Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Gubernur Khofifah Sambut Kedatangan Perantau Korban Insiden Wamena

Wednesday, October 2, 2019 | 20:41 WIB Last Updated 2019-10-03T02:42:43Z


MALANG (DutaJatim.com) - Rombongan perantau asal Jawa Timur dari Wamena, Papua, kembali tiba di Jawa Timur Rabu 2 Oktober 2019. Sebanyak 121  orang warga Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Tengah mendarat di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang, Rabu kemarin sekitar pukul 14.30 WIB. Mereka tiba dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU.

Pada hari yang sama rombongan serupa tiba di Bandara Juanda. Selanjutnya gelombang ketiga pengungsi tiba di Jatim Kamis besok.

Para perantau tersebut tampak lega dan bersyukur akhirnya bisa kembali ke kampung halaman. Pasalnya mereka sudah menunggu dan menempuh proses pemulangan yang cukup panjang. Apalagi dalam kondisi psikis tertekan akibat kerusuhan di Wamena.

Mereka dari Wamena harus menunggu antrean pesawat untuk bisa terbang ke Sentani, Jayapura. Kemudian setelah mendapatkan jadwal keberangkatan mereka harus menempuh perjalanan lebih dari delapan jam karena transit di Biak dan Makassar.


Oleh sebab itu, begitu tiba di bandara dan disambut oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, mereka mengaku sangat terharu dan bahagia. Mereka mengucapkan terima kasih pada Pemprov Jawa Timur yang mengupayakan pemulangan para perantau di Wamena.

"Saya sudah 29 tahun di Wamena. Saya berdagang di sana, buka kios. Tapi akibat kerusuhan, semua habis, terbakar," kata Satik, warga asal Banyuwangi, saat ditemui di Bandara Abdul Rachman Saleh. 

Hal serupa disampaikan oleh Yusuf, warga Probolinggo. Bekerja sebagai tukang bangunan, dia bersyukur bisa kembali ke Jawa Timur usai kerusuhan di Wamena. 

Karena saat kerusuhan dia dan keluarga sempat terpisah. Masyarakat saling mencari tempat aman dan perlindungan sehingga dia pun berpencar dari anak dan istri.

"Terima kasih akhirnya kami dipulangkan. Tapi masih banyak teman kami di sana, semoga segera menyusul dipulangkan," harapnya.

Dalam kesempatan itu Gubernur Khofifah mengatakan bahwa yang datang di Malang kali ini ada sebagian yang dari Solo, Purwokerto, dan sejumlah daerah lain. Namun mayoritas mereka berasal dari Jawa Timur. 


Dia menegaskan, siapa pun dan dari mana pun para perantau yang datang hari ini harus mendapatkan perlindungan dan jaminan keamanan. Pemprov Jatim akan mendata masing-masing orang perantau yang datang untuk kemudian diantarkan ke daerahnya masing-masing. 

"Mereka adalah perantau. Kalau mereka sekarang dalam posisi ingin kembali ke tanah asalnya, karena jumlahnya besar, maka kita ingin membuatkan layanan agar mereka bisa kembali dengan layanan yang lebih proper," kata Khofifah. 

Kalaupun ada perantau dari daerah lain, semua tetap akan didata. Dan saat akan diantarkan ke daerah masing-masing juga akan dibuatkan format berita acara dan serah terima dengan Dinsos ataupun pemerintah daerah setempat. 

Lebih lanjut disampaikan Gubernur  perempuan pertama Jatim ini, adapun beberapa dari perantau yang dalam kondisi kurang sehat langsung diantar ke RSUD Saiful Anwar  untuk menjalani perawatan dan pemeriksaan medis dengan biaya dari Pemprov Jatim.

"Yang hari ini datang di Juanda juga ada. Yang sakit juga langsung dibawa dengan  ambulans ke RSUD Dr Soetomo. Semua layanan ada dalam coverage Pemprov," tegas Khofifah.

Dalam penyambutan perantau Jatim tersebut, Mantan Menteri Sosial RI ini menyempatkan diri untuk berdialog langsung dengan mereka. Menanyakan kondisi, keadaan, dan keluarga yang akan mereka tuju begitu sampai ke daerah asal. 

Ia menjamin bahwa semua perantau ada dan masuk dalam pendataan. Sebab hal ini penting, terkait kepentingan jika nanti ada data yang dibutuhkan pemerintah pusat, maka data-data para perantau sudah siap. 

"Jika suatu saat  ada konsesi dari pemerintah pusat, misalnya toko atau rumah yang terbakar, sehingga mereka bisa bekerja kembali ke sana,  kita sudah siapkan datanya. Inilah pentingnya mereka diidentifikasi untuk mengetahui data dan jumlah perantaunya. Sebab  mereka banyak yang tidak sempat membawa KTP," kata Khofifah.

Di sisi lain sejauh ini pihaknya mengaku intens berkoordinasi dengan Kementerian Sosial. Pasalnya di Kementerian Sosial ada kualifikasi bencana alam dan bencana sosial.

Saat ini sudah ada tiga kloter warga perantau Jawa Timur di Wamena yang kembali pulang ke bumi Majapahit ini. Rombongan pertama datang melalui Semarang sejumlah 43 orang. Kemudian hari ini melalui bandara Malang sejumlah 121 orang dan dijuga melalui bandara Juanda sejumlah 41 orang. 

"Besok rencananya akan datang sekitar 130 orang. Kami menyampaikan terima kasih kepada TNI AU yang telah membantu memudahkan kepulangan warga Jatim yang sedang merantau di Wamena," pungkas Khofifah. 

Sebelum dipulangkan ke kabupaten/ kota  masing-masing di Jawa Timur, para perantau tersebut mendapatkan bantuan dari Pemprov Jawa Timur berupa  uang saku, sembako, dan juga pakaian siap pakai. Para pengungsi itu terdiri dari 105 orang dewasa dan 15 anak-anak. Para pengungsi ini memilih untuk pulang ke kampung halaman di sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti Sampang, Blitar, dan daerah lain.

Khofifah menyambut pengungsi didampingi Danlanud Abdul Rachman Saleh Marsma (pnb) Hesly Paat, Bupati Sampang Slamet Junaidi, Bupati Malang Sanusi, Kapolres Malang AKBP Yade Setiawan Ujung, Dandim 0818 Letkol (inf) Ferry Muwazzad, Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko, dan Ketua DPRD Kota Malang I Made Rian Diana Kartika.

"Habis ini, kita bawa ke Bakorwil Malang. Di sana bisa istirahat dan dilakukan pendataan. Kami (Pemprov Jatim) akan mengantar saudara-saudara kita dari Wamena ini ke tempat yang dituju," terang Khofifah kepada wartawan di sela menyambut pengungsi di Lanud Abdul Rachman Saleh.

Khofifah menyebut warga asal Jawa Timur yang sebelumnya mengungsi pascainsiden Wamena sudah beberapa hari ini meninggalkan Jayapura. Mereka terbang meninggalkan Jayapura dengan tujuan Semarang, Makassar, Surabaya, dan di Lanud Abdul Rachman Saleh.

Rumah Dibakar

Salah seorang pengungsi Widodo (49)  mengaku asal Kota Blitar. Dia tengah memangku salah satu putranya di tempat duduk yang disediakan Lanud Abdulrachman Saleh di ruang VVIP bersama ratusan pengungsi lain.

Sejak 1970 Widodo kecil tumbuh besar di Papua hingga menikahi warga Banyuwangi dan dikaruniai empat orang anak. Di sana Widodo bekerja sebagai driver hingga memiliki rumah toko (toko), beserta kontrakan di kawasan Pikie, Wamena atau berdekatan dengan Jalan Trans Papua.

Peristiwa yang terjadi membuatnya ingin kembali ke tempat asal orang tuanya, yakni Blitar. Dia bersama keluarga belum memikirkan untuk kembali ke Wamena.

"Ini mau pulang ke Blitar, istri saya orang Banyuwangi. Saya punya empat anak dan semua selamat. Meski rumah kami habis dibakar. Bukan saja itu, satu mobil dan 10 motor yang sebagian milik orang kontrak juga dibakar," tuturnya, Rabu (2/10/2019).

Dia mengatakan, pagi itu sekitar pukul 09.00 pagi waktu Papua, sekelompok orang berdatangan dan langsung mengamuk mencari para pendatang. Siapapun pendatang dilukai bahkan dibunuh dan tempat tinggalnya dibakar habis sampai rata dengan tanah.

"Banyak korban orang pendatang, kami salah satu sasarannya. Makanya rumah kami ikut dibakar. Beruntung kami bisa selamat saat itu," terangnya.(gas/det)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update