar petambak tidak boros untuk pengembangan budidaya kerapu ini. Sebab untuk pinjam alat pengerukan lahan ini ongkosnya bisa Rp 1 juta perhari dan itu sangat memberatkan. Di samping meminjami bego, pada kesempatan itu bupati juga menyerahkan bantuan 150 unit keramba jaring apung untuk pendadaran ikan kerapu.


''Saya ingin setiap kecamatan ada sentra-sentra ekonomi masyarakat yang maju dan menjadi percontohan sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah,'' katanya.  (dm/ka)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update