Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menakar 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Rusia

Monday, February 3, 2020 | 16:06 WIB Last Updated 2020-02-03T09:06:30Z


Oleh M. Wahid Supriyadi *)

BANYAK  pihak di Indonesia yang tidak mengetahui bahwa Rusia adalah sebuah negara multi-kultural yang terdiri dari sekitar 120 suku bangsa (mereka menyebut nationalities) dengan berbagai ragam bahasa dan budaya. Walaupun mayoritas beragama Kristen Ortodox, sekitar 14% atau sekitar 24 juta penduduknya adalah penganut agama Islam, mungkin yang terbesar di daratan Eropa. 


Beberapa negara bagian seperti Tatarstan, Dagestan, Chechnya dan Bashkortostan mayoritas penduduknya beragama Islam. Sejak runtuhnya Uni Soviet, sekitar 8.000 masjid telah didirikan dan menjadikan Islam sebagai agama yang paling pesat pertumbuhannya di Rusia.

Ada cerita menarik. Pada tahun 988, Prince Vladimir yang juga dikenal sebagai Grand Prince of Kiev and All Russia, sebelum menentukan Kristen Ortodox sebagai agama negara, Beliau telah mempertimbangkan Islam dan Judaisme sebagai pembanding. 

Islam kemudian tidak diterima karena melarang minum alkohol, sementara Judaisme karena dinilai tidak berhasil mendorong kaum Yahudi mengambil tanah kelahirannya. Islam ketika itu banyak dianut oleh masyakat di Volga Bulgars (saat ini negara bagian Tatarstan). Islam sendiri sebenarnya sudah masuk Rusia sekitar 10 tahun setelah Nabi wafat. 

Pada tahun 734 di masa kekhalifahan Ummayah, telah didirikan sebuah masjid yang disebut Masjid Juma di kota tua Derbent, masuk wilayah Dagestan saat ini. Masjid itu masih berdiri kokoh sampai sekarang walau pernah diterpa gempa bumi yang hebat.

Nah pada 3 Februari 2020 ini genap 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia Rusia yang dimulai  tahun 1950. Dalam kurun waktu 70 tahun hubungan kedua negara mengalami pasang surut. Di era kepresidenan Soekarno, atau Orde Lama, hubungan Jakarta dan Moskow sangat dekat dan bahkan sangat “mesra”. 

Kedua kepala negara sering bertemu dan saling kunjung. Presiden Soekarno sendiri telah berkunjung sebanyak 4 kali ke Uni Soviet yaitu tahun 1956, 1959, 1961, dan 1964. Sementara pemimpin Uni Soviet yaitu Kliment Voroshilov dan Nikita Khruschev mengunjungi Indonesia masing-masing tahun 1957 dan 1960. 

Uni Soviet ketika itu banyak membantu Indonesia, baik di sektor infrastruktur, keuangan, penyiapan kader-kader bangsa melalui bidang pendidikan, maupun teknik militer. Salah satu peran penting Uni Soviet lainnya adalah dukungannya dalam proses kembalinya Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi tahun 1963.

Di era Orde Baru, Moskow seakan jauh dari “radar” Indonesia. Akan tetapi, terdapat beragam upaya untuk mendekatkan hubungan kedua negara. Pada bulan Juli 1986, ketika berpidato di Vladivostok, pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev menyebut Indonesia salah satu di antara negara-negara dimana Uni Soviet siap memperluas hubungan.    

Terobosan untuk mendekatkan kembali hubungan kedua negara ditandai dengan kunjungan Presiden Soeharto ke Moskow pada 7-12 September 1989. Dalam kunjungan tersebut ditandatangani Pernyataan mengenai Dasar-Dasar Hubungan Persahabatan dan Kerja Sama antara Indonesia dengan Uni Soviet..

Perubahan geopolitik di dunia internasional awal tahun 1990-an yang ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet berdampak pula pada arah hubungan Indonesia dan Rusia. Uni Soviet dibentuk pada 30 Desember 1922 dan dinyatakan bubar pada 25 Desember 1991. 

Pada 28 Desember 1991 melalui surat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Ali Alatas, yang ditujukan kepada Menteri Luar Negeri Rusia, Andrei V. Kozyrev, Pemerintah Indonesia mengakui secara resmi Federasi Rusia sebagai “pengganti sah” (legal successor) Uni Soviet. Indonesia dan Rusia terus berupaya meningkatkan hubungan dan kerja sama.

Pada awal abad ke-21 hubungan dan kerja sama Indonesia dengan Rusia memasuki babak baru. Hal ini ditandai dengan saling kunjung atau pertemuan pemimpin kedua negara dan para pejabat tinggi pemerintahan, serta saling dukung di forum internasional. 

Hubungan dan kerja sama tidak hanya terjalin pada tingkat pemerintah atau eksekutif, tetapi juga tingkat lainnya, seperti legislatif dan yudikatif, pelaku usaha, media, dan masyarakat. 

Sejak tahun 2000 terjadi pertemuan yang sangat intensif antara Presiden Indonesia dan Presiden Rusia. Selama tahun 2000-2020 tercatat 13 kali pertemuan bilateral antara presiden kedua negara, 4 kali di antaranya dilakukan saat kunjungan dan 9 kali lainnya di sela-sela konferensi internasional. 

Presiden Vladimir Putin telah bertemu dengan empat presiden Indonesia dari Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, hingga Joko Widodo. 

Jika Presiden Soekarno merayakan ulang tahun di Moskow tahun 1961, maka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merayakan ulang tahunnya ke-63 di Vladivostok saat menghadiri KTT APEC pada 9 September 2012. Sementara itu, Presiden Vladimir Putin merayakan ulang tahun ke-61 di Bali saat menghadiri KTT APEC pada 7 Oktober 2013.
Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Vladimir Putin sebanyak 3 kali, yaitu di KTT APEC Beijing pada 10 November 2014, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Sochi pada 18 Mei 2016 sebelum menghadiri KTT Rusia-ASEAN pada 19-20 Mei 2016 dan East Asia Summit (EAS) di Singapura pada 14 November 2018.

Kontak dan pertemuan Presiden kedua negara diharapkan dapat terus berlangsung. Presidsen Vladimir Putin dan Joko Widodo sama-sama menjabat sebagai presiden hingga tahun 2024. 

Hubungan kedua negara saat ini sedang menuju pada tingkat yang lebih tinggi yaitu dalam bentuk Kemitraan Strategis. Dokumen Kemitraan Strategis sedang dipersiapkan oleh kedua negara yang diharapkan dapat ditandatangani pada saat pertemuan Presiden kedua negara.

Sebelumnya telah ditandatangani Deklarasi Kerangka Kerja Sama Hubungan Persahabatan dan Kemitraan antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia dalam Abad ke-21 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Vladimir Putin di Moskow pada 21 April 2003. 

Indonesia dan Rusia memiliki banyak posisi yang sama dalam menyikapi isu-isu internasional dan regional, termasuk tantangan global. Kedua negara memiliki banyak potensi dan peluang kerja sama di berbagai bidang, baik ekonomi, perdagangan, investasi, energi, pariwisata, iptek, pendidikan, sosial budaya, keamanan dan teknik militer.

Rusia sebagai pasar potensial bagi produk Indonesia, seperti minyak sawit, produk ikan, kopi, garmen, sedangkan Rusia menawarkan gandum dan produk-produk berteknologi tinggi kepada Indonesia. Kerja sama ini dapat saling melengkapi satu sama lainnya. 


Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI, nilai perdagangan Indonesia dengan Rusia tahun 2018 sebesar USD 2,55 milyar, dan pada periode Januari-November 2019 mencapai USD 1,92 miliar. Nilai ini sebenarnya sangat kecil dibanding potensi yang ada. Rusia adalah kekuatan ekonomi nomor 12 dunia sementara Indonesia nomor 16.

Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi Rusia, seperti investasi pembangunan kilang minyak senilai USD 16 miliar di Tuban. Berdasarkan data BKPM RI, nilai investasi Rusia ke Indonesia pada periode Januari-September 2019 naik 10 kali lipat sebesar USD 17,29 juta dari USD 1,7 juta pada periode yang sama tahun 2018. 


Angka ini sebenarnya jauh dari nilai yang sebenarnya mengingat sebagian besar investasi Rusia ke Indonesia melalui negara ketiga.

Indonesia juga telah menjadi salah satu tujuan utama wisatawan Rusia. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, wisatawan Rusia ke Indonesia tahun 2018 sebanyak 125.728, naik 6,51% dari tahun 2017. Sementara itu, pada periode Januari-November 2019 wisatawan Rusia ke Indonesia sebanyak 170.370 orang, naik 13,49% dari periode yang sama tahun 2018. 

Sebaliknya, tidak sedikit juga warga Indonesia yang berkunjung ke Rusia dan jumlahnya terus meningkat. Selain itu, banyak pula mahasiswa Indonesia yang belajar di Rusia dari hanya 2 orang tahun 1996 menjadi 644 orang saat ini. 

Dalam rangka perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Rusia, berbagai kegiatan telah disiapkan oleh KBRI Moskow selama tahun 2020, seperti pemutaran film Indonesia yang telah diselenggarkan pada 23 Januari 2020 di Moskow dan 25 Januari 2020 di Kazan, seminar Indonesia-Rusia di Moskow pada 18 Februari 2020 dan St. Petersburg pada 20 Februari 2020, pagelaran budaya di Moskow pada 30 Mei 2020 dan St. Petersburg pada September 2020, dan pembuatan buku 70 tahun Indonesia-Rusia. 

Perayaan disemarakkan juga dengan forum bisnis Indonesia-Rusia di Moskow pada 30 Juli 2020 dan Festival Indonesia kelima di Moskow pada 31 Juli-2 Agustus 2020. (*)
       
Moskow, 3 Februari 2020

*) M. Wahid Supriyadi  adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update