Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Lagi-lagi Perbudakan di Kapal China Diungkap, ABK Indonesia Disiksa dan Dimasukkan Freezer

Tuesday, June 16, 2020 | 05:51 WIB Last Updated 2020-06-15T22:51:13Z


Dua ABK tidak tahan disiksa hingga terjun ke laut dari Kapal China. (kepripedia.com)


BOGOR (DutaJatim.com) - Lagi-lagi Perbudakan di Kapal China Diungkap, ABK Indonesia Disiksa. Bahkan ada yang Dimasukkan Freezer.

Perbudakan di kapal China sungguh sangat memilukan. Para ABK yang sebagian berasal dari Indonesia disiksa dengan kejam. Bahkan ada ABK asal Indonesia yang tidak tahan dengan siksaan di atas kapal China itu hingga akhirnya memilih nekat terjun ke laut.

Dua ABK asal Indonesia bernama Reynalfi (22) dan Andri Juniansyah (30) nekat kabur dari Kapal Lu Qing Yuanyu 901 dengan cara terjun ke laut sekitar perairan perbatasan internasional yang masuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau. 

Kasus ini mendapat perhatian dari Polri.
Polisi langsung bergerak. Agen penyalur dua anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang kabur dengan cara terjun dari Kapal Lu Qing Yuan Yu 901 itu dicokok Satuan Tugas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Bareskrim Polri.

Kisah pilu itu hanya satu contoh saja. Masih banyak ABK asal Indonesia yang jadi korban perbudakan di kapal China. Ini sungguh tragis. 

Dimasukkan Freezer

Kisah pilu lain adalah nasib ABK bernama Tedy Aris Setiawan (23). Pria ini  sejak muda bercita-cita  menjadi seorang pelayar hebat. Dia ingin menjadi Anak Buah Kapal (ABK) tapi impiannya itu tak semanis bayangannya ketika masih sekolah di SMK kejuruan pelayaran dulu. 

Mendambakan mendapat upah besar, Tedy jusru terus mengalami penyiksaan. Dia dipukuli hingga dimasukkan freezer di kapal ikan FV Lurong Yuan Yu, juga asal China.

Kisah Tedy baru terungkap saat dia mendapat kesempatan menelepon ibunya, Ratna Sari (48). Begitu  mendengar anaknya menceritakan penyiksaan tragis sambil menangis via video call, sang ibu pun murka. Dia pun membeber kisah anaknya ke media massa. Juga berniat lapor polisi.

"Dia cerita penyiksaan terus, sampai dimasukkan ke freezer, sampe ditendang pakai sepatu safety yang tebel itu, dipukul sama helm proyek," ungkap ibu Tedy, Ratnasari, saat ditemui di rumahnya di Kampung Cibodas RT 02/08, Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Senin, 15 Juni 2020.

Kepada Ibunya, Tedy mengungkapkan keinginannya untuk pulang, namun melihat kondisinya sekarang sulit diwujudkan mengingat sedang berada di tengah laut. Mendengar apa yang diceritakanTeddy, Ratnasari pun menangis. Dia  membayangkan apa yang diceritakan itu sungguh sangat mengerikan. Karena itu dia pun berinisiatif melaporkan kejadian ini ke perusahaan yang menyalurkan ABK tersebut.

"Saya bilang  kalau anak saya dimasukin ke freezer. Jangankan selama dua jam ya. Kita buka kulkas sebentar aja dingin banget, apalagi itu freezer buat pendingin ikan. Ada  ribuan ikan di situ. Sudah gitu, kan tempat freezernya  bukan kaya biasa, mungkin besar. Berapa puluh orang juga masuk ke situ. Tetap aja dimasukin freezer sama si ABK China itu," kata Ratna sedih.

Menurut pengakuan Tedy, penyiksaan itu bukan disebabkan karena kesalahan yang diperbuat oleh ABK asal Indonesia. Bahkan, apa pun yang dikerjakan oleh ABK selalu salah di mata para awak Kapal China tersebut. 

"Alasannya anak ibu bilang, pekerjaan sebagus apapun, sebenar apapun, salah terus, enggak ada benernya. Dia cerita, Ade (panggilan Tedy) kerja juga mah, kerja juga sudah bener-bener, tapi ini sama bangsa China disalahin terus," kata Ratna.

Mengetahui apa yang dialami anak kedua dari lima bersaudara itu, Ratna langsung mengutuk perbuatan perusahaan ikan dan langsung melaporkannya ke perusahaan yang menyalurkan Tedy, PT Rafa Samudera Bahari.

"Dasar China biadab, dasar  benalu. Kesel saya saking keselnya. Ya Allah bener-bener China mah sudah pelitnya minta ampun, semua yang ada di kapal itu China,"  kata Ratna dengan nada suara tinggi.

Ratna pun menujukkan surat bertanggal 9 Juni 2020 berisi permohonan kepulangan anaknya dari perusahaan kapal ikan di Taiwan itu. Tedy sendiri sudah kerja sejak bulan November tahun 2019. Namun selama pergi, kata Ratna, Tedy belum pernah berkomunikasi dengan dirinya.

"Terakhir komunikasi kemarin ini waktu hari Minggu pas kapal lagi isi bahan bakar aja, baru ibu bisa komunikasi sama anak ibu. Dari awal berangkat ibu cuma menunggu, kok belum ada kabar? dari pihak kantor katanya baik-baik aja," katanya.

Namun Ratna terperanjat kaget saat pertama kali komunikasi dengan Tedy, yang mengalami perlakuan buruk. 

"Ternyata kenyataannya ibu denger sendiri dari teman-temannya, denger dari anak ibu, kalau anak ibu kondisinya tidak baik-baik saja, sama sekali tidak baik-baik aja, dari pola makannya, pola minumnya, pola istirahatnya, enggak ada baik-baik aja," kata Ratna. 

Ratna berharap anak keduanya itu pulang dengan keadaan selamat dan kembali ke rumah. Jika sudah sampai rumah setelah diurus oleh perusahaan tempat anaknya berkerja, Ratna ingin memeriksakan kondisi kesehatan anaknya. 

"Dari psikologisnya takut dia kena apa-apa. Takut bekas kekerasan apa, mudah-mudahan saya terus berdoa pada Allah, anak saya kembali dengan selamat sehat wal alfiat tidak ada penyakit satupun yang ada ditubuh anak saya. Takutnya bekas kekerasan atau takutnya anak itu trauma, tapi tetap saya mau memeriksa anak saya takut ada bekas luka apa," ungkap Ratna. 

Selain komunikasi dengan Tedy melalui video call, Ratna jiga menerima sebuah video Tedy bersama teman-temannya yang juga mengalami nasib serupa. 

Dalam video tersebut ABK memperlihatkan baju jaket robek akibat penyiksaan, wajah dan tangan memar, hingga pelipis luka. Bahkan di antara ABK dalam rekaman tersebut mengatakan dipukuli hingga pingsan. Video tersebut diambil di dalam sebuah kabin kapal.

Agen Ditangkap

Sementara itu, agen penyalur dua ABK asal Indonesia yang kabur dengan cara terjun dari Kapal Lu Qing Yuan Yu 901 sudah  dicokok Satuan Tugas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Bareskrim Polri.

Dua ABK asal Indonesia diketahui nekat kabur dari kapal China tersebut lantaran kerap dapat penyiksaan. Direktur Tindak Pidana Umum Badan Reserse Kriminal Polri, Brigadir Jenderal Polisi Ferdy Sambo, mengatakan agen penyalur dua ABK asal Indonesia itu ditangkap di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Kamis 11 Juni 2020 dini hari tadi.

“Ya benar, ditangkap. Dia agen penyalur,” ucap dia saat dikonfirmasi wartawan, kemarin.


Agen tersebut diketahui berinisial SF (44 tahun). SF diduga telah melakukan TPPO dengan menjanjikan dan mengiming-imingi kedua ABK asal Indonesia akan mendapatkan pekerjaan yang laik. Tapi, dalam perjalanannya kedua ABK tersebut malah dapat perlakuan tak manusiawi sampai akhirnya nekat kabur dengan cara terjun dari atas kapal.

Dua ABK asal Indonesia itu bernama Reynalfi (22) dan Andri Juniansyah (30). Keduanya nekat kabur dari Kapal Lu Qing Yuanyu 901 dengan cara terjun ke laut sekitar perairan perbatasan internasional yang masuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Keduanya nekat melarikan diri lantaran mengaku  kerap dapat perlakuan kasar selama bekerja di atas kapal berbendera China tersebut.

“Pelaku melakukan dugaan TPPO dengan cara melakukan perekrutan dan pengiriman WNI dengan iming-iming (penipuan) gaji yang besar serta dieksploitasi untuk melakukan pekerjaan kasar,” kata dia. (vvn/wis)




×
Berita Terbaru Update