Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Habib Rizieq Vs Nikita Mirzani Tak Penting, Lalu Apa Makna Sesungguhnya Kata Habib?

Monday, November 16, 2020 | 10:58 WIB Last Updated 2020-11-16T04:06:59Z
Nikita dan Habib Rizieq (kolase Tribun Manado)


JAKARTA (DutaJatim.com) – Umat Islam tidak perlu larut dalam konflik antara Habib Rizieq Shihab dengan Nikita Mirzani sebab akan menguras energi saja. Perseteruan keduanya tidak penting dibahas dengan serius mengingat masih ada masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia terkait perang melawan Corona. 


Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyidin Junaidi mengimbau umat Islam untuk tidak perlu menanggapi polemik terkait ucapan artis Nikita Mirzani terhadap Habib Rizieq Shihab. Menurut dia, mengurus polemik tersebut hanya akan menguras energi saja.


"Umat Islam tidak perlu menanggapi kasus Mirzani secara berlebihan karena hanya akan menghabiskan energi dan kegaduhan nasional," kata dia dikutip dari republika.co.id, Senin (16/11/2020).


Baca Berita Terkait: Meme Nikita For President 2024 Warnai Konflik Niki vs Massa Habib Rizieq


Namun demikian, memang masih ada pertanyaan di masyarakat terkait arti sesungguhnya dari kata "habib". Nikita sendiri seakan menyoal kata habib. Dia menyebut baik dirinya maupun Habib Rizieq sama-sama manusia. Bahkan Nikita dinilai tidak menghormati Habib Rizieq saat menyindirnya sebagai tukang obat.


Yang jelas, sebutan umum habib, sangat erat kaitannya dengan tokoh pemuka agama Islam sehingga penyandangnya harus dihormati. Salah satunya Habib Rizieq Shihab yang baru saja kembali ke tanah air pada Selasa (10/11/2020) lalu yang disambut meriah oleh massa Front Pembela Islam (FPI). Tapi, tentu saja, tidak perlu berlebihan pula dalam memberi hormat kepada seorang tokoh tersebut agar tidak mengkultuskannya.


Lalu, bagaimana awal mula dan pemaknaan sebutan habib di Nusantara? 


Mengutip republika.co.id, budayawan sekaligus ulama Emha Ainun Najib atau Cak Nun mengatakan bahwa penyebutan Habib Rizieq Shihab dinilai tidak tepat. Seharusnya, Rizieq, dipanggil dengan panggilan Syarief. 


"Habib Rizieq, dia bukan habib tapi Syarief Rizieq,” kata Cak Nun dalam ceramah daring yang diunggah dalam akun IslamTv19 pada Kamis (12/11/2020).


Dalam ceramahnya Cak Nun menjelaskan kata "habib" merupakan panggilan dari seorang cucu kepada kakeknya. Ini berlaku umum. Habib maksudnya "embah". 


“Habib itu maksudnya Mbah, panggilan Kakek untuk Jawa. Lalu Habib Kwitang dulu di Jakarta sama cucunya dipanggil Habib-habib, lalu para tetangga juga ikutan manggil habib. Akhirnya sekarang kalau ada orang Arab dipanggil habib,” kata Cak Nun.


Sedang panggilan Syarief, menurut kiai yang sekarang juga dipanggil Mbah Nun itu, untuk mereka yang keturunan Sayyidina Husein. Sedangkan keturunan Sayyidina Hasan disebut dengan Sayyid. Dia mencontohkan dengan Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri yakni Sayyid Sulaiman yang berarti dari keturunan Sayyidina Hasan.


Sebutan habib juga tidak ada hubungannya dengan darah keturunan Nabi Muhammad SAW. Cak Nun mengakui penyebutan habib di nusantara berbeda dengan negara-negara di Timur Tengah. Kalau di Timur Tengah, habib adalah orang-orang dari Yaman yang pergi ke Makkah atau Madinah untuk mencari Rasulullah SAW karena mereka sangat kagum dan mencintai Beliau. Lalu, mereka disebut habib atas rasa cintanya kepada Rasulullah SAW.


Sejarah & Tradisi 


Sementara itu, Guru Besar Sosiologi Agama & Ketua Komisi Hukum MUI Pusat, Mohammad Baharun, juga menjelaskan hal senada. Habib, kata dia, secara harfiah berarti kekasih Allah. Kemudian secara historis dicantumkan oleh umat seperti tradisi di sini kepada ulama yang ada silsilah keturunan dengan Rasulullah SAW. Para keturunan Rasulullah, baik Sayyidina Hasan dan Husein, kata dia, disebut dengan Syarif. 


“Di Timur Tengah malah tak ada sebutan habib, jamaknya habaib. Yang ada sebutan "Syarif" atau yang mulia,” ujar dia saat dikonfirmasi, Jumat (13/11/2020).


Lebih lanjut dia menjelaskan, Rasulullah SAW mempunyai beberapa putra, namun meninggal saat mereka masih kecil. Di masa itu, anak lelaki menjadi kebanggaan tersendiri, sehingga musuh-musuh Islam menghina Rasul yang tidak mempunyai keturunan dari anak lelaki. Maka turun ayat-ayat yang juga menjadi sabab Nuzul atau sebab turunnya wahyu surat Al-Kautsar. Intinya, itu ditujukan kepada orang kafir yang menghina Rasulullah SAW tidak mempunyai generasi penerus itulah yang putus keturunannya.


Dia menambahkan cucu Rasulullah adalah Hasan dan Husein. Maka yang disebut keturunan habib di Indonesia ini adalah rata-rata keturunan ke-39 sampai 41 dari kakek utama Imam al-Uraydhi putra imam Jakfar as-Shodiq, putra Imam Muhammad al-Baqir, putra Imam Ali Zainal Abidin, dan putra Sayidina Husein bin Ali bin Abi Thalib RA.


“Keturunan Sayyidina Husein ada Yaman, Indonesia, Malaysia, Iraq dan beberapa negara Teluk dan Keturunan Sayyidina Hasan ada di Yordania, Maroko dan menyebar di beberapa negara di Afrika. Rata-rata mereka adalah ulama, selebihnya pedagang,” katanya.


Sehingga sebutan habib menjadi sebuah ekspresi tradisi di nusantara kepada para keturunan Nabi Muhammad. Menurutnya, tradisi ini sudah melekat cukup lama sebagai rasa syukur atas nikmat Imam dan Islam yang disebarkan sejak awal dakwah ke nusantara.


Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen Umar bin Smith mengatakan panggilan Habib untuk seorang Sayyid yang mempunyai ilmu luas khususnya agama, memiliki kegiatan dakwah, serta menjadi panutan bagi jamaah dan masyarakat sekitarnya. Perlu diketahui, tidak seluruh Sayyid pantas dipanggil habib. Saat ini, lanjutnya, ada degradasi makna Habib yang menjadi panggilan keakraban.


Jika kembali dengan sebutan Habib Rizieq Shihab, menurutnya, sebutan habib sangat pantas dengan beberapa alasan. “Beliau adalah seorang ulama, intelektual muslim, dan seorang dai. Dari sisi nasab, Beliau adalah seorang Sayyid dari marga Bin Shihab. Perlu diketahui jika kita mempelajari sejarah Bani Alawi atau Alawiyin marga Bin Shihab ini dikenal sebagai ahli ilmu, dan terlihat sampai kini,” jelas dia.


Selain itu, para murid dan jamaahnya sangat mencintainya, yang menjadikannya sebagai seorang habib yang mahbub. “Dia (Rizieq) pantas dipanggil habib karena kenyataannya memang mahbub, artinya di-cintai oleh para muridnya, jamaahnya, dan sebagian umat Islam. Kalau Beliau tidak dicintai, tidak mungkin umat rela berjalan berkilo-kilo meter, berdiri berjam-jam diterik matahari hanya untuk melihat dan menjemput Beliau di bandara,” kata dia. (*)

 


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update