Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Doa Sebagai Hadiah Terbaik Orang Tua

Monday, May 17, 2021 | 16:43 WIB Last Updated 2021-05-17T09:43:02Z

 


Oleh Prof. Nur Syam (Guru Besar Sosiologi UIN Sunan Ampel Surabaya)

                                            
KITA  ini memang terlahir sebagai ciptaan Allah SWT karena memang takdirnya harus seperti itu. Tetapi kita terlahir melalui washilah atau perantara, yaitu dua orang tua: ayah dan ibu, atau emak dan bapak atau abi dan umi.


 Berbeda dengan kelahiran Nabiyullah Adam alaihis salam, yang lahir tanpa perantaraan siapapun sebab memang terlahir karena kun fayakun, atau kelahiran Nabi Isa alaihis salam, yang terlahir tanpa kehadiran ayah. Beliau lahir karena kun fayakun. Allah SWT memang menghendaki atas kelahirannya.

 
Kita ini lahir dengan cara-cara yang natural, artinya terlahir karena relasi seksual di antara kedua orang tua kita dan kemudian Allah SWT memberinya kepastian bahwa dari relasi suami istri tersebut kemudian melahirkan kita semua. Jadi semua manusia kecuali Nabiyullah Adam, Hawwa dan Isa, maka dipastikan bahwa kita akan terlahir secara alami dengan proses kehamilan dan kemudian kelahiran ke dunia.


Selama kurang lebih sembilan bulan kita berada di dalam kandungan ibunda. Kita berada di dalam alam butun atau alam kandungan. Di dalam kandungan inilah Allah SWT meniupkan roh ke dalam janin, dan inilah pertanda kehidupan dimulai. Jadi proses kejadian manusia dimulai dari ketemunya jasad dalam bentuk fisik janin dengan roh yang ditiupkan Allah SWT ke dalam tubuhnya.

 Selama kurang lebih sembilan bulan kita berada di dalam perut Ibunda, yang dengan susah payah harus mengandungnya. Begitu beratnya proses mengandung ini, maka Rasulullah menyatakan: “Hadits diriwayatkan  Abu Hurairah menyatakan: “Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah, SAW, lalu ia bertanya: ‘wahai Rasulullah, siapakah  orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik’?. Beliau menjawab, ‘Ibumu’, ‘lalu siapa lagi’? ‘Ibumu’, ‘lalu siapa lagi’: ‘Ibumu’. ‘Lalu siapa lagi’? ‘Bapakmu’. (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim)”. 

 
Hadits ini memberikan penegasan bahwa Ibu sebagai  orang yang mengandung kita selama kurang lebih sembilan bulan—maka Ibu itu memperoleh penghargaan yang sangat besar dari Rasulullah SAW. Sampai dinyatakan sebanyak tiga kali dan bagi ayah sekali saja. Meskipun begitu bukan berarti ayah tidak penting, sebab disebut yang terakhir berarti bahwa kedudukan ayah tentu juga penting dalam relasi anak dan orang tua.

  
Kita menjadi miris jika ada anak yang melakukan kekerasan kepada ibunya, termasuk juga kepada bapaknya. Dalam kondisi apapun, maka seorang anak harus menghormat, mengasihi dan menyayangi kepada kedua orang tuanya.

 Jika orang tua meminta kita untuk melakukan sesuatu dalam kebaikan, tidaklah boleh anak menundanya. Hanya dalam keadaan orang tua meminta anak untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat agama saja yang anak bisa menolaknya, meskipun demikian tetaplah wajib bagi seorang anak untuk menghormatinya dan menyayanginya. 

 
Beban berat seorang ibu ketika mengandung tentu bisa dirasakan. Dalam waktu sembilan bulan harus mengandung janin. Terkadang harus muntah-muntah, pusing dan tidak nyenyak tidur. Jika usia janin sudah mendekati kelahiran maka beban seorang Ibu semakin terasa. 

Dengan perut yang membuncit tentu tidak bisa tidur nyenyak, jalan juga sulit, dan di saat melahirkan terasa baginya langit akan runtuh. Tidak ada penderitaan yang melebihi saat melahirkan. Lalu ketika bayi sudah lahir maka kesulitan juga tidak segera berakhir. 

Dalam proses penyesuaian dengan alam dunia, seorang bayi terkadang juga tidur di siang hari dan terjaga di malam hari. Ibulah yang menemaninya. Harus memberikan air susunya. Dengan air susunya maka anak akan merasakan dekapan orang tuanya dan menjadikannya bahagia. Adakah pengorbanan yang melebihi pengorbanan seorang Ibu kepada anaknya ini.

 Itulah sebabnya Nabi Muhammad SAW menyatakan agar anak menghormati atau menyayangi ibunya sebanyak tiga kali. Meskipun begitu terhadap ayah juga harus memberikan penghormatan dan kasih sayang, sebab dalam banyak hal ayah juga bertanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya. 

 
Berbasis keyakinan teologis, kepatuhan anak kepada orang tua sudah dicontohkan oleh Nabi Ismail alaihis salam.   Nabi Allah Ibrahim alaihis salam ketika bercerita kepada putranya Ismail alaihis salam tentang mimpinya, maka secara langsung  Ismail meminta agar orang tuanya melaksanakan perintah Allah. Ketika Nabi Ibrahim memperoleh wahyu Allah agar mengorbankan anak semata wayangnya dari istrinya yang bernama  Hajar, maka terlebih dahulu meminta pendapat anaknya, dan tanpa diduga justru  Ismail menyatakan kesediaannya. 

Apakah ada pengorbanan dan keikhlasan seperti yang ditunjukkan oleh seorang bocah, yang kemudian menjadi utusan Allah ini. Nabi Ismail adalah teladan bagi kita semua bahwa menuruti perintah orang tua merupakan kewajiban bagi anak untuk melaksanakannya. 

Kita memiliki kewajiban untuk membahagiakan orang tua kita, baik di kala masih hidup maupun ketika sudah wafat. Jika sudah wafat, maka penting bagi anak untuk  mendoakannya. Bahkan juga berziarah ke makamnya.

Semua dilakukan untuk mengingat jasa dan kebaikannya, sehingga kita bisa menjadi manusia seutuhnya. Bukankah doa anak shaleh itu merupakan asset terbaik bagi orang tua. Harta yang tidak akan terputus sampai Bani Adam wafat adalah anak saleh yang mendoakannya.

 Makanya, kiranya perlu dibacakan doa yang sangat masyhur di kalangan umat Islam: “Rabbighfirli wa liwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira”. Yang artinya: “Ya Allah ampuni dosa kami dan kedua orang tua kami, dan rahmati keduanya, sebagaimana keduanya telah mengasuh dan memberi kasih sayang kepada kami”. 

Doa ini yang saya kira perlu dilantunkan oleh seorang anak kepada kedua orang tuanya. Kita harus berkeyakinan bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa kita yang dibaca dengan segenap keikhlasan.

 Dan bagi orang tua tentu tidak ada kebahagiaan yang melebihi lantunan doa anak kepada orang tua tersebut. Kebahagiaan itu melebihi kekayaan yang ditinggalkannya, atau warisan yang ditinggalkannya, jika semuanya tidak digunakan untuk di jalan Allah. 


Berbahagialah orang tua yang anak-anaknya menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Karena  dengan doa itu, maka  pintu rahmat akan dibuka oleh Allah, yang kelak akan menjadikannya bisa memasuki surga Allah SWT. Kepada kedua orang tua kita…lahuma alfatihah.

Wallahu’alam bi al shawab. (*)

                                        
 Sumber: www.nursyamcentre.com

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update