Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Manik-Manik Jombang Melanglang Dunia

Friday, February 10, 2012 | 18:08 WIB Last Updated 2012-02-10T11:08:03Z
ANTARA/Syaiful Arif
SEJUMLAH perempuan membuat kerajinan bros di salah satu home industri manik-manik di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Kamis (9/2). Home industri kerajinan bros tersebut mampu memproduksi kurang lebih 200 biji bros per hari dan dijual ke berbagai daerah dengan harga berkisar mulai Rp 2.000 hingga ratusan ribu rupiah per biji tergantung bahan serta tingkat kesulitan.

JOMBANG - Manik-manik (beads glass) produk Desa Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, makin hari makin berkibar. Kerajinan yang berbahan dasar kaca ini, tak hanya beredar di Indonesia, tapi sudah mendunia. "Sekarang, manik-manik produksi saya sudah tersebar ke seluruh penjuru dunia," ujar Anik Arumi (35) salah satu perajin manik-manik seperti ditulis tabloidnova.com.
Jenis manik-maniknya pun kian beragam. Bila sebelumnya hanya sebagai aksesoris wanita berupa kalung atau gelang, belakangan berkembang sebagai pelengkap desain interior. "Para perajin di sini memang terus mengembangkan produknya," lanjut Anik seraya menceritakan sejarah manik-manik di desanya.
Warga Gambang, kisah Nanik, sudah mengenal manik-manik sekitar tahun 1977. Perintis kerajinan ini adalah Wachid dan Sugiyo. "Awalnya, sih, bahan kaca itu dibentuk buah-buahan, bunga, dan tasbih. Baru tahun 1980 beralih ke manik-manik. Perubahan dimulai ketika ada dua warga Kalimantan datang dan minta dibuatkan kalung manik-manik seperti contoh yang dibawa. Setelah dicoba, ternyata berhasil baik."
Kreasi baru ini dengan cepat diterima pasar. Sejak itu, perkembangan manik-manik Jombang pun semakin pesat. "Sebenarnya, sih, perkembangan manik-manik di Indonesia masih jauh dibanding negara lain. Manik-manik sudah sangat dikenal di Italia, Perancis, India, Afrika, juga Cina. Bahkan, di Amerika ada sebuah perguruan tinggi yang salah satu jurusannnya memperdalam soal manik-manik," jelas Anik.
Dikatakan Anik, manik-manik merupakan kerajinan yang punya nilai seni tinggi. Sejarahnya pun sudah sangat panjang. "Manik-manik sudah dikenal berabad-abad lalu oleh nenek moyang bangsa-bangsa di dunia. Buktinya, patung-patung wanita purbakala yang ditemukan, selalu ada rangkaian permata mirip manik-manik yang melingkar di leher dan pergelangan tangannya," papar Anik yang memiliki beberapa katalog manik-manik dalam dan luar negeri itu.
Manik-manik sendiri menurut Anik mempunyai beberapa fungsi. Yakni untuk koleksi, hiasan, keperluan adat, dan sebagai interior. "Kalau untuk hiasan sudah umum, ya. Belakangan diketahui, ternyata keindahan manik-manik bisa dipadukan dengan interior. Misalnya dengan hiasan gordin, tempat tidur, kursi, sampai kap lampu. Tergantung kemampuan desainer untuk memadukannya.
Lantas apa hubungannya dengan adat? Menurut Anik, dalam masyarakat Dayak dan NTT, manik-manik menjadi salah satu syarat perhiasan yang harus dikenakan saat upacara adat. "Perajin di Gambang tahu persis pakem manik-manik untuk suku Dayak di Kalimantan maupun NTT," timpal Nurwachid, (39) suami Anik.
Nurwachid mengaku pernah memasarkan manik-manik karyanya sampai pedalaman Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia. "Semua manik-manik yang saya bawa, ludes terjual di sana," kata Nur yang kini punya omset Rp 100 juta per bulan.
Kini, Desa Gambang praktis menjadi sentra kerajinan manik-manik. Saat ini, ada sekitar 200 perajin dengan ribuan jumlah karyawan. Para pekerjanya didominasi oleh ibu-ibu dan gadis-gadis desa. "Karyawan saya yang meronce, jumlahnya puluhan. Mereka mengerjakannya di rumah masing-masing," tambah Anik yang mengurus soal pemasaran, sedangkan suaminya kebagian di produksi.
Untuk memenuhi permintaan pasar, Anik mesti mengikuti perkembangan mode manik-manik dunia melalui internet. "Para desainer Perancis dan Italia sangat bagus membuat desain. Nah, kami memodifikasinya. Setelah kami buat, biasanya pasti laku," katanya.
Soal desain, Anik juga memenuhi permintaan pelanggan. "Model yang dipesan oleh pelanggan saya, bisa dijadikan patokan bahwa model tersebut akan digemari konsumen atau tidak. Sekarang, sih, yang laku keras manik-manik bentuk polos," tambah Anik.
Masih menurut Anik, belakangan ini, manik-manik juga dikombinasikan dengan bahan lain misalnya tembaga atau jenis logam lain. Untuk tembaga, perajin membeli di Celuk, Bali atau Kota Gede, Yogyakarta. Bahannya kami beli dari sana, lalu dirangkai di sini."
Anik mengungkapkan, manik-manik Gambang tidak kalah bersaing dengan produksi luar negeri. Terbukti, kreasi para perajin mengalir deras ke pelosok penjuru dunia. "Barang-barang tersebut saya kirim dulu ke art shop di Bali, baru kemudian didistribsuikan ke luar negeri. Selain itu, saya juga punya pelanggan dari Amerika. Secara berkala dia datang ke sini."
Soal harga, ternyata harga manik-manik Desa Gambang tidak terlalu mahal. "Harganya berkisar antara Rp 7 ribu hingga Rp 60 ribu," cetus Anik.(*)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update