Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hari Ini Rupiah Diprediksi Menguat, Tanda Ekonomi Membaik?

Thursday, January 30, 2020 | 09:51 WIB Last Updated 2020-01-30T02:51:51Z


JAKARTA (DutaJatim.com)  - Nilai tukar (kurs) rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis 30 Januari 2020 hari ini diprediksi menguat. Hal itu terjadi usai bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menahan suku bunga acuan.

Pada pukul 9.09 WIB, rupiah bergerak melemah 5 poin atau 0,04 persen menjadi Rp13.649 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.644 per dolar AS.

"Sikap bank sentral AS yang masih mempertahankan kebijakan longgar akan membantu penguatan rupiah terhadap dolar hari ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis pagi tadi seperti dikutip dari Antara.

The Fed memberikan sinyal akan meneruskan penyuntikan dana ke pasar via repo seperti yang dilakukan sejak awal September 2019.

Hal itu dilakukan The Fed sebagai upaya untuk menekan suku bunga antarbank turun.

Sementara itu, tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali turun ke kisaran 1,58 persen setelah keputusan The Fed tersebut.

"Hanya saja kekhawatiran terhadap wabah virus corona masih akan menjadi beban untuk aset berisiko seperti rupiah," kata Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini bergerak di kisaran Rp13.600 per dolar AS hingga Rp13.650 per dolar AS. 


Sejak awal tahun Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat mengalami penguatan. Bahkan sejak akhir 2019 hingga awal 2020 tahun ini.

Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sempat menanyakan kepada Gubernur Bank Indonesia (BI) terkait penyebab penguatan tersebut.

Anggota DPR komisi XI Sihar Sitorus mengungkapkan penguatan rupiah yang terjadi beberapa waktu terakhir akan mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor.

"Nilai tukar saat ini berada di kisaran Rp 13.600an, apa sih yang jadi penyebab penguatannya? Lalu kebijakan apa yang dimiliki BI untuk mendorong nilai tukar ini," kata Sihar di ruang rapat komisi XI, Jakarta, Senin (27/1/2020) seperti dilansir detik.com.

Kemudian anggota komisi XI Andreas Eddy Susetyo mengungkapkan penguatan yang terjadi pada nilai tukar rupiah tidak ada hubungan sebab akibat dengan kondisi perekonomian.

"Pada kuartal II dan III itu foreign direct investment atau portofolio so so saja, nilai tukar rupiahnya menguat, kok saya tidak melihat ada korelasi sebab akibatnya?," jelas dia.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tentu berkaitan dengan faktor fundamental, supply and demand, dan teknikal perkembangan global.

Menurut dia dengan berbagai faktor tersebut, fundamental merupakan faktor utama yang mampu mendorong penguatan nilai tukar rupiah ke depannya.

Selain itu inflasi yang rendah juga turut mempengaruhi nilai rupiah di neraca pembayaran. (ndc/ant)

Foto: Antara

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update