Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Al Busyra Basnur Dari Wartawan Sejak Remaja Menjadi Duta Besar RI

Friday, August 28, 2020 | 07:34 WIB Last Updated 2020-09-08T13:24:29Z

 


ADDIS ABABA (DutaJatim.com) - Sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Dangung Dangung, Payakumbuh, Sumatera Barat, Al Busyra Basnur sudah menulis di surat kabar nasional di daerah bernama “Singgalang” yang terbit di Padang. Tulisan pertamanya tentang pengalaman mengikuti Jambore Pramuka di Padang.


“Eh, ternyata banyak orang yang senang membaca tulisan saya itu, terutama guru-guru dan orang sekampung. Sejak itu saya rajin menulis. Apalagi menulis menjadi salah satu kesenangan saya sejak kecil,” kata Al Busyra Basnur yang sekarang bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika, organisasi 55 negara Afrika, berkedudukan di Addis Ababa. 


Tulisan pertama Al Busyra yang dimuat koran itu mendorong ia rajin dan terus menulis. Ia menulis apa saja di surat kabar, di antaranya puisi, prosa, cerita pendek dan lain-lain. Bakat menulis diwarisinya dari orang tua. Nurlela, Ibunya adalah pimpinan Madrasah. Basyaruddin Syarbaini, ayahnya bekerja di Kementerian Agama.  


Kegiatan menulis ia teruskan ketika belajar di SMA Negeri 3 Bukittinggi. Ia semakin produktif menulis di beberapa surat kabar di Sumatera Barat. Bahkan tulisannya juga dimuat di surat kabar terbitan Medan dan majalah terbitan Jakarta diantaranya Selekta, Detektif Romantika, termasuk Sahabat Pena.


Al Busyra juga aktif dalam berorganisasi. Di SMP ia dipilih sebagai ketua Umum OSIS. Demikian pula halnya ketika di SMA Al Busyra didaulat teman-temannya sebagai Ketua Umum OSIS. Ketika di SMP dan SMA ia juga dikenal sebagai pemain band sekolah. 


Ternyata, ketika duduk di kelas dua SMA, ia dipercaya sebagai wartawan surat kabar nasional Haluan yang terbit di Padang untuk perwakilan Bukittinggi. 


“Saya banyak belajar dari Bapak Yalvema Miaz yang waktu itu Kepala Perwakilan Haluan di Bukittinggi. Beliau mentor saya yang luar biasa,” kenang Al Busyra.   


Waktu di SMA Al Busyra tidak hanya menulis berita. Ia juga aktif di sanggar seni dan menulis banyak puisi, prosa, cerita pendek dan cerita bersambung di surat kabar. 




Dengan kegiatan seperti itu, apa cita-cita Al Busyra muda?


“Waktu saya kecil, saya disuruh orang tua menjadi dokter. Di SMA saya sudah mengambil jurusan Ilmu Pasti Alam agar bisa kuliah di Fakultas Kedokteran,” katanya. 


“Tetapi kemudian semua berubah,” kenangnya lagi. 


“Saya jelaskan kepada orang tua saya, bahwa saya tidak cocok menjadi dokter. Akhirnya saya kuliah di Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang. Saya mengambil juruan Hukum Internasional,” lanjutnya.


Di Padang, Al Busyra meneruskan kegiatan sebagai wartawan sambil kuliah. “Tetapi uang jajan bulanan yang diberi orang tua tetap saya ambil, saya simpan sebagian dan saya belikan berbagai hadiah untuk mereka,” kata Al Busyra. 

Ia juga aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan serta menjadi anggota Resimen Mahasiswa (Menwa). Ia juga aktif tampil mengisi berbagai acara sebagai peragawan di Padang.  

Selain membuat berita, sejak belajar di SMA dan kuliah, Al Busyra juga menulis empat novel dan dua novelet serta satu cerita bergambar yang dimuat bersambung di beberapa surat kabar Sumatera Barat. 


Tahun 1984-1985, ketika masih kuliah, Al Busyra mengikuti Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada sebagai peserta. Tahun 1986-1987, ia dipilih oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mempimpin rombongan pemuda Indonesia sebagai Group Leader pada program pertukaran pemuda internasional yang sama. 


Pada saat kuliah, Al Busyra muda bercita-cita menjadi dosen, wartawan dan atau anggota DPRD Tingkat I Sumatera Barat. Gayung bersambut. Mahasiswa Teladan Universitas Andalas dan lulusan terbaik Fakultas Hukum Unand itu ditawarkan oleh pimpinan fakultas menjadi dosen. Al Busyra senang sekali.


Ternyata tidak lama setelah itu, Kementerian Luar Negeri merekrut lulusan terbaik Unand untuk dididik menjadi calon diplomat Indonesia. Al Busyra dipanggil dan diminta pimpinan Unand agar mengikuti beberapa rangkaian tes yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri. 


“Pak, saya kan mau jadi dosen. Bapak sudah terima saya,” kata Al Busyra kepada pimpinan Universitas. 


“Kamu ikuti saja tes itu. Kalau tidak lulus ya mengabdilah di kampus. Kalau lulus, tinggalkan kota Padang ini. Merantaulah jauh-jauh ke Jakarta dan ke luar negeri sana. Kamu kan punya pengalaman pertukaran pemuda internasional, mudah-mudahan lulus,” kata pimpinan kampus tersebut. 


Akhirnya, nasib menentukan Al Busyra Basnur lulus dan kini jadi diplomat. Ia pernah bertugas sebagai staf di KBRI Manila (1992-1996), Kepala Bidang Penerangan, Sosial dan Budaya di KBRI Roma (1999-2004), Konsul Jenderal RI di Houston (2010-2013) dan sekarang Duta Besar RI di Addis Ababa sejak Maret 2019.


Di Jakarta, selain di Kemlu antara lain sebagai Direktur Diplomasi Publik (2013-2018) dan Sekretaris Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik (2018), Al Busyra Basnur pernah bertugas sebagai Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional (2005-2010). 


Al Busyra Basnur menulis beberapa buku, diantaranya “Diplomasi Publik, Catatan, Inspirasi dan Harapan” (2018) dan “Catatan Duta Besar Republik Indonesia, Ethiopia” yang baru saja diluncurkan 20 Juli 2020, tepat di hari ulang tahunnya.


Sebagai diplomat senior, Al Busyra Basnur memiliki pengalaman yang luas di dunia internasional. Dari rangkuman pengalaman bertugas di berbagai negara dan benua itu, Al Busyra mengatakan kesan utamanya sebagai diplomat bahwa siang dan malam, jauh atau dekat dari tanah air, dan di setiap tarikan maupun hembusan nafasnya, yang ia senantiasa lakukan dan berusaha kerjakan adalah mengabdi bagi kepentingan dan kemajuan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia tercinta. 


Al Busyra yang menikah dengan Wenny Busyra, dikaruniai tiga orang anak yaitu Vita Busyra, Fathie Busyra dan Kevin Busyra. Menantunya Taufan Teguh Akbari, Ph.D, kini bertugas sebagai Deputy Director, London School of Public Relation (LSPR) dan merupakan salah seorang dari 12 figur professional yang inspiratif Linkedln Spotlight di Indonesia 2019 bersama-sama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Gatot Susanto)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update