Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Media Asing Nilai Indonesia Gagal Bendung Covid-19, Luhut Pun Disorot

Friday, August 21, 2020 | 15:53 WIB Last Updated 2020-08-21T08:53:35Z



JAKARTA (DutaJatim.com) - Dunia menyoroti kasus virus Corona atau COVID-19 di Indonesia. Hal itu karena Indonesia belum juga bisa mengatasi gelombang pertama kasus Covid-19. Negeri ini dianggap gagal mengendalikan virus Corona.


Hal itu mengacu pada kasus kematian yang mencapai 6.346 jiwa per Kamis 20 Agustus 2020. Jumlah keseluruhan korban tersebut menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.


Seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 21 Agustus 2020, Indonesia memiliki penyebaran infeksi virus corona tercepat di Asia Timur, dengan 17 persen orang dinyatakan positif, meningkat hampir 25 persen di luar Ibukota Jakarta. Dengan persentase di atas 5 persen, pandemi di Indonesia dinilai tidak terkendali. Hal dinyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).


Sebanyak 144.945 kasus terkonfirmasi positif di Indonesia dari keseluruhan jumlah populasi 270 juta jiwa, sebenarnya lebih sedikit dibanding jutaan kasus yang dilaporkan di Amerika Serikat, Brasil, India, dan Filipina. Namun angka sebenarnya dari pandemi virus corona di Indonesia mungkin masih tersembunyi. Artinya, bisa jadi lebih banyak lagi. Sebab India dan Filipina mampu melakukan tes empat kali lebih banyak per kapita, sementara Amerika Serikat, menguji 30 kali lipat lebih banyak.

Statistik dari Our World in Data, sebuah proyek penelitian nirlaba yang berbasis di Universitas Oxford, menunjukkan, bahwa Indonesia berada di peringkat ke-83 dari 86 negara yang disurvei untuk keseluruhan tes per kapita.


"Kekhawatiran kami belum mencapai puncak. Puncaknya bisa datang sekitar Oktober dan mungkin belum selesai tahun ini. Saat ini, kami tidak bisa mengatakan bahwa itu terkendali,” ujar Iwan Ariawan, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia kepada Reuters.


Pada awal pandemi, lambatnya pemerintah Indonesia dalam menghadapi virus corona turut menjadi sorotan. Terlebih, pemerintah enggan mengungkap kebenaran kasus kepada masyarakat. Hal itu diakui oleh lebih dari 20 pejabat pemerintah, manajer uji laboratorium dan pakar kesehatan yang berbicara pada Reuters.

Bahkan, seorang juru bicara WHO mengatakan, Indonesia baru mulai mengikuti rekomendasi untuk melakukan pelacakan kontak pada pertengahan Juli 2020.


Menteri Luhut Disorot


Respon lambat terhadap Corona dari pejabat Indonesia juga jadi sorotan. Reuters yang merupakan media yang berbasis di Amerika Serikat (AS),  menyebut Indonesia gagal mengendalikan pandemi virus corona baru (Covid-19). Berbagai saran perawatan tidak ortodoks dari pejabat kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menjadi sorotan.


"Endless first wave: how Indonesia failed to control coronavirus (Gelombang pertama tak berujung: bagaimana Indonesia gagal mengendalikan virus corona)," bunyi judul media tersebut dalam laporannya 20 Agustus 2020.


Laporan dimulai dari klaim Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bahwa jus manggis herbal sebagai obat virus corona. Saran Luhut itu adalah yang terbaru dari serangkaian perawatan tidak ortodoks yang diajukan oleh kabinet presiden selama enam bulan terakhir, mulai dari doa, nasi yang dibungkus daun pisang, hingga kalung kayu putih.


Solusi tersebut mencerminkan pendekatan yang tidak ilmiah untuk memerangi virus corona di negara terpadat keempat di dunia, di mana tingkat pengujiannya termasuk yang terendah di dunia, pelacakan kontak minimal, dan pihak berwenang telah menolak penguncian atau lockdown bahkan saat kasus infeksi meningkat.


Indonesia, menurut laporan Reuters, tidak menunjukkan tanda-tanda membendung virus. Sekarang virus ini memiliki penyebaran infeksi tercepat di Asia Timur dengan 17 persen orang dinyatakan positif, meningkat hampir 25 persen di luar Ibu Kota Indonesia: Jakarta. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka di atas 5 persen berarti wabah tidak terkendali.


"Virus ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Yang kami lakukan pada dasarnya adalah kekebalan kawanan (herd immunity)," kata Prijo Sidipratomo, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran di Jakarta. "Jadi, kita harus menggali banyak, banyak kuburan," katanya lagi seperti dikutip dari wartaekonomi.co.id.


Kekebalan kawanan menggambarkan skenario di mana sebagian besar populasi tertular virus dan kemudian kekebalan yang meluas menghentikan penyebaran penyakit.

Juru bicara pemerintah Wiku Adisasmito tidak menanggapi pertanyaan rinci dari Reuters. Ia mengatakan, angka penularan merupakan "peringatan bagi Indonesia untuk terus meningkatkan upaya penanganannya" dan kasus positif per kapita di Indonesia lebih rendah dari kebanyakan negara. Kantor Presiden Joko Widodo tidak menanggapi pertanyaan yang dikirim oleh Reuters.


Pada awal pandemi, pemerintah Indonesia lambat menanggapi dan enggan mengungkapkan apa yang diketahuinya kepada publik. Hal itu disampaikan lebih dari 20 pejabat pemerintah, manajer laboratorium uji, dan pakar kesehatan masyarakat yang berbicara kepada Reuters.


Meskipun kasus melonjak di negara-negara tetangga dan memiliki 3.000 alat uji polymerase chain reaction (PCR) atau reaksi berantai polimerase (PCR)—tes yang disetujui WHO untuk mendeteksi virus corona—siap pada awal Februari, pemerintah mengatakan kurang dari 160 tes dilakukan pada 2 Maret.


Pada 13 Maret, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pemerintah menahan informasi agar tidak "menimbulkan kepanikan". Selama dua minggu pertama bulan Maret, pemerintah menyembunyikan setidaknya setengah dari kasus infeksi harian yang disadari. Demikian diungkap dua orang yang memiliki akses ke data tersebut kepada Reuters. Kedua orang tersebut mengatakan bahwa mereka kemudian dilarang melihat data mentah. (det/wkt)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update