Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pemprov Jatim Selidiki Telur Tropodo yang Diduga Tercemar Bahan Kimia Berbahaya

Sunday, November 17, 2019 | 23:11 WIB Last Updated 2019-11-17T16:11:14Z

MALANG (DutaJatim.com) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa wanti-wanti  warga yang beternak ayam agar tidak membiarkan ayam petelurnya hidup bebas berkeliaran mencari makan sendiri. Ayam itu harus tetap dikandangkan guna menjaga kesehatan ayam beserta telur yang dihasilkannya. Sebab bila tidak, akan seperti kasus di Tropodo, Sidoarjo. Untuk itu Pemprov Jatim Selidiki Telur Tropodo yang Diduga Tercemar Bahan Kimia Berbahaya. 

"Warga memelihara ayam kampung biasanya dengan cara diumbar. Saya harap segera beralih dengan cara mengkandangkan ayam peliharaannya itu. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin telur yang dihasilkan tetap sehat," kata Khofifah saat mengunjungi Kelompok Telur Intan di Desa Kambingan Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Minggu (17/11/2019).

Permintaan Khofifah itu bukan tanpa alasan. Pasalnya, para peneliti dari jaringan kesehatan lingkungan global The International Pollutants Elimination Network (IPEN) bersama Asosiasi Arnika dan beberapa organisasi lokal merilis laporan Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain yang kemudian diberitakan di sejumlah media massa.

Dalam laporan hasil penelitian yang dilakukan di Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur, itu disebutkan bahwa telur dari ayam kampung yang mencari makanan di sekitar tumpukan sampah plastik memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah di dunia.  Penelitian tersebut menyatakan bahwa telur yang dikumpulkan para peneliti dari masyarakat di Tropodo, Sidoarjo, ditemukan mengandung bahan kimia seperti dioksin dan asam perfluorooctanesulfonic (PFOS).

Dioksin bisa menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti kardiovaskular, kanker, diabetes, dan endometriosis. Sedangkan PFOS menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh.

Namun, menurut Khofifah, informasi yang terkonfirmasi di dalam publikasi tersebut ternyata hanya ayam kampung yang dilepas mencari makan sendiri. Hal itu sangat berbeda dengan telur ayam produksi peternak yang memiliki standar produksi.

"Ini telur yang dijual komersial dan menjadi pemasok pasar-pasar tradisional maupun modern dengan menggunakan pakan terstandardisasi, serta prosesnya melalui proses yang higienis. Ini yang membedakan dengan ayam kampung lepasan," katanya.

Karena itu, Gubernur Khofifah, secara khusus meminta Pemkab Sidoarjo segera melakukan koordinasi dengan camat, lurah, dan kades setempat. Utamanya untuk melakukan pembinaan kepada peternak ayam petelur agar melakukan budidaya secara higienis.

"Saya harap Pemkab Sidoarjo segera koordinasi dengan seluruh jajarannya, agar bisa melakukan pembinaan untuk budidaya higienis maupun kandangisasi," katanya.
Menurut dia, program kandangisasi sangat penting. Hal itu karena tugas pemerintah memberikan solusi terbaik bagi masyarakat termasuk peternak.

Selain itu, soal hasil penelitian di Tropodo, kata dia, Pemprov Jatim menghormatinya dan telah menurunkan tim dari Dinas Peternakan Jatim bersama Fakultas Peternakan Universitas Airlangga Surabaya membantu melakukan uji laboratorium. Saat ini Pemprov Jatim Selidiki Telur Tropodo yang Diduga Tercemar Bahan Kimian Berbahaya tersebut. 

Saat dikonfirmasi di sela mengikuti kunjungan Gubernur, Kepala Dinas Peternakan Jatim, Wemi Niamawardi, mengatakan pihaknya sudah menurunkan tim untuk menguji di laboratorium sebagaimana petunjuk dari Gubernur.

"Sekarang masih dicek dan kami menunggu hasilnya. Nanti setelah ada hasilnya akan kami laporkan ke Gubernur," katanya.

Berdasarkan data Dinas Peternakan provinsi setempat, bahwa Jatim berkontribusi 29 persen terhadap kebutuhan telur nasional dan memasok ke hampir seluruh daerah di Tanah Air.

Produksi telur di Jatim pada 2018 sebesar 542 ribu ton atau setara 8,2 miliar butir telur dengan jumlah 14-15 butir telur per kilogram.

Khofifah menjelaskan, sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices. Sedang sisanya 3,7 persen telur dari ayam buras atau kampung yang belum dikandangkan secara permanen. Hal itu antara lain ditemukan di daerah Tropodo Sidoarjo.

Untuk itu, kata dia, masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun. Good farming practices sendiri adalah tatalaksana peternakan yang meliputi segala aktivitas teknis dan higienis dalam hal pemeliharaan sehari-hari. Termasuk cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi, serta pencegahan dan pengobatan penyakit. (det/npb)

Foto: Gubernur Khofifah saat mengunjungi Kelompok Telur Intan di Desa Kambingan Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Minggu 17 November 2019. (Foto Antara)


No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update