Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Menjebol Kunci Muka Pilgub, Khofifah Menantang Karwo Lagi

Tuesday, March 12, 2013 | 23:51 WIB Last Updated 2013-03-12T16:51:34Z


KEJAMNYA dunia politik hari-hari ini sungguh dirasakan oleh Khofifah Indar Parawansa. Sebagai putri terbaik Nahdlatul Ulama (NU)—ormas Islam terbesar di Jawa Timur (Jatim)—, Ketua Umum PP Muslimat NU ini hanya ingin mengemban amanah  dari para ulama, kiai, dan masyayyik, bahwa sudah saatnya NU memimpin Jatim dengan menjadikan kadernya sebagai gubernur.

Harapan ini seharusnya sudah menjadi kenyataan lima tahun silam saat pasangan cagub-cawagub Khofifah – Mudjiono (Kadji) nyaris menumbangkan duet Karwo – Gus Ipul (Karsa). Kesaktian Khofifah jelas-jelas sudah teruji di Pilgub 2008 lalu sehingga Srikandi NU ini pun sangat yakin saat memutuskan untuk running lagi mengemban tugas dari ulama memenangkan Pilgub 2013. Dia haqul yakin para ulama NU mendukung penuh. 


Namun kenyataan di lapangan justru jauh panggang dari api. Khofifah, satu-satunya yang berani mewujudkan cita-cita ulama dan warga NU merebut kursi gubernur Jatim, malah “disio-sio”. Khofifah diperlakukan seperti “anak tiri” oleh sebagian ulama garis politik, antara lain dengan memunculkan lagi wacana fatwa haram pemimpin perempuan (baca pula laporan “Tarik Ulur Fatwa Pemimpin Perempuan, Red.). Sejumlah ulama sibuk bermanuver hingga akhirnya “menclok” ke Karsa II dengan dalih sudah terbukti sukses memimpin Jatim. Lalu benarkah klaim ulama garis politik NU ini? Biar fakta lapangan yang bicara. (Baca juga laporan “APBD Belum Pro Rakyat!”)

Para ulama garis politik mungkin lupa cita-cita ulama sepuh yang meminta agar Jatim dipimpin kader NU. Tapi bukankah mereka mendukung Saifullah Yusuf juga? Ah, Gus Ipul kan hanya wakil. Sampai sekarang Gus Ipul terkesan masih “pejah gesang nderek Karwo” alias merasa cukup puas hanya menjadi wakil gubernur. Sempat bermanuver sedikit, tapi toh Gus Ipul akhirnya balik kucing juga ke Karwo. Dia dianggap tidak setegar Khofifah yang istiqomah ingin mengemban amanah merebut kursi gubernur Jatim.

Meski sudah “memegang” Gus Ipul, Karwo ternyata masih ketakutan “titah” ulama sepuh itu beberapa bulan ke depan akan benar-benar menjadi kenyataan. Karwo masih gundah gulana kursinya akan direbut Srikandi NU.

Maka, “politik kunci di pintu muka” pun dijalankan. Karwo berusaha mati-matian agar Khofifah tak bisa maju sebagai bakal calon gubernur. Rasa takut membuat mantan Sekda Jatim ini menafikan alam demokrasi yang mengedepankan persaingan secara fair dan elegan.

Karwo sesumbar mengunci “pintu muka” pilgub dengan menggaet semua parpol parlemen dan non-parlemen agar Khofifah tak bisa masuk untuk ikut bertanding. Bayangkan saja, hanya untuk masuk ikut berlomba saja “tidak boleh”. Pada loket seolah sudah dipampang papan pengumuman “Tiket Sold Out!”

Rasa takut itu pula yang membuat Karwo, yang merasa sebagai bos parpol penguasa sekaligus penguasa Jatim, terkesan juwana. Dia sebelumnya malah sering mewacanakan pilgub secara aklamasi melalui DPRD.
“Karwo itu suka menciptakan gondoruwo politik bagi dirinya sendiri. Khofifah kan punya hak maju sebagai calon gubernur, mengapa harus dihadang sana sini?” kata seorang kader PKB, partai yang mengusung Khofifah, kepada Pro-Desa. 

Langkah Karwo mengunci “pintu muka” itu terlihat dari  betapa sulitnya Khofifah mendekati parpol pengusung. Sejumlah parpol yang dulu membelanya, kini berbalik arah mendukung Karsa jilid II. Masih segar dalam ingatan publik Jawa Timur, lima tahun lalu, tepatnya di Pilgub Jatim 2008, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang saat itu memiliki 8 kursi di DPRD bersama 12 Parpol non-kursi, tampak mantap mengusung Khofifah Indar Parawansa yang berpasangan dengan Mudjiono (Kadji).
Bahkan, kegigihan mereka sukses mengalahkan pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa). Saat itu hasil pilgub versi quick count LSI Denny JA, pasangan Kadji unggul dengan 50,76%, Karsa 49,24%. Lalu LSI Syaiful Mujani, Kadji menang dengan 50,44%, Karsa 49,56%. Begitu pula Puskaptis, Khofifah juga menang 50,83%, dan Karsa 49,17. Padahal Karsa diusung koalisi parpol besar seperti Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat (PD), kemudian didukung Partai Golkar (PG), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Nah syair lagu Iwan Fals bahwa “politik itu kejam” dirasakan oleh Khofifah di Pilgub 2013 sekarang sebab situasi tahun 2008 itu berubah 180 derajat. PKB balik arah menjadi Parpol terdepan mengusung Khofifah, sementara PPP dan parpol non kursi ramai-ramai meninggalkannya dan memilih berbaris di belakang Karsa jilid II.

Tak hanya di level DPW yang menyatakan dukungan, Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali (SDA) juga angkat bicara, “PPP sudah pasti memberikan suaranya ke Karsa. Kami sudah sepakat dan tidak mungkin lagi memberikan suara ke pasangan lain," katanya kepada wartawan saat dicegat usai mengunjungi Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Choirul Anam, di Gedung Astra Nawa, Surabaya, Sabtu (9/2)  lalu. Bukan hanya PPP, PKNU pun meski belum resmi juga menyatakan dukungannya ke Karsa II. Soal ini, Cak Anam menyatakan, tradisi di PKNU, untuk pilgub urusan DPW, pilbup ranah DPC. “Saya sebagai ketua umum tak bisa ikut campur,” katanya. Maksudnya, keputusan dukungan PKNU ditentukan Dewan Syura dan ketua DPW PKNU. 


Parpol gurem juga ramai-ramai merapat ke Karsa. Lewat bendera Aliansi Parpol Non Parlemen (APNP), sebanyak 23 parpol, di antaranya PKPB dan PPPI, mengaku sudah menyerahkan surat dukungan untuk Karsa II ke KPU Jatim, Rabu (13/2) lalu. Ketua APNP Jatim, H Jailani, mengatakan, hal itu dilakukan agar suara ke-23 Parpol tersebut tidak dicuri pasangan calon lain. "Kami 23 Parpol mendukung pasangan Karsa. Kami sudah melihat kepemimpinan keduanya. Selama empat tahun ini banyak kebijakan yang menguntungkan rakyat, maka tidak ada alasan lain untuk menolak keduanya untuk maju kembali," kata Ketua DPD Partai Barisan Nasional (Barnas) Jatim itu.

Tapi banyak kalangan tahu di negeri ini politik adalah uang, atau setidaknya politik adalah janji-janji peluang? Lalu apa kompensasi untuk APNP? “Tak ada?” katanya. Benarkah? Wallahua’lam.

Sejak itu Pakde Karwo pun semakin pede untuk memenangi lagi di Pilgub 29 Agustus 2013 mendatang sebab dia yakin akan berhadapan dengan “bumbung kosong”. Artinya, Karwo – Gus Ipul maju sendirian.

Dan klaim Karwo bahwa hampir semua parpol sudah dia pegang, bisa jadi benar adanya. Setidaknya itulah yang dirasakan Khofifah yang sulit untuk mengajak parpol yang dulu sekawan dengannya untuk menjadi sahabat pada pilgub Jatim tahun ini. Betapa tidak, dia sudah mendekati Cak Anam—bahkan dia orang pertama yang didekati saat ada “krentek” maju pilgub—agar mau mendukungnya sekaligus menggandeng PKNU, tapi ternyata benar adanya, bahwa dia merasa “pintu muka” itu sudah ditutup oleh Karwo.

Oke, dia maklum Cak Anam tak bisa intervensi ke DPW. Karena itu, Khofifah dengan ditemani Arif Djunaidi, Ketua DPW PKNU Jatim, pun sowan ke KH Ubaidillah Faqih di Langitan-- sebagai pemegang mandat untuk menentukan dukungan PKNU--, pada Rabu 26 Februari 2013 lalu. Gus Ubed—panggilan ketua dewan syura DPW PKNU ini—kala itu menerima Khofifah dengan baik, tapi itu sebagai kader NU. Sedang soal dukungan, tunggu dulu. Hingga kini pun Khofifah hanya bisa menunggu. “Ini ada apa?” katanya, heran, dengan mata berkaca-kaca, kepada Pro-Desa.
   
Belum mendapat kepastian dari PKNU, Khofifah tak patah semangat. Masih terngiang di benaknya akan tugas dari ulama agar kader NU benar-benar memimpin Jatim. Hal itu pula yang selalu menjadi amunisinya untuk terus berjuang. Dan perjuangan itu semakin berat sebab waktunya semakin mepet. Maklum, dengan hanya diusung PKB, Khofifah hanya punya modal 13 kursi alias butuh tambahan 2 kursi lagi sesuai yang dipersyaratkan KPU. Yang jadi masalah, dari 11 Parpol lain yang memiliki kursi di DPRD Jatim, mayoritas di level DPP maupun DPW/DPD sudah menyatakan dukungannya ke Karsa II yakni  PD (22 kursi), Gerindra (8), PKS (7), PAN (7), PKNU (5), PPP (4) dan Hanura (4). Sedang PDIP dengan 17 kursi bisa mengusung calon sendiri-- meski ada juga kabar partai pimpinan Megawati ini hanya menyiapkan calon wakil gubernur yang akan digandengkan dengan cagub Khofifah. Lalu  Golkar dengan 11 kursi belum menentukan sikap, apakah mendukung Karsa atau memilih Khofifah. Untuk mengusung calon sendiri tampaknya Golkar kesulitan. Sementara dua Parpol lainnya, Partai Bintang Reformasi (PBR) dan Partai Damai Sejahtera (PDS), masing-masing dengan 1 kursi, sinyalnya memilih incumbent.

Pertolongan Langit

Namun gelapnya belantara politik bagi Khofifah bisa terang bila rujukannya tetap pada Sang Maha Politikus: Gusti Allah SWT. Kepada Pro-Desa, Khofifah mengaku, selama ini dirinya telah “salah”, bahwa mengabdi—kepada siapa pun seperti ke organisasi atau kepada seseorang-- dengan harapan mendapat sesuatu dari hal itu.

Dia menjalin pertemanan dengan banyak orang, lalu mengharapkan pertolongan dari si teman tersebut bila membutuhkan seperti sekarang ini. Kadang harapan itu begitu besar sehingga bila ternyata, baik si teman maupun organisasi itu, akhirnya tak mau memberi pertolongan padanya, akhirnya dia pun kecewa.

“Ini kekeliruan saya. Padahal minta pertolongan kan seharusnya kepada Allah. Dan alhamdulillah, sekarang jalan semakin terang setelah saya meminta dengan sungguh-sungguh pertolongan Allah,” kata calon gubernur Jatim yang juga menyiapkan “strategi langit” ini.

Meski demikian, dia sangat yakin, masih banyak teman mendukungnya untuk maju dalam pilgub ini. Bahkan, saat ini banyak berdatangan teman-teman baru yang mau membantunya tanpa pamrih. “Sekarang sejumlah tokoh, ormas, organisasi profesi, dll, mensupport saya,” katanya. 

Dengan jalan terang itu pula langkah Khofifah semakin mantap menuju palagan menghadapi Karwo. Hal itu setelah sejumlah parpol non-parlemen juga merapat ke Khofifah. Sabtu (2/3) lalu mereka teken komitmen dukungan.

“Saya harus memastikan diri bisa maju di Pilgub, sambil menunggu kepastian dari Golkar dan PDIP. Dan alhamdulillah, sekarang sudah memenuhi persyaratan KPU, ya sudah 16,5 persen, dari syarat KPU 15 persen,” katanya.        

Saat ini Khofifah mendapat dukungan PKB dengan  1.996.129 suara sah hasil Pemilu 2009 (12,26%), sehingga parpol yang kelahirannya dibidani Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu tinggal butuh tambahan 2,74% untuk menggenapi syarat pencalonan 15%.
Di Jatim, terdapat 26 Parpol nonkursi hasil Pemilu 2009 dan Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) menjadi satu-satunya Parpol yang tak memiliki suara (0%) dari 11 Dapil yang ada. Anehnya, PPIB masuk APNP bersama 22 Parpol lain. Minus PPIB yang tak memiliki suara, total dari 25 Parpol terkumpul 1.883.603 suara (11,57%).
Kini tinggal tiga Parpol yang belum menyatakan dukungannya, yakni Partai Bulan Bintang (PBB) yang memiliki 217.425 suara (1,34%), Partai Patriot dengan 161.605 suara (0,99%) dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia (PPNUI) dengan 39.100 suara (0,24%). Bila Khofifah bisa menggandeng tiga parpol non-APNP sebenarnya belum mencukupi. Suara ketiga Parpol tersebut jika dijumlahkan hasilnya hanya 2,57%, ditambah suara PKB 12,26% baru 14,83%. Sementara yang dibutuhkan PKB yakni 2,74% atau kurang 0,17%. Nah, bila Khofifah memastikan suaranya sudah mencapi 16,5 persen, berarti Srikandi NU ini dengan segala kecerdikannya, bisa mengambil suara parpol yang sudah mengaku merapat ke Karsa II. Bahkan, ada kabar PKNU juga menunggu injury time untuk benar-benar menentukan pilihan sebab hal ini juga sangat menentukan masa depan ulama dan tokoh PKNU.

“Memang kami sudah bertemu dengan Karsa untuk memberi dukungan, tapi bila hasil istikharah Kiai Langitan memberi tanda ke Khofifah, lalu mau apa lagi...ya kita dukung Khofifah,” kata seorang tokoh PKNU, memberi sinyal bahwa Gus Ubed—KH Ubaidillah Faqih—masih melakukan istikharah untuk menentukan pilihan dalam Pilgub.

“Ingat, suara Pak Karwo saat ini masih kalah dengan Khofifah yang didukung resmi PKB. Ini kalo resmi-resmian lo ya. Pak Karwo malah belum dapat rekom resmi dari DPP Demokrat, ini juga tanda-tanda dari langit. Kalau Demokrat saja belum, PKNU apalagi. Dan bila PKNU dan PKB bersatu di Jatim, ya sing ada lawan (tak ada yang bisa melawan, Red.),” katanya.

Dan bila itu benar, lawan tanding Khofifah pun tak ada artinya apalagi parpol penguasa sudah kalah di tiga pemilu besar di Indonesia. Pertama DKI Jakarta, disusul kalah di Jawa Barat dan Sumatera Utara (lihat tabel Tanda-tanda dari Langit).

Dan ketika tahu Khofifah mendapat tambahan suara/kursi, Pakde Karwo disebut-sebut lagi-lagi cemas. Kepada wartawan yang mengkonfirmasi di sela-sela acara sarasehan di Hotel Mercure Surabaya, Karwo tidak percaya bila Khofifah bisa mendapatkan tiket dari parpol. “Parpol apa...parpol apa coba...?” katanya saat ditemui wartawan di acara sarasehan “Menuju Jatim Lebih Baik, Tinjauan Hukum dan Ekonomi” pada Kamis (7/3) lalu. Karwo tak percaya Khofifah bisa membuka “kunci pintu muka” pilgub.    


Karwo mungkin lupa bila dukungan parpol itu baru lisan alias baru komitmen awal. Belum resmi. Sebanyak 23 parpol kecil anggota APNP yang menyerahkan dukungan ke KPU pun sifatnya sebatas titip suara” karena pendaftaran baru dimulai 13-21 Mei mendatang.

"Dokumen tersebut akan saya simpan, nanti akan saya sampaikan saat pendaftaran Bacagub ke KPU Jatim sesuai jadwal. Dengan begitu surat dukungan tersebut dapat menambah Parpol pendukung dari salah satu Bacagub yang akan maju nanti," papar Ketua KPU Jatim, Andry Dewanto. (Bagas Susanto) 

----------

Khofifah Jadi Rebutan Parpol Besar


Spanduk Khofifah-Said Abdullah Bertebaran

SURABAYA - Setelah menyatakan diri bahwa kendaraan politik untuk maju Pilgub Jatim telah memenuhi syarat dan siap berlayar, Cagub Khofifah Indar Parawansa kini menjadi rebutan Parpol besar untuk dipasangkan dengan kadernya. Di antara Parpol besar yang mengincar Ketum PP Muslimat NU itu adalah PDIP, Partai Golkar bahkan Partai Gerindra.

Fakta itu terungkap dengan bermunculannya  sejumlah spanduk pasangan Khofifah Indar Parawansa-Said Abdullah (Kasih) maupun Khofifah Indar Parawansa-Ridwan Hisjam (Kiprah). Spanduk  ini bertebaran di beberapa titik di jantung Kota Surabaya dan berbagai daerah lainnya.

Dari pengamatan di lapangan, spanduk Kasih yang didominasi warna merah maron berukuran 4x1 meter dan bertuliskan "Kasih Ibu untuk Jawa Timur Lebih Baik" terlihat di jalan putar balik depan Tanjungan Plaza menuju kantor Grahadi di Jalan Gubernur Soerjo. Di bawahnya tertera identitas kelompok pemasang yakni LPAI (Lingkar Pejuang Anak Indonesia) Jatim. Sedangkan spanduk Kiprah terpampang menempel di atas jembatan penyeberangan depan bundaran Taman Pelangi di Jalan A Yani Surabaya.

Koordinator LPAI Jatim, Ismet Rama mengaku telah memasang spanduk Kasih di beberapa titik di wilayah Kota Surabaya, seperti di Jalan Gubernur Suryo dan Jalan Kertajaya. "Selain Surabaya, kami juga memasangnya di Sidoarjo, Gresik dan beberapa wilayah Tapal Kuda," ujarnya saat dikonfirmasi Selasa (12/3) kemarin.

Pertimbangan dukungan pasangan Kasih, lanjut Ismet karena pasangan tersebut dinilai sangat layak memimpin Jatim ke depan dan sanggup menjadikan Jatim menjadi lebih baik. Selain itu, pasangan ini merupakan representasi kekuatan riil di Jatim, yakni perpaduan antara kaum religius (hijau) dan nasionalis (merah). "Jatim sangat layak dipimpin gubernur yang religius dan nasionalis. Pasangan Khofifah dan Said inilah yang tepat," dalihnya.

Selain itu, pada Pilgub 2008 silam, Khofifah kalah di Madura. Sehingga sangat tepat kalau pada Pilgub 2013 mendatang mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan itu menggandeng Said Abdullah, salah satu tokoh terbaik Pulau Garam. "Saya yakin jika pasangan Kasih maju bakal mampu mengalahkan pasangan incumbent," tegas Ismet.
Ismet menambahkan, kapabilitas Khofifah sebagai Ketum PP Muslimat NU sudah sangat mewakili kaum religius. Sementara Said yang saat ini menjabat anggota FPDIP DPR RI dinilai mampu mewakili nasionalis. Kiprah Said di PDIP memang banyak berada di belakang layar, meracik strategi pemenangan PDIP di beberapa Pilkada yang ada di Jatim.
"Nama Said sangat dihormati di Madura dan beberapa daerah di Jatim. Dia juga orang yang paling sukses mengantar calon dari PDIP duduk di kursi bupati atau wali kota. Hal itulah yang menjadi modal kuatnya," imbuhnya.
Terpisah, Said ketika dikonfimasi menyatakan enggan berkomentar terlalu banyak, karena hingga saat ini rekom dari DPP PDIP belum keluar. "Tapi sebagai kader partai, saya siap ditempatkan dimanapun. Termasuk dicalonkan sebagai Cagub atau Cawagub berpasangan dengan Khofifah atau dengan siapapun," bebernya.
Sementara itu Ridwan Hisjam sendiri mengaku tidak mengetahui spanduk dukungan tersebut. Namun pihaknya mengapresiasi karena itu bentuk kepercayaan sebagian kelompok masyarakat di Jatim terhadap dirinya untuk mencalonkan gubernur atau wakil gubernur. "Saya menyampaikan terima kasih atas dukungannya," dalih mantan wakil ketua DPRD Jatim ini.

Hingga saat ini, Partai Golkar tetap menunggu keputusan DPP terkait rekomendasi Pilgub Jatim. Meski DPD PG Jatim sudah merekomendasi nama Soekarwo maju Pilgub Jatim melalui hasil Rakorda, namun menurut Ridwan, surat rekomendasi tersebut hanya sebatas usulan ke DPP PG. "Keputusan akhir siapa yang direkom tergantung DPP. Karena keputusannya memang di pusat," beber Ridwan.
Ditanya kapan surat rekomendasi DPP PG akan diterbitkan? Kembali Ridwan menyatakan kalau kebiasaan di internal partai itu maksimal dua hari sebelum pembukaan pendaftaran calon di KPU. Hak itu juga berlaku di Pilgub Jabar, Jateng, Sulawesi dan beberapa provinsi lain yang menyelenggarakan Pilgub.
"Sesuai kebiasaan Partai Golkar akan mengeluarkan rekom calonnya dua hari sebelum pelaksanaan pendaftaran calon ke KPU," pungkasnya.

PKB-NU Kuatkan Perahu
Khofifah sendiri dalam beberapa kesempatan menegaskan keseriusannya untuk maju. Tak hanya merakit sekoci-sekoci, Bunda Muslimat juga telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) rekomendasi dukungan dari DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), plus mengantongi sekitar 7,5 persen lebih suara dari Parpol non kursi. Total sudah 16,48 persen suara dikumpulkan.
“Saya sudah mengantongi tambahan dukungan dari Parpol non parlemen yang jumlahnya mencapai 7,5 persen lebih. Kalau ditambah suara PKB yang berjumlah sekitar 12,26 persen, sudah memenuhi persyaratan, apalagi minimal 15 persen suara sah. Jadi kita menunggu saja yang penting mesin pendukung tetap bergerak dan lima hari lagi masih update bertambah 5 persen,” katanya saat menghadiri Harlah Muslimat NU di Ponorogo, Selasa (12/3).

Ditegaskan Khofifah, dirinya sampai sekarang masih membangun komunikasi politik. Bahkan dirinya sudah mengantongi SK DPP PKB No 12351/DPP-03/V/1/1/2013 tertanggal 11 Januari 2013 untuk penetapan dirinya sebagai Cabub Jatim periode 2014-2019. “SK sudah turun dan sudah ditandatangani Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar dan Sekjen Imam Nahrawi,” jelasnya.
Khofifah juga mengatakan, komitmen PKB terhadap kepentingan agar rakyat Jatim mempunyai gubenur NU sudah sangat kuat. “Dan ini sudah menjadi keputusan secara bulat di PKB. Bahkan dukungan juga di berikan oleh mantan Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi dan KH Shalahudin Wahid terhadap saya untuk maju ke Pilgub Jatim,” tegasnya. * dumas




No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update