Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Telur Jatim Aman, Impor Sampah Plastiknya yang Tidak Aman

Saturday, November 23, 2019 | 06:21 WIB Last Updated 2019-11-22T23:21:21Z

SURABAYA (DutaJatim.com) - Adegan menarik terlihat dalam Rapat Paripurna DPRD Jatim dengan agenda pengesahan APBD Jatim 2020 senilai Rp 35 Triliun Jumat 22 November 2019. Gubernur Khofifah Indar Parawansa bersama anggota DPRD kompak makan telur asli dari peternak Jatim. Bukan hanya makan bersama, tapi show santap telur bersama. Ada apa?

Ini makan bukan sekadar untuk kenyang, tapi lebih dari itu untuk memberi tahu masyarakat luas bahwa telur yang diproduksi peternak Jatim aman dikonsumsi. Buktinya, para petinggi di Jatim itu memakannya bersama-sama dan tetap sehat. Tentu saja ini kampanye untuk kembali menggiatkan sektor ekonomi khususnya bisnis telur.  Pasalnya, akhir-akhir ini beredar kabar telur Jatim mengandung zat dioksin berdasarkan hasil penelitian IPEN. 

Isu ini tentu meresahkan masyarakat, khususnya peternak ayam petelur. Karena itu, Gubernur dan DPRD kompak untuk menjamin rasa aman masyarakat yang mengkonsumsi telur Jatim tersebut.

"Pertama, ini support kami. Kedua, konsumen telur dari Jatim tidak hanya dari Jatim, tapi dari beberapa daerah Jatim. Dari Jakarta misalnya. Karena kita surplusnya 2,8 miliar butir telur. Produksi kita 8,2 miliar butir telur," kata Khofifah di Kantor DPRD Jatim Jalan Indrapura Surabaya, Jumat (22/11/2019).

Sebanyak 90% telur itu diproduksi peternak rakyat. Namun demikian,  peternak rakyat itu sudah good farming. Karena itu Khofifah ingin masyarakat tidak lagi ragu dengan ayam yang diproduksi dari Jatim. Dia juga berharap, peternak telur tetap bekerja seperti biasanya.

"Apa yang dijadikan sampling telur mengandung dioksin jangan sampai konsumen galau, resah, takut dan seterusnya. Juga jangan sampai petani, peternak telur itu resah," kata Khofifah.

Ketua DPRD Jatim Kusnadi menambahkan dirinya memang mengajak rehat sejenak untuk makan telur bersama. Menurutnya, telur peternak Jatim sehat dan aman.
"Akhir-akhir ini Jatim diguncang dengan isu telur yang mengandung zat dioxin, mari kita jawab isu itu dengan makan telur secara bersama-sama. Kita tunjukkan telur ayam Jatim aman dan layak untuk konsumsi. Masyarakat jangan ragu untuk mengkonsumsi telur. Telur peternak Jatim aman dan sehat," ujar Kusnadi.

Kusnadi menambahkan kegiatan ini sengaja dilakukan untuk menjawab keraguan masyarakat terhadap telur produksi peternak Jatim. "Hasil penelitian kemarin adalah kasuistik sehingga tidak bisa digeneralisasi semua telur ayam Jatim terkontaminasi zat dioksin," katanya.


Sampah Plastik

Ya, Telur Jatim Aman, Impor Sampah Plastiknya yang Tidak Aman. Mengapa? Penelitan yang dimaksud itu sebelumnya diungkap Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton). Namun mereka juga menyebut penelitian tentang telur ayam di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo dan di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Mojokerto itu bukan bertujuan untuk menyatakan telur di Jatim berbahaya. 


Inilah salah sangka yang sering terjadi akan kabar instan di media sosial. Masyarakat dan juga petinggi di negeri ini suka gegabah dalam menangkap informasi. Akibatnya salah dalam mengambil sikap. Akibat lebih besar lagi adalah pesan yang disampaikan oleh hasil penelitian itu tidak sampai ke pengambil kebijakan sebab isunya lebih keras ke arah telurnya  yang memang terdampak akibat kekeliruan itu.

Penelitian yang dirilis International Pollutants Elimination Network (IPEN) terkait kandungan dioksin pada telur ayam itu untuk membuktikan dampak dari impor sampah plastik. Praktik dumping atau jual beli sampah plastik oleh pabrik kertas dinilai lebih berbahaya terhadap masyarakat. Sebab di dalamnya terdapat rantai makanan yang terdampak dari sampah plastik. Artinya, Telur Jatim Aman, Impor Sampah Plastiknya yang Tidak Aman.

“Ada sampah plastik dan dampak impor plastik yang didapatkan masyarakat dari pabrik kertas. Jadi di sini ada banyak pelanggaran hukum yang terkesan ada pembiaran dari pemerintah," ujar peneliti Ecoton, Daru Satyorini.

Menurut Daru hasil penelitian IPEN membuktikan kandungan dioksin di telur sangat tinggi, yakni sebesar 200 piko gram per gram lemak. Angka itu melebihi standar yang ditetapkan Badan POM sekitar 0,5 piko gram per gram lemak.

Kandungan dioksin berlebih ini bisa membawa efek kurang baik bagi kesehatan. Di antaranya menganggu tumbuh kembang anak, terganggunya hormon atau mandul, dan anak terlahir cacat.  “Pemerintah harus segera menghentikan aktivitas jual-beli sampah impor bekas pabrik kertas kepada masyarakat, Peraturan Menteri Perdagangan sebetulnya sudah melarang,” tegas Daru.

Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arsandi mendesak agar sampah plastik impor yang masuk ke Indonesia segera dihentikan. Sebab, sumber adanya pencemaran lingkungan termasuk ayam dan telur mengandung dioksin karena impor sampah plastik.

“Jatim memang tidak ada kewenangannya. Tapi untuk locusnya, Khofifah harus di garda terdepan. Jatim bukan tempat sampah, dia harus marah ke Kemeterian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” kata Prigi menjelaskan.

Pihaknya mengingatkan ada 22 industri kertas di Jawa Timur yang setiap tahunnya membutuhkan 1,7 juta ton sampah impor. Dari angka itu, 40 persennya adalah campuran plastik. “Itu ilegal sebenarnya,” ungkapnya.

Lembaga IPEN terdiri atas Ecoton, Nexus3 dan Arnika mengeluarkan laporan penelitiannya. Sampel yang diambil adalah 12 telur, tiga dari Desa Tropodo, Krian, Sidoarjo; tiga telur Desa Bangun, Mojokerto; dan enam lainnya dari supermarket.

Hasilnya telur dari dua desa di dua kabupaten tersebut mengandung dioksin berlebih. Kandungan itu berasal dari ayam kampung di sekitar yang mematuk makanan dari tanah dan debu-debu di sekitarnya. Hal ini menjadikan ayam sebagai sampel aktif dari keberadaan kimia-kimia dalam tanah. Sebagian besar zat kimiawi ini dikenal sebagai polutan organik yang persisten larut dalam lemak dan berakumulasi dalam telur. Telur tersebut diindikasikan memiliki kandungan lipid signifikan. (nas/jtn)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update