Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Presiden Jokowi Buka Rakernas PERGUNU di Pacet Mojokerto

Thursday, February 27, 2020 | 19:23 WIB Last Updated 2020-02-27T12:23:57Z


MOJOKERTO (DutaJatim.com) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) di Institut KH Abdul Chalim, Pacet,  Kabupaten Mojokerto, Jumat (28/2/2020) sore  besok pukul 18.30 WIB.

Selain Jokowi, diagendakan hadir pula Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, serta sejumlah kiai dan pejabat negara lain.

“Insya Allah, semoga tidak ada aral melintang, semoga kehadirannya membawa berkah, manfaat dan selamat. Bermanfaat bagi semuanya, termasuk Pak Presiden sendiri,” kata Ketua Umum PP Pergunu, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, Kamis (27/2/2020) siang tadi.


Seperti dikutip dari barometerjatim.com, kehadiran Jokowi selain membuka Rakernas dan memberikan pengarahan, diharapkan juga agar Presiden dan masyarakat luas mengetahui bahwa Pergunu telah berdiri di 34 provinsi dan memiliki kurang lebih 500 cabang.

“Alhamdulillah konsolidasi organisasi sudah selesai. Artinya, sudah berdiri di 34 provinsi dan hampir seluruh kabupaten/kota itu ada Pergunu-nya,” ujarnya.


Hal itu terwujud lantaran Kiai Asep yang juga pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto dan Siwalankerto, Surabaya itu turun langsung termasuk soal pembiayaan.

“Ya, hal itu bisa terwujud, karena saya biayai sendiri pendirian-pendirian cabang itu,” tandas putra almaghfurlah KH Abdul Chalim Leuwimunding, sekretaris pribadi salah seorang kiai pendiri NU, KH Abdul Wahab Chasbullah ini.



Sejarah Pergunu 



Menurut Ensiklopedia NU, Pergunu adalah badan otonom NU yang menghimpun dan menaungi para guru, dosen, don ustadz. Secara organisasi, Pergunu dibentuk dari hasil Konferensi Lembaga Pendidikan Ma'arif NU pada tahun 1952.  


Konferensi merekomendasikan untuk membentuk organisasi guru NU. 

Selanjutnya, Ma'arif NU Surabaya yang diberi mandat untuk membentuknya berhasil mendirikan PC Pergunu Surabaya pada 1 Mei 1958.  Setelah melalui proses yang cukup panjang, Pimpinan Pusat Persatuan Guru NU berhasil dibentuk pada 14 Februari 1959 dengan Ketua Umum Bashori Alwi. 


Kongres pertamanya diadakan pada 17-20 Oktober 1959 yang diikuti 27 cabang dan Bashori Alwi kembali terpilih sebagai ketua umum. Kongres kedua diselenggarakan pada 1966 dengan memilih Mardji’in Syam sebagai ketua umum, sekaligus terjadi perpindahan kantor pusat dari Surabaya ke Jakarta.  

Pada 1968, Pergunu di Jawa Timur berhasil memperjuangkan 20.000 anggotanya menjadi guru negeri di Departemen Agama. Namun, organisasi ini surut setelah Pemerintah Orde Baru menyatukan berbagai organisasi profesi guru menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).  


Pada era reformasi, Pergunu diaktifkan kembali. Sebuah diskusi kecil yang dimotori H. Abdul Latif Mansyur di Jombang menggagas ide tersebut. Sambutan luas pun bergulir dan berproses sampai akhirnya pada 30-31 Maret 2002 terselenggara Musyawarah Guru Pergunu di Pesantren Amanatul Ummah, Surabaya. 


Pertemuan ini menghasilkan kepengurusan Pergunu Wilayah Jawa Timur dan penetapan AD/ART, rekomendasi kepada PBNU, serta pembentukan tim formatur untuk membentuk Pengurus Pusat Pergunu. 


 Setelah melakukan pembentukan cabang-cabang, terutama di Jawa Timur, pada 15 Juli 2003 diselenggarakan pertemuan pembentukan PP Pergunu yang menghasilkan tiga orang pengurus inti harian Pergunu Pusat, yaitu: Drs. K.H. Asep Saifuddin Chalim (Ketua Umum), H Kusnan A. (Sekretaris Jenderal), dan Drs. H. Choiruddin Ch. (Bendahara Umum).


 Mereka ditugasi menyempurnakan susunan PP Pergunu. Dalam Muktamar NU ke-31 di Asrama Haji Donohudan, Solo (2004), PP Pergunu berjuang menjadikan Pergunu sebagai salah satu Badan Otonom NU. Tetapi, upaya ini belum berhasil. Baru pada Muktamar Makassar (2010), Pergunu ditetapkan menjadi salah satu Badan Otonom NU. 


 Pada awal berdirinya Pergunu merupakan alat Partai NU. Kini Pergunu mengusung paradigma baru, yaitu profesionalitas dan independensi, tidak berafiliasi dengan partai politik apa pun, dan sejalan dengan Khittah 1926 yang mengembalikan NU sebagai organisasi sosial keagamaan. 

Pergunu kini ikut membangun generasi muda NU melalui jalur pendidikan.  Kongres I Pergunu di Pesantren Amanatul Ummah, Mojokerto, pada 23-24 Juli 2011, memilih KH Asep Abdul Halim sebagai Ketua Umum PP Pergunu Periode 2011-2016. Pada kongres selanjutnya, KH Asep Abdul Halim dengan masa kepemimpinan 2016-2021. (bjc/nu.or.id )

Foto: Kiai Asep dan Jokowi. (Bangsa Online)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update