Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Puisi Gus Mus, Burung-Burung, Corona, dan Kita

Thursday, April 9, 2020 | 12:44 WIB Last Updated 2020-04-09T05:44:17Z





Selamat pagi/
Selamat pagi burung-burung yang ramah/
Selamat pagi dunia yang lelah/
Selamat pagi manusia yang kalah/

Sudah cukupkah kalian/
Istirahat melepas lelah/
Setelah sekian lama/
Terbang berputar-putar tak tentu arah/

Sudah cukupkah kalian merenungkan hakikat diri/
Dan tujuan hidup kalian/
Atau masih saja ada yang ingin kalian tuntaskan/
Untuk apa?




PUISI KH Mustofa Bisri itu diserta video dan diunggah di akun media sosial Beliau. Ditambah kalimat, Keterangan video: rekaman sederhana --melalui HPku-- saat teman-teman kecilku mengunjungiku dan memperagakan bagaimana mereka bebersih dan 'menjaga jarak'.

Gus Mus membagikan kisah pagi kemarin. Beliau menyaksikan beberapa ekor burung sibuk membersihkan diri di tengah wabah corona yang memaksa manusia untuk kembali lagi belajar kebersihan.


"Pokoknya burung-burung itu tak mau kalah dengan manusia yang sekarang sedang membiasakan kebersihan. Ini dia, mereka tak mau kalah, ada 2 ekor. Satu lagi ada di sana, apa sedang bebersih dia," kata Gus Mus.

Gus Mus juga mengamati secara detail bagaimana burung-burung itu membersihkan diri agar sehat dan terbebas dari penyakit dan kotoran.
"Coba lihat itu, semua dibersihkan itu. Mulai dari dadanya, sayapnya," terang Gus Mus.



Dalam sebuah kesempatan Mustasyar PBNU itu mengingatkan kembali akan ibrah atas musibah Virus Corona (Covid-19) yang meresahkan di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Ya, seolah-olah itu cara Allah untuk mengingatkan manusia.

“Kita yang selama ini lupa—dibuat lupa oleh pesona dunia dan fanatisme golongan—diingatkan kembali kepada firman-Nya Surat Al-Hujurat ayat 13; bahwa kita Dia ciptakan dari laki-laki dan perempuan dan Dia jadikan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kita saling mengenal. Saling peduli,” tulis Gus Mus melalui akun facebook-nya. 

Selain itu, kita juga diingatkan dengan sabda Rasul-Nya bahwa kita semua ini dari bapak yang satu. "Kullukum min Adam wa Adam min turab," atau (setiap kamu berasal dari Adam. Adam berasal dari tanah, red-). 

Dengan peringatan yang keras ini—di mana kita yang makhluk sosial dipaksa menyendiri dan menjaga jarak dengan sesama—diharapkan kita menjadi sadar akan persaudaraan kita sebagai manusia.

“Dan kemudian memulai dengan bersama-sama mengupayakan kemaslahatan bersama, menghadapi wabah yang mengancam kita semua ini,” ujar Gus Mus.  

Pengasuh Pesantren Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, ini melanjutkan, masing-masing pihak dalam mencari solusi atas wabah ini harus bekerja sesuai kedudukan dan kemampuannya.

“Semua urusan diserahkan kepada ahlinya: urusan kesehatan kepada ahli kesehatan; urusan agama kepada ahli agama. Pemerintah mengatur sesuai wewenang dan tanggung jawabnya,” tulis Gus Mus. 

Sementara, masyarakat yang awam membantu dengan mengikuti arahan-arahan pihak-pihak yang berkompenten. Di samping mengikuti arahan-arahan—seperti untuk sementara di rumah saja, menjaga kebersihan, menjaga jarak—kita, khususnya kaum Muslimin, juga bisa membantu dengan ikhtiar batin yaitu memperbanyak istighfar (Astaghfirullahal ‘azhiim) dan shalawat Nabi yang kita sukai atau hafal. Selain itu, Gus Mus juga mendorong umat Islam membaca doa Hizib Bahar-nya Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili. (nuo/okz)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update